Bonne lecture!
Sebagai senior yang baik, tentunya [Name] berusaha membantu semampunya ketika adik kelasnya mengalami kesulitan.
Ia dengan senyum sumringah memberikan beberapa dokumen yang diikat kepada junior produsernya. Tangannya menepuk-nepuk tumpukan dokumen tersebut dan menatap wajah ayu rekan dari adik kelas kesayangannya.
"Mungkin tidak begitu penting, tapi kubawakan dokumen mengenai protokol keamanan S1 selama beberapa tahun ke belakang. Aku akan membantumu membuat proposalnya agar disetujui Eichi."
"Terima kasih, [Name]-san!"
[Name] menahan tawa mendengar suara Anzu yang terlampau kikuk dengan posisi duduk yang kaku. Melihat juniornya yang seperti itu membuatnya teringat dengan dirinya ketika masih menjadi gadis yang lugu. Belajar keras demi nilai akademik yang bagus, namun nyatanya tidak mendapat respon yang ia inginkan. Sampai akhirnya gadis itu menemukan orang-orang yang sukarela mengapresiasinya akan hal-hal kecil.
Ia kemudian melirik ke arah jendela perpustakaan yang memberikan potret salah satu dari sekian halaman Sekolah Yumenosaki yang asri. Tanpa sadar, kedua kakinya melangkah menuju jendela tersebut dan membukanya perlahan. Angin sore masuk perlahan melewatinya, sepoi-sepoi namun terasa hangat karena masih musim panas.
"Apa [Name]-san tidak ingin pindah ke jurusan idol?"
Pertanyaan Makoto kembali terngiang di pikiran. [Name] mengulum senyum dengan kepala yang bergerak menunduk. Orang gila mana yang pindah jurusan di saat-saat terakhir dirinya sekolah? Walaupun ia punya akses orang dalam yang berpengaruh tetap tidak memungkinkan dirinya mampu bertahan dengan gejolak-gejolak anak jurusan idol. Bahkan bisa jadi [Name] mendapat reaksi yang lebih ganas dari terakhir ia mendapatkannya beberapa hari yang lalu.
Gadis itu mengangkat tangannya, menyentuh pipi yang masih terasa perih jika ditekan. Tamparan sang ibunda bukan main kerasnya, hingga mampu menyadarkannya dari kenyamanan semu yang diciptakan untuk membuatnya sedikit terlena dari tugasnya.
"Teganya kau melayangkan gugatan pada orang yang membantu kita selama ini!"
Saat itu, [Name] hanya terdiam sembari menahan rasa sakit di sebagian wajahnya. Gadis itu tanpa rasa takut menatap balik wanita di hadapannya. "Justru Ibu yang tega membiarkan dia mengeruk warisan Ayah dengan cara kotor! Bu, berpikirlah secara rasional!"
"Dia juga ayahmu, [Name]!"
[Name] mendengkus seraya tersenyum kecut. "Ayahku hanya satu dan sudah tiada. Aku—tidak, saya memang senang Ibu bahagia bisa menikah lagi, tapi tidak sekalipun saya menganggap suami Ibu yang itu adalah ayah saya," ujarnya dengan nada suara yang rendah.
"Serta hak waris ayah saya jatuh secara penuh kepada saya, putrinya. Bukan dialihkan ke kepada siapapun. Masih bagus saya hanya menggugatnya terkait warisan. Saya memegang janji dengan Ibu untuk tidak membawa masalah lainnya," tegasnya kembali, memberi peringatan akan posisi mereka sebenarnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Heart Direction | Sena Izumi
FanfictionMemperebutkan seorang adik kelas adalah hal yang mudah pada awalnya. Akan tetapi, ketika rasa yang asing memijakkan diri, seluruhnya menjadi berantakan. [] Sena Izumi x Fem!Reader (ft. Yuuki Makoto) a fluffy fanfiction of Ensemble Stars! » 13 Decemb...