Mulai tulis ceritamu
"Sak! Saktiiiiii! buka!"
Binar menggedor-gedor pintu bedeng Sakti dengan brutal. Gadis itu bahkan sampai menendang kenop pintu bedeng Sakti hingga kenopnya bergoyang berkali-kali.
"Sak! ini penting banget, jangan pura-pura bolot lo bukan temannya Malih! Sak—"
Tepat saat Binar akan kembali menendang kenop pintu, pintu berwarna fuscia tersebut terbuka lebar menampilkan sosok Sakti yang berpenampilan kacau khas orang bangun tidur bahkan di pipi sebelah kanan pemuda tersebut terdapat beberapa garis yang terlalu dalam.
"Sakti sayangnya mbak!" jerit Binar bahagia.
Sakti tersenyum kecil lalu menoleh kebelakang memicingkan matanya kearah jam dinding yang menunjukkan pukul empat pagi. "Ada apaan, mbak? ini masih subuh. Jangan berisik, entar tetangga ngamuk gue nggak ikutan."
Binar buru-buru memasang wajah menyedihkan, dengan kedua tangan ia tangkupkan di depan dada. "Tolongin mbak, kalau kamu mau nolongin mbak kali ini mbak bakal inget seumur hidup jasa-jasa kamu."
"Hah?" Sakti mendelik sejenak.
"Please ya Sak, lo itu pahlawan untuk mbak, untuk jiwa mbak yang rapu yang perlu kasih sayang berjuta-juta."
"Apaan sih, mbak?"
"Gini, mbak perlu satu konsumen lagi biar approve untuk dapet bonus tahun ini Sak, please lah Sak!kamu tahu hadiahnya satu tiket pp Jakarta Korea! kamu tahu kan kalau mbak suka pakek banget sama Korea?"
Sakti meraup wajahnya dengan kesal, tadi seharusnya ia pura-pura tak dengar saja ketika Binar mencoba merusak pintu bedengnya, kegiatan mimpi tak senonoh yang ia dapatkan malam ini hilang sudah berganti dengan rengekkan dari Binar yang lebih mengerikan dari kuntilanak rumah kosong pojok.
"Lo enggak inget pernah banyak duit gara-gara asuransi lo dibayar? itu berkat siapa? ya mbak 'kan?"
"tapi gue dipaksa mana hampir mati pula ...," gumam Sakti pelan yang mampu ditangkap oleh telinga Binar.
Gadis itu langsung melotot tajam, "heh! coba ulangi!"
Sakti langsung nyengir lebar, takut juga ketika Binar sudah tak selow begini.
"Tapi mbak gue udah ambil banyak di lo, coba hitung ada berapa itu? gue takut enggak bisa bayar! ini aja gue jadi super irit mbak, mbak enggak tahu sih gimana rasanya jalan sama cewek tapi enggak punya uang, malu mbak! mbak mah enak tiap hari ada aja duitnya tiap tahun jalan mulu. Itu mobil pink hasil dagangan kan? lah gue berangkat kerja naik supra tukang galon, noh!" Sakti menunjuk ke arah halaman depan yang oleh pemilik bedeng diberikan atap untuk tempat parkir para penghuni.
"Enggak apa-apa lha, sama-sama Honda juga."
"Dih!"
"Jangan pelit-pelit napa,Sak? kuburan lo sempit mau lo? ini yang terakhir mbak janji."
"Enggak, yang lain aja sana."
"Yaelah, yang lain mana enggak bisa diharapkan. Kan kita bestfriend! ayoo lah Sak, kita udah lama bersama, lo lupa? inget gak waktu mbak belain lo dari mantannya pacar lo sekarang? kalau enggak ada mbak lo pasti bonyok Sak? lo lupa ya jasa-jasa mbak?"
"Iye, inget habis itu gue masuk jebakan dagangan lo."
"Heh! Enggak inget lo dapet duit banyak dua tahun lalu!"
"Ke yang lain dulu deh mbak, nanti gue bantu promosi biar ada yang prihatin, kalau kata Dita memelas lah maka kau akan ternotice."
"Heleh, Dita lo dengerin. Dia bilang gitu karena mukanya emang tukang melas. Mana tahu dia artinya kerja keras kaya gue? yang selalu optimis kalau kehidupan ini enggak berat-berat amat kalau ikhlas dan lapang dada."
KAMU SEDANG MEMBACA
Bedeng Warna-Warni
HumorBedeng Warna-Warni bukan Bedeng biasa, Seperti namanya Bedeng ini menyimpan banyak cerita unik para penghuninya.