Tak terasa sudah 1 minggu mereka ada di pulau kecil itu. Dan Aerith belum mendapatkan jawaban dari pertanyaannya.Tidak, Aerith tidak lagi berani untuk memaksa Leon menjawabnya. Ia diam. Ia menuruti apa perintah Leon. Ia membawa percakapan mereka ke hal-hal yang menyenangkan saja.
Seperti tentang saat-saat dulu ketika Aerith lahir. Aerith bertanya apakah benar begitu ramalan mengatakan kalau Aerith lah yang pantas menjadi sosok ratu, hari itu juga orang-orang kerajaan langsung datang ke kediamannya. Dan ternyata benar. Sejauh ini Aerith hanya mendengar dari sudut pandang keluarganya saja, namun rupanya saat diceritakan dari sudut pandang Leon-- yang saat itu masih berumur 8 tahun, semuanya terdengar menyenangkan.
"Lalu apa yang kau lakukan?" tanya Aerith, antusias."Aku hanya mengikuti ayah. Dan kita berempat melihat ke keranjangmu. Ayah tak henti-hentinya memuji kalau kau cantik, tapi ya aku saat itu hanya berumur 8 tahun dan tidak bisa membedakan mana wajah bayi cantik mana tidak. Semuanya nampak sama"
Aerith tertawa ringan mendengar jawaban Leon, "Tapi bukankah habis itu kau juga punya adik?"
"Ya, benar. Tak lama dari situ Ratu Aeryn, ibuku, melahirkan Wynn. Dari situ aku bisa tau mana bayi cantik mana tidak, soalnya dia tidak begitu cantik"
Aerith tau itu hanya bercanda, sehingga ia tertawa lepas. Mana mungkin Wynn dibilang 'tidak begitu cantik', bangsa elf murni tidak ada yang bisa dikategorikan begitu, apalagi keturunan Raja dan Ratu.
Ketika menyebut nama itu, Aerith sebenarnya ingin mengungkit tentang Wynn, ia penasaran dan khawatir bagaimana keadaan adik Leon yang pergi saat perang berlangsung. Namun ia lihat ekspresi Leon jadi sedikit lesu. Sepertinya mereka bisa bahas tentang Wynn lain waktu. Mood Leon sedang baik, dan Aerith sedang menjaga itu demi kesehatan Leon sendiri.
"Aku juga punya cerita," kata Aerith, membuat Leon mengangkat wajahnya lagi, kembali dengan wajah cerahnya yang Aerith pikir --kenapa mereka tidak membangun hubungan seperti ini sedari dulu, Leon ternyata menyenangkan.
Satu rahasia yang Aerith pendam semenjak mereka tinggal di pulau ini adalah bahwa ia menyukai senyum Leon.
Sangat suka.
Aerith sampai terpaku melihatnya.
(Chap Side Story - The Crown Prince (3) Tau kan sebelah mana? baca lagi dah)
Pria itu jarang tersenyum. Padahal menurut Aerith senyumnya begitu manis.
"Cerita apa?" tanya Leon
"Dulu waktu kau tahun terakhir di akademi" jawab Aerith "Kau berlatih pedang. Menurutku itu pertama kalinya kita bertemu"
"Oh, saat kau kesana untuk menghampiri bibi Tynisia kan?" wah kejutan, ternyata memori Leon cukup baik.
"Ya, Lady Tynisia sangat sibuk apalagi harus menjaga Wynn juga. Jadi aku menghampirinya kesana. Dan kita jadi bertemu" jelas Aerith
"Bagaimana kesanmu saat itu?"
"Entahlah, ketika Lady mengenalkanku padamu, aku hanya berpikir, 'yang benar saja, pria sebesar ini akan menjadi adikku?'" jawab Aerith, apa adanya.
"Kau yang terlalu mungil saat itu"
"Aku baru 7 tahun, Leon"
"Hahaha. Iya juga"
Lokasi mereka kini sudah pindah ke dataran lebih atas, masuk kedalam hutan dan mengambil spot pilihan Leon yaitu dekat air terjun. Berhari-hari mereka lalui dengan berbagai macam kegiatan yang dilakukan bersama-sama. Tidur, mencari makan, memasang jebakan untuk para burung-burung yang berterbangan, membuat api, membuat obat untuk luka Leon, dan semua hal lain. Dan kali ini Aerith merasa Leon tidak menyembunyikan apapun. Pria itu menunjukkan ketertarikannya dengan apa adanya. Memang dia tidak menjawab, namun dari semua perlakuannya ini, semua terjawab. Setidaknya bagi Aerith.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Vision - I. Story of Evallonia Kingdom || NCT AESPA AU
FanfictionKisah Wynnter Da Evallonia, sebagai tuan putri termuda di kerajaan Elf. Bersama 4 Ksatria terbaiknya, mereka melakukan petualangan panjang untuk memenuhi keinginan terbesar sang putri. Impian terbesarnya, mimpinya, yang justru membawa petaka. Prince...