"Sweetheart .." lirih Jaemin saat memeluk tubuh kekasih sekaligus keponakannya itu dari belakang.
Pria tampan dengan penampilan yang masih sedikit berantakan itu langsung menghampiri Jisung yang sedang berdiri dekat meja makan dan memeluk tubuh ramping kekasihnya erat, mengecup serta membenamkan wajahnya diceruk leher kekasih manisnya.
Jisung menggerakkan leher dan bahunya, berusaha untuk melepaskan pelukan Jaemin pada tubuhnya. Hari sudah pagi, mungkin saja para maid atau mungkin orang rumah beserta bibinya yang sedang menginap sudah bangun dan dapat memergoki mereka kapan saja.
"Daddy .. ini sudah pagi." Bisik Jisung berusaha menyadarkan Jaemin bahwa mereka tidak bisa bermesraan seperti saat ini.
"Iya Daddy tau. Tapi ..." Jaemin menggantungkan ucapannya membalikkan tubuh Jisung menjadi berhadapan dengannya,mengukung tubuh tersebut dalam tubuhnya.
"Daddy ingin morning kiss darimu Sweetheart." Jaemin tersenyum tampan setelah menyelesaikan ucapannya. Langsung mencium bibir plump tersebut tanpa persetujuan dari sang pemilik bibir, melumat bibir yang disukainya sebentar sebelum kembali melepaskan pagutan mereka.
"Bagaimana kalau ada yang melihat kita tadi?" Tanya Jisung menatap Jaemin panik.
Pria tampan itu justru tersenyum kembali, mengecup pipi kanan Jisung dengan lembut, mengabaikan Jisung yang terlihat cemas.
"Kalau hari ini waktunya ketahuan, Daddy sudah siap." Bisik Jaemin pelan didekat telinga Jisung. Mengecup cuping telinga lelaki manis itu, mencoba menenangkan Jisung yang merasa cemas.
"GOOD MORNING EVERYBODY!!"
Suara keras itu membuat Jisung berjengit terkejut dengan Haechan yang berjalan bersama Mark menuju kearah mereka. Begitupun Jaemin yang terkejut karena di dorong hampir menabrak kursi di area meja makan itu.
"Kau sangat mengganggu!" Ucap Jaemin, kesal.
Dia sedang asik bersama kekasihnya dan sahabatnya itu datang mengganggu dengan teriakan yang memekakan telinga.
Haechan menghela nafas jengah, lelaki berkulit tan itu memutar bola matanya kearah tangga, mengisyaratkan sesuatu kepada Jaemin dan juga Jisung.
Jaemin dan Jisungpun mengikuti arah bola mata tersebut yang mengarah ke tangga. Terdengar suara langkah kaki diatasnya, bukan hanya satu. Sepertinya semua orang sudah terbangun dan turun ke bawah.
Jisung langsung menarik kursi dan mendudukinya. Jaeminpun mau tak mau mengikuti Jisung dan ikut duduk disamping kekasihnya itu bersama Mark dan Haechan, berpura-pura sedang asik berbincang dengan kedua sahabatnya.
"Aku masih merasa pusing, sayang. Bagaimana denganmu?" Suara bariton khas milik Jeno terdengar begitu jelas, ia tampak menuruni tangga bersama Renjun dan diikuti oleh Karina dan Winter.
"Aku baik-baik saja. Lain kali jangan minum sebanyak itu lagi."
Jeno mengangguk, mendengar ucapan Renjun. Dengan masih memegang kepalanya, ia dan Renjun duduk pada kursi meja makan, berhadapan dengan Jaemin dan Jisung.
"Kau benar-benar sangat mabuk semalam. Aku dan Karina sampai harus membantu memapahmu dan kakak ipar ke kamar kalian."
"Maaf sudah merepotkanmu dan juga Karina." Jeno menatap kearah Jaemin dan Karina.
"Tapi kenapa kalian tidak menyuruhku berhenti saat sudah minum sebanyak itu?"
"Aku sudah menyuruhmu berhenti kakek tua. Tapi kau sama sekali tidak mendengarkan ku."
Jeno mendengus, mendengar ucapan adiknya itu. Pandangannya beralih kepada sang anak yang sedari tadi hanya terdiam.
"Jie sayang .. semalam pulangnya jam berapa?" Tanyanya lembut.