3. RLS || Transmigrasi ? 🌻

46 11 0
                                    

Assalamualaikum all.

Gimana kabarnya?

Makasih banget sudah mau baca cerita ini^.^

Jika ada typo tolong tandai ya.

Jangan lupa untuk vote and coment.

•••••

Disebuah ruangan yang serba putih, terdapat seorang  ibu paruh baya yang sedang menunggu sambil memegang tangan pucat anak nya.

Anaknya yang sedang terbaring sangat memprihatinkan, karena terdapat banyak sekali selang dan alat medis yang menempel di tubuhnya, tapi walaupun begitu ia masih tetap terlihat cantik dan imut walaupun wajahnya  sangat  pucat.

Sudah sekitar enam bulan lamanya ia terbaring tak sadarkan diri bisa dibilang koma, paruh baya itu senantiasa menatap sambil memegang tangan anaknya berharap sang anak bangun dari tidur lelapnya.

"Sayang bangun dong, Bunda kangen tahu. kamu gak kangen yak sama Bunda? Masa tidur terus kapan bangunnya, disini  banyak yang sayang sama kamu nak, Bunda sedih liat kamu kaya gini." tanganya terulur memegang pipi anaknya yang dingin, air matanya mulai mengalir.


"Sayang... Kamu mau nyiksa Bunda kaya gini, Maafin Bunda. Bunda udah gagal jadi seorang Ibu, Bunda nyesel udah ninggalin kamu dulu, kamu mau kan buka mata? Bahkan Bunda juga gak tahu  siapa penyebab anak Bunda jadi kaya gini"

Air matanya mengalir tanpa henti, setiap hari ia menanti berharap Anaknya terbangun, ia selalu mengajak Anaknya berbicara, namun tak ada respon apapun yang diberikan Anaknya hanya kesunyian yang melanda.

"Kiri-kiri guys, ayo ketengah lawan turet mereka biar mereka isdet, aduh ini si monyet kenapa bisa jadi banyak sih kaya kiansantang aja, aduh darah nya dikit lagi nih."


Ibu paruh baya tadi menghela nafas, dan menatap salah seorang Anaknya" Dek, kakak kamu lagi sakit. Jangan berisik ihhh, nanti kakak kamu tambah sakit kamu mau ?! volume handphone nya juga kecilin gede banget kamu budek?"


Remaja cowo yang sedang duduk di sofa itu tidak menatap Bundanya, pandanganya masih asyik fokus pada game yang ia mainkan.


"Ck, iyaa bundaaaaa bawel amat. Nih Aku kecilin volumenya" lantas ia mengecilkan volume handphonenya


"guyss bantuinn sinii! Disini ada Bapak-bapak  bawa palu serem amat, lah si nyi roro kidul malah ngalangin lagi,  di ulti juga modar!"


Ia sangat bersemangat sekali, sampai tak melihat ekspresi Bundanya.

Ibu paruh baya tadi tersenyum manis pada Anak cowonya" Afraaaaaaannn, Bunda tadi bilang apa sayang? Hmmm, kok gak jawab sih kenapa? Sini sayang telinganya mau kenalan sama jari Bunda gak?" ia mendekat pada Anaknya yang sedang cengengesan tak jelas.


"ehehehehe, enggak ahh bunda telinga aku gak mau silahturahmi sama jari  Bunda, soalnya jari Bunda lembut-lembut menyakitkan, jadi gak usah" ia cengengesan sambil memperlihatkan jari tengah dan jari telunjuk tanda ia minta damai.

Raghea Live StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang