KESATU

30 1 0
                                    

Hari yang cerah, harusnya aku sedang bersantai dikamar sambil bermain game online favoritku. Tapi, lagi-lagi siburuk rupa mengajakku berpetualang.

"Drong, masih lila teu sih aingah sia mah ah. (Drong, masih lama gak sih)." Tanyaku pada siburuk rupa. Siburuk rupa adalah panggilanku pada sesosok makhluk gaib yang bentuknya menyerupai genderuwo. FYI, aku memiliki kemampuan melihat makhluk gaib sedari kecil.

"Tuturkeun we aing, Jang (Ikutin aja gue lah,)." Jawabnya. "Jang" adalah panggilan khususnya padaku, jika di artikan ke dalam bahasa indonesia memiliki arti "Nak". Dengan hati dongkol aku pun terus melangkahkan kaki sesuai instruksi yang siburuk rupa katakan. Dia sih enak, bisa menghilang dan langsung sampai di tempat tujuan. Sementara aku harus berjalan kaki, panas-panasan dan tentunya kecapekan. Aku mendumel dalam hati.

"Gondrong kampret, capek woy." Dumelku dalam hati.

Setelah satu jam berjalan kaki, akhirnya aku sampai ditempat yang siburuk rupa maksud. Tempatnya berupa padang rumput ilalang yang ditengahnya ada sebuah danau. Di sebelah utara danau tumbuh banyak sekali pohon-pohn kayu yang ku perkirakan usianya sudah bertahun-tahun, soalnya pohonnya terlihat sangat rindang. Terus kayanya enak santai disana. Baru saja aku akan melangkah kesana, siburuk rupa malah ngomong.

"Heh! Mau kemana. Sini,sini. Kita ada misi atuh euy. CK." Kata siburuk rupa.

"Sabar atuh drong, capek aing teh jalan berkilo-kilo. Suka gak mikir sia mah da, kamu enak bisa terbang. Lah saya mesti jalan kaki." Ucapku sewot. Dasar si gondrong kampret.

"Bentar ya Drong, saya mau neduh dulu. Panas." Siburuk rupa pun cuma bisa menghela nafas, mungkin dia sadar kalo aku adalah manusia biasa yang mudah merasa lelah. Tapi, memangnya jurig bisa bernafas? Haha baiklah abaikan saja, intinya adalah si gondrong pasrah saja mengikutiku beristirahat di bawah pohon mahoni.

"Sebenernya, kita tuh mau ngapain drong?" Tanyaku.

"Nyari yang ilang." Jawabnya. Aku berjengit kaget, lalu menoleh pada si gondrong yang ada di sebelahku. Aku mengernyit.

"Awewe.." Katanya. Seolah mampu menerka otakku. Awewe berarti cewe. Aku melayangkan pandangan kenapa padanya.

"Hilang dari seminggu yang lalu, terus orang tuanya minta bantuanku untuk mencarinya. Nah, makanya ayo kita cari awewe itu." Jelas si gondrong. Aku hanya bisa mengurut pelipis. Bisa-bisanya si gondrong baru ngomong sekarang disini. Tau gitu, aku kan harus persiapan. Masa cuma bawa tas kecil gini.

"Kenapa gak ngomong dari tadi sih drong. Hadeh." Ucapku kesal.

"Coba jelaskan, siapa yang hilang teh? orang mana, terus kenapa kok bisa sampe ke sini?" Tanyaku gak sabar. Tanpa bicara, gondrong menyentuh kepalaku. Seketika aku seperti terlempar ke dimensi lain. Dimana, dalam dimensi itu aku melihat seorang cewek yang sedang menangis. Slide berikutnya, cewek tersebut berlari di jalanan setapak yang aku perkirakan itu adalah jalan menuju ke sini, karena jalannya mirip dengan yang aku lewati tadi. Hanya sampai situ yang bisa aku lihat, sebelum akhirnya aku tersadar.

"Gimana? Paham belum kenapanya?" Tanya si Gondrong.

"Gak jelas ah. Coba kamu ceritain aja deh drong." Pintaku. Dengan tatapan serius, Sigondrong menatap mataku. Lagi-lagi aku terlempar ke dimensi lain. Kali ini terlihat lebih jelas, baik visual maupun suaranya.

Dihadapanku ada seorang cewek, ku perkirakan usianya sekitar 16 atau 17 tahun sdang bertengkar dengan seorang laki-laki yang kira-kira usinya sekitar 20-an ke atas. Terlihat dari pakaian dan bekas kumis yang dicukur. Sedangkan si cewek masih mengenakan seragam sekolah. Dari pertengkaran mereka, aku dapat menyimpulkan bahwa si cewek ini sedang mengandung, yang kemungkinan adalah anak dari si laki-laki dihadapannya. Sicewek meminta pertanggungjawaban, tapi si laki-laki menolak. Kemudian mereka memutuskan untuk pergi.

Aku mengikuti mereka, hingga sampailah mereka pada sebuah motor yang kemudian mereka pergi menggunakan motor tersebut. Aku memejamkan mataku, scene berikutnya si laki-laki membawa sicewek tersebut ke sebuah bangunan terbengkalai, dan seterusnya aku tidak bisa mengambarkan dengan detail. Karena ini akan sangat menyakitkan. Bagaimana tidak, bukannya tanggungjawab malah kembali dilecehkan bersama teman-teman gengnya. Aku menahan nafas, ikut merasakan sakit dan juga marah. Suara teriakan kesakitan sicewek masih jelas kudengar. Hingga aku tersadar aku sudah berada di scene berikutnya, dimana sicewek menangis sambil berlari menuju danau yang tadi.

Scene berikutnya, aku yakin kalian mampu menebaknya dengan benar. Ya, cewek tersebut memutuskan untuk mengakhiri hidupnya dengan cara menenggelamkan diri di danau tersebut. Hanya sampai situ yang bisa aku lihat. Sekarang, bagaimana cara mencari jasadnya? Bahkan ini sudah seminggu sejak cewek tersebut dinyatakan hilang.




------------------------------------------------

Jangan lupa tinggalkan jejak ya manteman :)

Vote dan komennya saya tunggu .

Makasih udah mampir siapa pun kamu:)

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 21, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

AKU DAN GONDRONGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang