Siapa yang tidak kenal Rhakayasa Langit? Atau Raka, si dosen sejuta umat—julukan yang diberikan Dita—Pria tampan setinggi tiang bendera tersebut adalah salah satu penghuni bedeng warna-warni. Wajahnya tampan dengan sedikit senyum super sinis, jarang tertawa malah membuatnya semakin ingin diraih, tubuhnya menjulang tinggi diantara cowok-cowok tinggi di lingkungan bedeng. Pria tersebut baru akan menginjak tiga puluhan akhir tahun nanti, urusan karier Raka tak main-main, lulus kuliah di tahun 2016 pemuda ini mengambil dua jurusan langsung, Administrasi bisnis dan pendidikan di Standford University yang mampu ia tempuh dalam tiga tahun saja, dengan gelar cumlaude. Setelah menempuh S1 dengan gemilang Raka kembali melanjutkan S2 nya di MIT dengan jurusan yang sama. Bisa dibayangkan bagaimana seriusnya pria ini dengan melihat deretan gelar dibelakang namanya.
Pria asal Bali tersebut suka makan, apalagi ia berteman akrab dengan Kaivan si tampan yang bekerja sebagai chef di salah satu hotel ternama di Jakarta, terlahir sebagai bungsu dari salah satu keluarga sejahtera sampai delapan keturunan, Raka menjadi satu-satunya yang tak terjun ke dunia bisnis, cukup lah baginya untuk melihat kedua kakak laki-lakinya menikmati apa yang kedua orang tuanya bangun sedari lama, Raka tak berminat sedikit pun, si tampan ini malah sedang menikmati statusnya sebagai dosen sembari mencari universitas mana lagi yang harus ia jajal untuk melanjutkan S3 nya.
🍒
"Bang."
"Elo, Ka. Dari mana?" Kaivan yang sedang serius menonton bola dari televisi menjawab tanpa menoleh, Raka baru saja ikut bergabung saat offside terjadi dari team bola yang Kaivan agung-agungkan.
"Tumben sepi bener." Seraya duduk Raka memperhatikan sekitarnya yang memang agak sepi, suara katak sehabis hujan menambah sepinya suasana bedeng malam ini.
Keduanya berda di rempat tv kabel terpasang yang berada di tengah-tengah bedeng, bedeng warna-warni memang berbentuk U dengan kedua sisi yang berjejer bedeng-bedeng, kamar mandi umum yang biasanya digunakan para penghuni untuk cuci jemur ada di sebelah kiri agak pojok bersebelahan dengan dapur umum, sementara ruang tv berada tepat ditengahnya dibatasi dengan kaca transparan yang membelakangi pintu masuk, sofa panjang berwarna abu-abu tua mengisi bagian tengah dilengkapi pula dengn meja makan panjang dari kayu berwarna coklat tua cukup untuk dua belas orang dan disana lah bisanya anak-anak bedeng berkumpul.
"Tumben basa-basi."
Raka tertawa kecil menanggapi ucapan Kaivan yang memang benar adanya.
"Enggak malam mingguan, Mas?"
"Tadi si Sasa ngajakin makan pecel lele depan, eh pas disamperin udah jalan duluan sama Ganis dan Sakti."
Raka kembali tertawa mendengarnya, tak heran lagi begitu nama Sasa menjadi alasannya mengapa bisa ditinggal sendiri seperti ini, gadis cantik dengan senyum manis tersebut terlalu lemot menurut Raka, berbagai karakter memang saling tumpang tindih di dalam bedeng ini, seperti dirinya yang jarang ikut kumpul ada pula Kaivan yang anteng menonton seharian, si ceroboh Sakti yang membuat Raka lebih heran kenapa bisa-bisanya kerja jadi tukang listrik dengan reputasinya tersebut lalu Bian yang kisah cintanya tak habis-habis, Arga yang terlalu baik sampai membuat Raka agak kesal ketika pria tersebut hanya tersenyum begitu dimenelin para remahan-remahan laron.
"Ketawa mulu lo, tumben. Habis gajian ya."
"Pegel otak gue."
"Makanya hidup jangan tegang-tegang amat, Ka. Cari pacar deh biar nggak tegang," usul Kavi yang sudah nyengir lebar.
"Kagak ada hubungannya."
"Adalah, lo bisa diperhatiin disayang diutamakan bisa menjadi tempat lo berkeluh kesah."
KAMU SEDANG MEMBACA
Bedeng Warna-Warni
HumorBedeng Warna-Warni bukan Bedeng biasa, Seperti namanya Bedeng ini menyimpan banyak cerita unik para penghuninya.