Seminggu berlalu semenjak Jaemin memberikan sebuah cincin kepada Jisung saat mereka berada di Apartemen waktu itu, dan sekarang Jeno dan Renjun sedang membuat pesta kecil-kecilan dirumah mereka. Sebenarnya hanya bertujuh, Jisung sedang melakukan camping bersama teman-temannya dan sebentar lagi mungkin akan pulang.
Karina duduk disebelah Winter sambil menikmati Jusnya sembari menemani sang kekasih, para sepupunya dan juga teman-temannya-Mark dan Haechan yang asik minum-minum. Dan saat ini hanya tersisa Jaemin, Jeno, Renjun dan tentu saja Karina. Sementara Mark, Haechan dan Winter sudah terlelap sedari tadi pada kamar yang disediakan bagi mereka.
Jaemin masih dalam keadaan setengah sadar, berbeda dengan Jeno yang sudah meracau tak jelas membuat Karina tertawa kecil melihat tingkah sepupunya itu. Pria dengan eyesmile menawan itu memiliki toleransi yang tinggi untuk alkohol, tapi jika meminumnya terlalu banyak maka pertahanan itu akan runtuh juga.
"Jaemin ..."
Jaemin hanya bergumam menjawab kakaknya. Pria tampan itu sedang sibuk dengan ponselnya, bertukar pesan dengan sang kekasih.
"Kau tahu .. aku sempat berpikir kalau kekasihmu itu sangat mirip dengan anak manisku."
Walau terdengar pelan, tapi suara Jeno terdengar begitu jelas pada telinga Jaemin. Dia yang tadinya sibuk dengan kegiatannya sendiri, kini mengalihkan perhatiannya kepada sang kakak.
"Apa yang kau bicarakan? Berhentilah minum, kau sudah sangat mabuk dan berbicara yang tidak-tidak."
Jaemin berusaha mengambil botol minuman yang berada dalam genggaman Jeno, tapi itu sangat sulit karena walaupun Jeno sudah sangat mabuk tapi masih memiliki sisa tenaga yang lumayan kuat.
"Caramu menatap anakku, dan semua perhatian yang kau berikan padanya membuatku merasa kalau kau memiliki hubungan dengan Jie."
Seusai Jeno berucap, terdengar suara tawa kecil yang berasal dari Renjun. "Aku juga sempat berpikir seperti itu sayang .. tapi tidak mungkin kan?" Renjun mengangkat wajahnya yang memerah, menatap Jeno dan Jaemin serta Karina bergantian.
"Sebaiknya kita sekarang tidur. Kalian berdua sudah berbicara yang tidak-tidak." Karina bangkit dari duduknya, menatap Jaemin. "Kau bawalah Jeno, aku akan bantu memapah Renjun ke kamar mereka."
Jaemin merangkul tubuh Jeno, memapah tubuh bongsor kakaknya itu menuju kamar. Disepanjang perjalanan singkat itu Jeno tak berhenti berulah, meracau dengan kata-kata yang sama kepada Jaemin.
"Hehehehe firasatku memang sangat aneh bukan?" Jeno tertawa, mungkin merasa lucu dengan pemikirannya sendiri. "Kau adalah adikku, kau tidak mungkin menjalin hubungan dengan keponakanmu sendiri." Jeno menatap tajam wajah Jaemin dari samping. "Kalau sampai itu terjadi, aku akan membun- .."
BRUGHH !!!
Tubuh besar Jeno terjatuh diatas kasur empuk, tepat disamping Renjun. Tidak ada pergerakan sedikitpun, mungkin pingsan atau tertidur.
"Jaemin sebaiknya kau juga pergilah tidur." Suara Karina terdengar, membuat Jaemin mengalihkan pandangannya kepada sepupunya itu.
"Kau juga, Winter pasti kesepian karena kau tidak bersamanya."
Karina mengangguk, berjalan keluar dari kamar milik Jeno dan Renjun. Meninggalkan Jaemin yang berdiri menatap kakak dan kakak iparnya.
"Firasatmu sangat benar. Tapi walaupun kau akan membunuhku saat mengetahui segalanya, aku tidak akan pernah melepaskan Jisung."
Setelah mengatakan itu, Jaemin pergi meninggalkan kamar kakaknya dan kembali ke ruang bersantai.
•
•