Episode 11

725 13 3
                                    

Perlahan aku tersadar, cahaya terang langsung menembus ke kornea ketika aku mulai membuka mata. Aku menyadari bahwa diriku telah diikat diatas kasur dalam posisi telentang.

Aku: "Sshh, Sarah dimana kamu? Kenapa aku diikat seperti ini?!"

Aku meneriaki Sarah yang entah berada dimana. Tiba-tiba pintu kamar dibuka dan ternyata Sarah masuk ke dalam kamar.

Sarah: "Ah, Rui... Sudah sadar kau rupanya."

Ucap Sarah dengan wajah menyeringai.

Aku: "S-Sarah, apa yang kau lakukan padaku? Kenapa aku diikat seperti ini? Sebenarnya apa yang terjadi?"

Sarah: "Tenanglah, Rui... Aku tidak akan menyakitimu jika kamu bersedia menjawab pertanyaanku secara jujur."

Sarah berbaring di sampingku, dia memainkan puting dadaku dengan telunjuknya.

Aku: "Sshhh, Ahh... Hentikan, Sarah! Itu menggelikan!"

Tubuhku menggeliat-liat menahan rasa geli.

Sarah: "Baiklah, sudah cukup basa-basinya. Sekarang jawab, kenapa kau sangat menginginkan cincin itu kembali kepadamu? Apa ada sesuatu yang istimewa dari cincin yang kau maksud itu?"

Aku: "Eh, sudah kubilang kalau itu adalah cincin pemberian temanku yang sudah mati. Jelas saja sangat berharga bagiku sehingga aku menginginkannya kembali."

Sarah: "Itu jawaban yang terlalu normal, Rui. Kau pikir aku akan percaya begitu saja?"

Aku: "Astaga, Sarah. Memangnya jawaban apa yang kau inginkan dariku?"

Sarah: "Hmm, aku ingin jawaban yang membuatku terkejut, setidaknya yang bukan jawaban klasik seperti ucapanmu barusan."

Aku: "Huh, memangnya kau tidak ada barang berharga?"

Sarah: "Aku? Tentu saja ada."

Sarah mengeluarkan sebuah kalung dari balik bajunya.

Aku: "Eh, sejak kapan kamu memakai kalung?"

Sarah: "Hah? Sejak kapan? Aku selalu memakainya setiap hari, Rui bodoh! Memangnya kau tidak memperhatikan?"

Aku: "Eh, a-aku tidak terlalu memperhatikannya. Itukah benda berharga yang kau punya?"

Sarah: "Tentu, kalung ini sangat berharga bagiku."

Aku: "Memang apa spesialnya?"

Sarah: "Hei! Harusnya disini aku yang bertanya, bukan kamu! Sekarang kembali ke topik, apa benar cincin itu hanya sebatas cincin biasa pemberian temanmu yang sudah mati itu?"

Aku: "Tentu saja benar, kenapa memang?"

Sarah: "Aku tidak percaya begitu saja."

Aku: "Ayolah, Sarah. Untuk apa aku membohongimu?"

Sarah: "Aku tau kau sudah berkata jujur, tapi itu belum sepenuhnya, iya kan?"

Aku: "Eh, darimana kau tau?"

Sarah: "Bingo! Pertanyaan 'darimana kau tau?' adalah tanda bahwa kamu belum menceritakan semuanya padaku!"

Sarah tersenyum lebar, membuatku menjadi merinding melihat wajahnya.

Aku: "Eh, b-bukan..."

Sarah: "Cepat katakan semuanya, Rui! Atau kau akan tidur diluar dalam keadaan telanjang bulat malam ini."

Sarah benar-benar mengancamku dan kali ini dia sangat serius. Membuatku mau tidak mau harus mengatakan semuanya tentang cincin itu.

Aku: "Baiklah-baiklah, tapi bagaimana jika kau tidak percaya lagi?"

My Lovely Sister 2: After MarriedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang