Chapter 2

13 0 0
                                    

Mencintai seseorang yang tidak bisa membalas perasaanmu memang semenyakitkan itu. Oh tidak, aku ralat. Mencintai seseorang memang semenyakitkan itu.

"Mau sampai kapan sih mengharapkan dia yang peduli sama kamu aja nggak." Temanku selalu mengatakan hal tersebut.

"Ya tidak apa-apa. Aku tahu menyukai seseorang bukan berarti harus memilikinya."

"Sudahlah bicara saja sana sama tiang listrik, capek aku."

Semuanya bermula ketika hubungan tidak jelas ini semakin tidak jelas. Kai sering pergi namun sontak datang kembali selayaknya jailangkung yang datang tidak dijemput dan pulang tidak diantar.

Suatu ketika, Gianna mengetahui sesuatu yang membuatnya harus berhenti untuk berharap kepada Kai yaitu bahwa mengetahui Kai menyukai wanita lain.

Namun dengan segala red flags yang laki-laki itu punya, dia tetap flirting kepada Gianna. "Cowok kayak gitu seharusnya dibasmi An, ngapain sih masih kamu tanggepin!?"

"Kamu pikir untuk keluar dari situasi ini mudah? Tidak Ri, ibarat benang yang dililit berkali-kali aku harus mengguntingnya berulang kali untuk benang tersebut akhirnya bisa lepas," kata Gianna.

"Namun, aku sedang berusaha untuk lepas darinya," titah Gianna.

Gianna tidak munafik dengan perasaannya, ia tidak membendung rasa sedihnya ketika mengetahui kalau bukan ia wanita yang Kai inginkan. Namun, Gianna selalu tahu bahwa menyukai bukan selalu memiliki.

Maka dari itu, Gianna harus pergi dari situasi ini.

November to RememberTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang