05:40
Arel sampai di sekolah dengan keadaan sepi, karna dateng kepagian. Bel masuk berbunyi pukul 07:00, tapi mumpung ia lagi bangun pagi ia berangkat lebih awal.
Ia pun sampai di kelas dan duduk selama 15 menit mengutak-atik handphone-nya, tiba-tiba temannya datang menghampirinya. "Woi, tumben dateng awal?" Ledek Naysa teman sekaligus besti tercintanya semati se-hidupnya. "Apasih baru juga dateng." Ketus Arel.
"Kan kamu sering telat, tumben aja gitu." Kekeh Naysa sambil menyenggol bahu Arel. Arel hanya menanggapinya dengan dehem. Naysa yang melihat tanggapan Arel hanya bisa menghembuskan nafasnya.
Lalu Arel membuka tas nya mengeluarkan buku Matematikanya, "Eh hari ini ada pr dari bu Desy, kamu udh ngerjain, rel?" Tanya Naysa membuat Arel kaget tiba-tiba ada pr. "Uuhh belum emangnya halaman berapa?" Lalu Naysa langsung mengasih tau halamannya.
Arel langsung mengerjakannya dalam kurun waktu kurang dari 20 menit. Naysa hanya tercengang lihat sahabatnya yang dia anggap tidak manusiawi ini. "Gila, kau kerjakan itu dalam waktu 10 menit udah selesai sedangkan yang lain membutuhkan 2-3 jam untuk mencari." Naysa hanya menggeleng-geleng tidak percaya, Arel sih santai aja. "Nanti temanin aku ke rooftop." Pinta Arel dan Naysa hanya mengiyakan apa yang Arel pinta.
•=====•
Skip Jam Istirahat, Rooftop Sekolah.
"Mau ngapain di rooftop?" Tanya Naysa sambil membawa bekalnya. Arel masih terdiam memandangi pemandangan perkotaan.
Naysa yang sudah tak sanggup menahan lapar ia langsung memakan bekalnya. "Mau ngga rel?" Tawar Naysa, Arel menoleh ke belakang melihat Naysa memegang sendok penuh dengan nasi dan ayam. Arel pun menghampiri dan Naysa menyuap satu sendok nasi ke mulut Arel. "Blom makan ya, rel?" Arel hanya mengangguk pelan lalu Naysa makan bekalnya sampai habis sedangkan Arel merasa tidak enakkan dengan Naysa jadi ia hanya makan 2 suap saja.
...
Arel kembali memandang dengan tatapan kosong, ia merogoh kantongnya mengambil sebungkus rokok yang tersisa 2 dan korek. Lalu ia menghidupkannya dan mulai menghisap-hisap rasa rokok yang nikmat itu. "Mau ngga nay?" Canda Arel, "Ngga, aku masih sayang paru-paru." Tolaknya dengan halus.
"Berapa banyak rokok udah kau habiskan?" Tanya Naysa, "Ngga banyak cuma 10 aja." Kekeh Arel dengan suara pelan diakhir kata, Naysa menepuk jidatnya. "Ndas mu sitik." Naysa selalu mengingatkan Arel untuk tidak merokok terus menerus, ia takut hal yang sama terjadi pada seseorang yang dulu ia cintai meninggal karena penyakit kanker paru-paru.
Dengan Arel bersahabat dengan Naysa yang notabene kedua orang tuanya dokter ia selalu diperhatikan oleh Naysa, mulai dari pola makan, pola tidur, olahraga, dan lain-lain. Perhatian kecil yang diberikan Naysa membuat Arel merasa ada yang peduli dengan dia walaupun sedikit menjengkelkan.
Ia menyayangi Naysa layaknya saudari sendiri, sampai-sampai semua orang mengira kalau mereka pacaran karena wajah Arel seperti cwo dengan rambut pendek tomboy-nya.
"Aku nanti diadopsi." Naysa mendongak kearah Arel dengan ekspresi tidak percaya. "Ha, apa? lu diadopsi?"
"Iya kamu ngga budeg kan." Lalu Naysa memeluk Arel dengan bahagia akhirnya Arel bisa merasakan hangatnya keluarga lagi. "Bagus deh, rel, aku seneng kamu diadopsi." Mendengar reaksi bestinya ia juga ikut senang dan membalas pelukan hangat tersebut. Tiba-tiba bel masuk telah berbunyi.
Ting Nong Ning Nong Ting Nong Ning Nong
Panggilan Kepada Ketua OSIS dan Wakil Ketua OSIS Harap Ke Sumber Suara
"Eh lo dipanggil." Hati Arel ingin mengeluarkan kata-kata buruk, tetapi tertahan dengan akal sehatnya. "Yaudah kamu balik ke kelas dulu aja." Naysa mengangguk dan Arel pergi meninggalkan Naysa di Rooftop sendirian.