1 : Pandangan

617 76 12
                                    

Happy reading~

Saat terburuk Makoto adalah ketika dua kakak kelas yang ia kenali muncul dengan menyangkut-pautkannya sepersekian detik setelah bel istirahat berbunyi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Saat terburuk Makoto adalah ketika dua kakak kelas yang ia kenali muncul dengan menyangkut-pautkannya sepersekian detik setelah bel istirahat berbunyi. Ia heran dengan kecepatan lari yang mereka gunakan hingga masih sempat menyambut Sagami-sensei keluar sebelum mulai bertingkah.

Yang pasti, saat itulah ia akan menjelma sebagai tali tambang yang ditarik oleh dua kubu berlawanan jika bertemu mereka.

"[Name]-san, sudahlah."

"Ini tidak bisa dibiarkan, Mako-chan! Uban cabe ini harus kusingkirkan!"

"Hah, uban cabe katamu?!"

"Bah! Tampang saja yang rupawan, tapi mulutnya pedes!"

Meski keduanya bisa masuk golongan kurang waras, setidaknya gadis bernama [Surname] [Name] lebih baik daripada Sena Izumi dalam hal seperti obsesi, mungkin?

"Izumi-san, tolong kembali ke unitmu," usir Makoto. Ia langsung menyembunyikan diri di balik punggung [Name] ketika melihat kilatan pada sepasang manik biru muda itu.

"Kau lebih memilih papan cucian itu, Yuu-kun?!"

"Aku telah berjanji dengan Makoto kemarin. Dan apa-apaan sebutan itu?! Ngajak gelut?"

"Situ ngaca! Apa maksudmu memanggilku dengan uban cabe, hah?!"

Makoto mendengar [Name] mendecak sebal. Ia hanya berdoa adu mulut itu cepat selesai dan ia bisa makan siang dengan tenang.

"Ayo pergi, Mako-chan."

Pemuda berkacamata itu pasrah saja ditarik senior perempuannya pergi. Toh ia sendiri yang mengajak gadis berdasi hijau itu tadi malam. Malah kini berganti Makoto yang menarik [Name].Lebih cepat pergi lebih cepat terhindar dari amukan si kelabu yang membara.

"Hoi, kau bawa ke mana Yuu-kun ku?!"

"Berisik, uban cabe!"

"Kembalikan Yuu-kun, dasar papan cucian!"

Bahkan dalam pengejaran pun masih sempat-sempatnya melontarkan julukan-julukan lain.

Dalam belokan di pintu keluar gedung, Makoto tiba-tiba ditarik hingga terjatuh menggelinding dibalik pagar tanaman. Belum sempat ia beranjak bangkit, pundaknya langsung ditahan agar tetap di atas tanah.

[Name] ... di atasnya ...

Di atasnya!!

Rona merah merekah di wajah Makoto, bahkan hingga menjalar ke telinga. Wajah serius kakak kelasnya itu bahkan lebih menawan dari biasanya. Dahi yang berkerut, alis yang nyaris bertaut, pandangan fokus yang terkesan menyelidik ... seperti agen rahasia di film laga saja!

Beruntung rambut [Name] sedang dicepol sehingga tidak menusuk matanya, yang mana sialnya malah menunjukkan leher jenjang yang mulus, bersih, kinclong! Pemandangan langka, bung!

Heart Direction | Sena IzumiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang