Episode 14

582 10 2
                                    

Di dalam gang sempit yang sepi, kami berdua bercumbu. Awalnya hanya ciuman antar dua bibir, hingga akhirnya ciuman itu turun sampai ke bawah perut. Aku duduk bersandar di tembok, sementara Crystal menungging di depanku sembari menyepong penisku.

CLOK! CLOK! CLOK!

Aku: "Ssshh, a-apa kau sudah biasa melakukannya, Crystal?"

Crystal: "Ngmmhh, ahhh... Kenapa memang?"

Aku: "Kau tak terlihat seperti amatir, permainan lidahmu begitu mahir."

Crystal: "Hmm, aku sering melakukannya dengan pacarku."

Aku: "Eh, kau sudah punya pacar?"

Crystal: "Tentu saja, memangnya kau tidak punya?"

Aku: "Tidak."

Jawabku pelan, "Tapi aku punya istri," sambungku dalam hati.

Crystal: "Kenapa tidak punya? Menurutku kau lumayan tampan."

Aku: "Karena aku tak tertarik untuk melakukannya."

Crystal: "Ah, begitu ya."

Jawab Crystal sambil mengangkat roknya hingga terlihat celana dalam berwarna putih.

Aku: "Eh, mau apa kamu?"

Crystal: "Serius kamu masih nanya? Memangnya kamu tidak ingin melakukan seks denganku?

Aku: "Eh, seks? Memangnya kamu tidak takut pacarmu marah?"

Crystal: "Tenanglah, dia tidak akan marah selagi tidak tahu."

Jawab Crystal sambil merogoh sesuatu dari dalam tasnya, yang ternyata itu adalah kondom. Ia kemudian memakaikan kondom itu ke penisku. Setelah kondom terpasang, Crystal mengarahkan penisku kearah vaginanya dan tak butuh waktu lama, penisku sudah menancap di dalam rahimnya. Crystal duduk di atasku sembari melakukan penetrasi.

Crystal: "Ngghhh, ahhhh, ssshhh, mmpphhh..."

Aku: "Ahhhh, Crystal."

Crystal: "Ssshh, kenapa?"

Aku: "Pacarmu seperti apa orangnya?"

Crystal: "Dia merupakan ketua geng motor di sekolahku. Setiap hari kerjaannya selalu tawuran dengan sekolah lain, terkadang aku merasa muak dengan sikapnya yang sok jagoan itu. Aku khawatir dia memiliki banyak musuh yang bisa mengancam keselamatan dirinya."

Ucap Crystal dengan mata berkaca-kaca, dia menghentikan penetrasi dengan membiarkan penisku berada di dalam rahimnya.

Aku: "Ahh, tenanglah. Kurasa dia akan baik-baik saja."

Crystal: "Kenapa kau bisa yakin jika dia akan baik-baik saja?"

Aku: "Karena dia ketua geng motor yang memiliki banyak pasukan, bukan?"

Crystal: "Memiliki banyak pasukan pun tidak menjamin dia akan terus selamat saat melakukan tawuran dengan geng lain."

Aku: "Ngomong-ngomong kenapa tidak kau putuskan saja dia? Bukankah kau sudah muak dengannya?"

Crystal: "Karena aku masih sayang. Aku tidak bisa memutuskannya begitu saja meskipun sikapnya membuatku muak."

Aku: "Kalau memang kamu masih sayang dengannya, kamu tidak mungkin mau melakukan seks dengan orang lain."

Entah apa yang baru saja kukatakan, padahal aku sendiri juga melakukannya, bagaikan menjilat ludah sendiri kalau seperti ini.

Crystal: "Eh, aku hanya ingin membalas kebaikanmu karena telah merebut kembali ponselku, itu saja. Sejauh ini aku belum pernah melakukan seks dengan siapapun kecuali pacarku."

Aku: "Hmm, membalas kebaikan tidak harus dengan seks, Crystal."

Crystal: "Memangnya kau minta apa dariku?"

Aku: "Bagaimana kalau kau putuskan saja pacarmu itu, lalu jadilah pacarku?"

Crystal: "Hmm, kalau itu aku tidak bisa. Lagipula kita ini baru bertemu beberapa menit yang lalu, bagaimana mungkin kita bisa menjadi pacar, bahkan rasa suka pun tak ada."

Aku: "Lalu kenapa kau mengajakku seks jika kau tidak suka denganku?"

Crystal: "Sudah kubilang aku mau membalas kebaikanmu, tapi kalau kau tidak mau ya sudah tidak apa-apa."

Crystal mencabut penisku dari vaginanya dan hendak berdiri, tetapi segera kucegah lalu kutarik tangannya ke bawah.

Aku: "Tunggu dulu, setidaknya kau harus bertanggung jawab untuk membuatku keluar!"

Crystal: "Ya sudah makanya diam dan nikmati saja, setelah itu aku akan pergi."

Crystal kembali memasukan penisku ke dalam organ kewanitaannya, kemudian melakukan penetrasi dengan cepat.

Aku: "Ahhh, sshhh... Kenapa cepat-cepat?"

Crystal: "Agar kau cepat keluar dan urusan kita segera selesai."

Aku: "Sshh, Ahh... Jahat sekali."

CPLOKK! CPLOKK! CPLOKK!

5 menit kemudian, aku merasa hendak ejakulasi setelah Crystal melakukan penetrasi tanpa henti.

Aku: "Nggghhh, A-aku keluar."

Crystal: "Bagus, cepatlah! Aku tak ingin berlama-lama lagi disini."

Aku: "Nnggghhh, ahhhhh!"

CROT! CROT!

Cairan sperma menyemprot sangat kuat di dalam rahim Crystal. Tetapi dia tidak akan hamil karena aku telah memakai pengaman.

Crystal mengeluarkan penisku, terlihat cairan sperma menggumpal cukup banyak di pucuk kondom.

Crystal: "Udah, ya. Aku mau pergi."

Crystal berdiri dan merapikan roknya kembali.

Aku: "Eh, tunggu!"

Aku turut berdiri dan buru-buru memakai celana kembali.

Crystal: "Apa lagi, Rui? Bukankah urusan kita sudah selesai?"

Aku: "Apa kau marah padaku?"

Crystal: "Tidak."

Jawabnya ketus, meski ia menjawab tidak, tapi aku tau jika isi hatinya berbanding terbalik dengan ucapannya barusan.

Aku: "Baiklah, aku minta maaf. Tapi, setidaknya tetaplah bersamaku sebentar. Bukankah kau yang mengajakku untuk bolos tadi?"

Crystal: "Itu tadi, sekarang beda lagi."

Aku: "Hmm, oke. Boleh kuminta nomormu?"

Crystal: "Untuk apa?"

Aku: "Agar kita bisa tetap berhubungan meski tak secara langsung."

Crystal: "Iya iya, mana sini ponselmu?"

Aku: "Ini!"

Aku menyerahkan ponselku pada Crystal, kemudian ia memasukkan nomernya ke dalam ponselku, namun tiba-tiba ponselku berbunyi.

Crystal: "Eh, ada yang video call nih, dari Sarah... Dia pacarmu?"

Aku: "Eh, b-bukan. Dia cuma sekedar teman, kok."

Jawabku sambil mengambil kembali ponselku dari tangan Crystal. Saat aku membuka panggilan video call dari Sarah, mendadak aku kehilangan kendali pada tubuhku setelah menatap layar ponselku yang berubah menjadi warna hijau terang yang menyilaukan, dan setelah itu aku kehilangan kesadaran sepenuhnya.

-bersambung-

My Lovely Sister 2: After MarriedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang