II. The Origin: First Meet 🔞

277 20 0
                                    

"Hah.. hah.. hah.." Nafas Seonghwa dengan nyaring terdengar di udara akibat si kaki yang diajak berlari selama kurang lebih 60 menit tanpa henti.

Kalung warisan keluarga Min berhasil ia curi. Maka tidak aneh para penjaga mengeroyok mengejarnya dari tadi.

Bersembunyi di jalanan sepi tidak mempan, bersembunyi di kebun penuh pepohonan masih ditemukan, bersembunyi di dalam ruangan gedung terbengkalai pun tetap tergagalkan.

Berbelok menuju gang sempit, Seonghwa memelankan langkah kakinya, memberi otak ruang untuk berpikir. Harus lari ke mana lagi dia?

"Tuan! Tolong minggir dari jalanan!"
Seonghwa tersentak begitu mendengar suara manusia. Kakinya sampai di perempatan jalan sempit yang di arah kanan memancarkan cahaya teramat terang, melawan gelapnya malam.

"Lilinnya Nyonya! Lilinnya Tuan! Ada potongan harga jika beli tiga!"
"-Hahahah"
"Ingin pergi ke taman? Di sana ada air mancur."
"Ayo pergi ke sana!"

Pemukiman? Kota? Oh! Itu pusat perbelanjaan!

Tanpa sadar Seonghwa berlari dari pemukiman orang kaya sampai ke pinggiran kota, tepatnya di salah satu pusat perbelanjaan di sana. Baik waktu siang maupun malam pasti selalu ramai. Tapi karena ini daerah 'pinggiran kota', maka jenis-jenis orang yang datang pada malam hari tentu beragam.

Pedagang, petani, buruh, bahkan bangsawan yang mencari 'jajanan' malam hari pinggir kota semua berdatangan ke sini.

Oh, apakah Seonghwa lebih baik bersembunyi di sana? Bukankah berkamuflase di antara kerumunan orang-orang berlalu lalang merupakan tempat persembunyian paling mempan?

"Hey aku melihat sesuatu!"
"Oh, di sana!"
Gawat! Para penjaga yang mengejarnya tadi sudah berhasil menemukannya lagi!

Maka tanpa pikir panjang Seonghwa melanjutkan pelariannya menuju cahaya oranye, khas lampu pinggir jalan itu.

.
.
.
.
.

"Hohoho~ mampir lagi ya Tuan, saya sangat menunggu kunjungan Tuan."
"Sampai jumpa Tuan, hati-hati di jalan."
Hii Seonghwa salah belok, malah memasuki kawasan 'berlampu merah'. Dengan bingung ia mencari-cari gang yang bisa ia masuki.

"Halo Tuan, ada yang bisa saya bantu?" Wanita berbaju ketat yang bagian pundak sampai atas dadanya tidak tertutup kain apapun mendekati pencuri kalung warisan Min kita.

"Eh- tidak, saya-"
"Mampir sini saja, di tempat saya banyak pilihan hihihi."
Hampir mendekati tubuhnya, Seonghwa memilih berlari menyusuri jalanan tak berlampu, meninggalkan wanita cantik ber-make up tebal nan ramah tadi kebingungan.

Kalut, Seonghwa asal masuk gang dan jalanan yang ia temui begitu saja. Semua sampai ia bertubrukan dengan seseorang berjas hitam lengkap dengan mantel coklat panjang, begitu kuat sampai ia terjatuh ke bahu jalan.

"Ah maafkan saya, Anda tidak apa-apa?" Si lelaki yang ditabrak malah meminta maaf duluan.
"E-eh tidak, saya yang menabrak, saya yang minta maaf." Seonghwa meraih uluran tangan lelaki ramah di hadapannya.

"Anda sepertinya sedang buru-buru, ya?"
"Eh? A-anu- a-" Seonghwa terkejut membuat kata-kata terbata-bata. Meski lampu di jalanan itu membuat pengelihatan menjadi lamur, akan tetapi pemandangan tak jauh dari tempatnya kini sangatlah jelas.

Pemandangan dua pasangan yang saling bercumbu di pinggir jalan, berpelukan tidak menghiraukan kenyataan bahwa di sini adalah tempat umum.

Berwajah merah, maka dengan cepat Seonghwa pun palingkan pandangan ke arah lain. Namun yang ia dapatkan hanya pasangan-pasangan lain yang juga sedang bermesraan, tak disangka bahwa ia sudah sampai di taman.

ReuniónTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang