spin off ; Tamu

33 5 0
                                    

Renjun spin off,berkaitan dengan chapter 3 & 4

Jam 16.56 – Taman Renjun

Hari ini lumayan banyak pelanggan yang datang ke toko,aku berjalan ke meja lalu menarik laci dan mengeluarkan buku catatan kecil untuk mencatat berapa saja bunga yang sudah terjual hari ini.

Pagi tadi aku sudah mencatat semua bunga yang ingin aku jual,sore ini akan ku catat lagi berapa yang harus aku penuhi lagi vasnya,menjadi seorang penjual bunga itu tidak mudah,kamu harus bisa mengetahui jenis-jenis bunga dan manfaatnya,lalu mencatat beraps bunga yang sudah terjual dan sebelum terjual agar bisa kamu isi kembali vasnya dan terlihat lebih wangi dan segar.

Tapi karena aku menyukai cocok tanam,ini bukanlah masalah yang begitu besar bagiku. Setelah mencatat semua bunga yang sudah terjual aku ke taman bunga dibelakang,meletakkan buka catatan itu kembali ke laci,aku menuju taman.

Taman bungaku bisa dibilang cukup luas,sebenarnya aku tidak ingin begitu luas,namun Mama tetap memaksaku untuk membuat taman bunga yang luas agar bisa memuat lebih banyak bunga katanya.

Beberapa sudah aku isi kembali,beberapa yang layu aku buang di kantung sampah,dan beberapa yang masih bagus dan cantik masih berada didalam vas mereka masing-masing.

Setelah bolak-balik dari toko ke taman,aku merasa lelah namun tidak ingin duduk,ah aku baru teringat ada pesanan pelanggan.

Berjalan kembali ke toko dan mengambil buku catatan khusus pesanan,aku membuka lembaran hari ini yang sudah aku isi dengan pesanan pelanggan dan membawanya ke taman.

Mengerjakan yang lebih simpel,satu pesanan buket bunga mawar kecil aku kerjakan duluan,pada saat aku tengah mengerjakannya seorang pria muncul dari balik bunga-bunga.

"Bagaimana bisa dia masuk ke taman? Bukankah satu-satunya jalan masuk dan keluar taman adalah toko? Jika benar dia dari toko,kenapa aku tidak bisa mendengar suara pintu toko terbuka?" Batinku penasaran.

"Hai,maaf ganggu,ini.. dimana?" Tanyanya,aku berusaha untuk tetap tenang,sepertinya juga dia orang yang baik.

"Halo,ah.. ini ditamanku,aku tidak pernah melihatmu sebelumnya,kamu siapa?" tanyaku penasaran,bagaimana bisa aku tidak bingung ada orang yang tidak kukenal tiba-tiba berada di tamanku?

"Ah iya,gue Lee Jeno,ditaman? Besar banget,gue sendiri juga gatau kenapa bisa ada disini" jelasnya,tunggu. Apa dia bilang? Tidak tau? Situasi ini menjadi semakin rumit.

"Mau bercerita didalam aja?" ujarku,agak tidak enak jika harus membuatnya berdiri,jadi aku menawarkan untuk bercerita didalam saja,ketempat istirahat disamping toko.

Toko,taman,tempat istirahat dan rumahku tidak berpisah,mereka disambung oleh lorong-lorong yang banyak,jika kamu melihatnya dari luar,tokoku bakal keliatan besar banget,padahal engga,dibelakangnya itu bukannya toko tapi taman dan rumah.

"Boleh.." katanya mengiyakan tawaranku,lalu kami mulai berjalan dari taman ke tempat istirahat.

Tadi aku agak memperhatikannya,dia memakai kaus oversized yang depannya dimasukkan kedalam celana jeans hitam dan mengenakan sneaker putih.

Setelah sampai di ruang istirahat,aku langsung menyuruhnya duduk di sofa. "Mau saya bikinin sesuatu?" tanyaku formal,agak tidak enak jika langsung berbicara tidak formal.

"Bisa ngomong gausah formal aja? gue agak ga nyaman" katanya,sepertinya dia memang kurang nyaman dengan kata-kata formal seperti 'saya-kamu'.

"Ah baiklah.." mengiyakan permintaan Jeno,aku berusaha untuk mengobrol dengan tidak formal

"Mau aku bikinin-" kalimatku terpotong

"Gausah,takut ngerepotin" jawabnya menolak tawaranku

"Kalo gitu langsung cerita aja?" tanyaku sedikit penasaran karena bagaimana bisa dia ada di tamanku.

"Oke" mengiyakan tawaranku,dia mulai bercerita. "Jadi awalnya gue baru aja pulang sekolah,dan jalan kaki kerumah,terus gue ngerasa kaya ada yang ngikutin gitu kan,gue liat ke belakang terus ternyata ada orang,gajelas karena pas kejadian itu jam 5 sore,terus tiba-tiba gue ditusuk gatau pake apaan,kayaknya sih pisau,berkali-kali gitu terus gue nutup mata,pas udah buka mata gue udah ada di taman lo" ceritanya panjang lebar,aku yang mendengar hanya kebingungan. Bagaimana bisa? Memangnya mungkin seseorang yang baru saja ditusuk tidak memiliki luka satupun?

"Lalu kok kamu gak ada luka?" tanyaku,mungkin pertanyaan yang sedikit sensitif.

"Nah itu dia,gue juga bingung,kok bisa gaada luka" jelas Jeno,kita berdua saling kebingungan dan larut dalam pikiran masing-masing.

Ruangan tersebut sangatlah sunyi,hanya ada suara jam yang pada saat itu sangat nyaring bagiku- dan Jeno mungkin? ah, iya aku lupa memperkenalkan diriku


"Ah iya, aku belum memperkenalkan diri" kataku, sambil berdiri didepan Lee Jeno, iya bukan namanya Lee Jeno?







"Namaku Huang Renjun, kamu bisa memanggilku Renjun, salam kenal" memperkenalkan diriku.

Takdir Mimpi - Noren || On-goingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang