Chapter 8 - Three of Us.

20 4 0
                                    

" Do you like him? "

" I do, and so do you. "

Jeno terkejut. Tidak. Ia tidak menyukai Renjun. Ia yakin dia hanya sedang bingung. Atau mungkin terbawa suasana karena paras Renjun yang terlalu cantik untuk ukuran seorang pria. Namun apakah benar Jaemin menyukai Renjun? " Gak. Gue gasuka Renjun. Kita cuma sebatas temen. " Jeno membantah. menatap sinis kepada Jaemin yang sedang memasang smirk tipis dimukanya. " Oh ya? Hahahaha yaudah kalo begitu. Berarti diagnosa gua salah. " Jaemin tertawa seraya meninggalkan halaman belakang. " Kemana lo? " Jeno masih menatap pemuda di depannya dengan tajam. " Ya ngelihat Renjun, lah. " Jaemin melenggang pergi dan melambaikan tangannya sebagai tanda perpisahan.

" Sial. Jaemin sial. Kenapa Jaemin tetep ngeselin bahkan disini sekalipun? Gak. Jaemin disini lebih ngeselin. Lebih daripada Jaemin yang gua kenal. " Jeno tak henti-henti menyumpah-serapahi Jaemin. Pria itu begitu menjengkelkan. Ia baru saja mengenal 'Jaemin' dan ia sudah sangat kesal dibuatnya. Oke, sepertinya untuk kedepannya ia akan mengurung dirinya di kamar bila Jaemin berkunjung.

Meanwhile, di Dapur...

" Renjunnnn " Jaemin datang dan mendekati Renjun. " Kenapa lama bangeett??? " Jaemin melingkarkan tangannya di pinggul mungil milik Renjun dan menopang dagunya di pundak Renjun yang tentu saja mendapat hempasan dari Renjun. Mereka terlihat seperti pasangan yang baru saja menikah, sungguh.

" Ya aku juga buat untuk aku sendiri??? gaboleh??? ada 3 orang disini, Jaem. Lagian selama apa sih? " Renjun mengoceh panjang lebar. " Hehehe iya deh iya kaga lama iyaaa " Jaemin mengecup leher Renjun. Renjun yang terkejut reflek menepuk lengan Jaemin menggunakan sendok logam yang ia gunakan untuk mengaduk teh miliknya.

" ADUH JUN PANAS ANJIR " Jaemin terkaget ketika ia merasakan benda panas menyentuh lengannya.

" SIAPA YANG CIUM DULUAN????? " Pipi Renjun bersemburat merah, lucu. Lucu sekali. Jaemin tertawa ketika melihat muka Renjun. " Iya iya salah gua iyaa " Jaemin mengusak rambut Renjun lalu keluar dari dapur. Menepuk pundak Jeno yang sedari tadi melihat mereka berdua. " Kalo mau PDKT tuh gitu bro " Jaemin berucap dengan sombong.

———

Awalnya Jeno hanya ingin masuk ke kamarnya, namun saat ia melewati dapur ia melihat Renjun dan Jaemin yang sedang berpelukan. Dada Jeno bak dihantam batu. Lebih sakit dibandingkan ketika ia ditusuk oleh pisau. Bukannya masuk ke dalam kamarnya, ia malah mematung, melihat interaksi kedua 'teman' tersebut.

" Elah, ini mah beneran cocok sampe jenjang pernikahan. Lagian gua kenapa cemburu dah? Bukan siapa-siapanya kan? Dah dah mending lu ke kamar deh, Lee Jeno. " Menyudahi acara termenungnya, Jeno akhirnya memasuki kamarnya.

Sabtu, 10.15, Taman Belakang.

" Loh Jaem? Jeno kemana? " Renjun datang membawa nampan berisi sepiring penuh kue dan 2 kopi. Jaemin yang sedang melihat-lihat bunga menoleh ke arah datangnya suara. " Jeno? Tadi balik ke kamar. " Jaemin menjawab singkat. " Yah sayang banget. Nanti cookiesnya aku kasih sendiri deh. Jangan diabisin! " Renjun menaruh nampan diatas meja, lalu Jaemin duduk untuk menikmati sajian yang sudah disiapkan oleh Renjun. " Jadi Jaem? Mau bunga apa? " Renjun bertanya sembari mengelilingi Taman Bunganya. " Hm... Yellow Acacia aja gimana? Sama bunga Agrimony. " Jaemin menjawab. Renjun terkesima, " Secret love and gratitude? Whoa, ini beneran buat pacarmu? " Kata Renjun sembari mengambil beberapa bunga Yellow Acacia dan Agrimony. " Ngga, Renjun. Beneran buat Mama. " Jaemin menjawab kemudian menyeruput kopinya.

" Done yet? " Renjun bertanya lagi. Barangkali Jaemin ingin menambah bunga. " Just decorate it with some Dandelions. Jadi gak begitu monoton. " Renjun mengambil beberapa bunga Dandelion. " Okay then Mr. Handsome. I'll be right back " Renjun keluar setelah sedikit menggoda Jaemin.

" Fuck. You're really not good for my health. "
Batin Jaemin, sembari menutup mukanya menggunakan telapak tangannya.

Takdir Mimpi - Noren || On-goingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang