1; Kenapa kita ga jadian aja sih, Nat?

24 1 0
                                    

5 November, 2021

Nata benci bulan Desember.

Sampai-sampai ia rasanya ingin mengubah lirik lagu milik band Green Day menjadi wake me up when december ends. Jika saja bisa, Nata sungguh-sungguh ingin men-skip dan memasukkan bulan Desember dalam daftar hitamnya, sehingga Nata tidak perlu bertemu bulan Desember tiap tahunnya. Atau setidaknya, biarkan Nata tidur selama sebulan penuh dan bangun ketika tahun sudah berganti.

Sayangnya, itu mustahil.

"Nat, gimana persiapan class meeting sama pensi bulan depan?"

Nah ini salah satu penyebab kemustahilan itu. Bukannya tidur sebulanan penuh, Nata malah akan super duper sibuk selama bulan Desember nanti. Setelah Ujian Semester, osis memang selalu mengadakan class meeting dan pensi yang merupakan kegiatan tahunan SMA Airlangga.

Gadis cantik bermata bulat itu pun menoleh, membuatnya bisa menemukan presensi Erza, si ketua osis SMA Airlangga yang super perfeksionis hingga membuat para anggotanya kelimpungan menghadapi sikapnya yang satu itu, termasuk Nata.

"Gue tadi udah ngobrol dikit sama Dhira, sejauh ini semuanya sih oke oke aja. Buat class meeting sisa konfirmasi aja ke alumni Airlangga buat jadi juri sama wasit. Kalo pensi, ada kendala dikit."

Erza yang fokus mendengarkan sambil membaca ulang proposal kegiatan yang akan dibawa ke kepala sekolah nanti siang, seketika menoleh dengan kening berkerut. "Kendala apa?"

Melihat respon ketua osis tercintanya itu, Nata menghela napas panjang sebelum mulai berbicara.

"Jadi 'kan kemarin kita mau ngundang band indie yang lagi populer banget buat performance di pentas seni nanti. Panitia udah komunikasi sama bandnya dan diiyain. Cuma masalahnya setelah difollow-up, ternyata mereka ga bisa join. Katanya sih jadwal pensi kita tabrakan sama jadwal manggung mereka di luar kota. Kita ga mungkin mundurin pensi kita soalnya pensi diadain di hari terakhir class meeting. Kalo diundur, kita mesti susun ulang run-downnya dari awal."

"Kok bisa kecolongan gini sih? Dari divisi acara sendiri gimana? Ada solusi? Atau dari humas deh, ini kan tanggung jawab mereka. Gue udah bilang 'kan, komunikasi yang bener."

Nata lagi-lagi menghela napas melihat raut kesal yang ditunjukkan Erza. Tuh 'kan dia lagi yang kena semprot Erza padahal dia hanya menyampaikan informasi. Ini bukan sekali dua kali Erza meluapkan amarahnya di depan Nata ketika ada sesuatu yang berjalan tidak sesuai dengan kemauan sang ketua osis.

Ini karena beberapa anggota osis terlalu segan dan yah sedikit takut menerima amukan dari si galak Erza, hingga Nata sebagai sekretaris osis dengan pasrah selalu menjadi perantara antara anggota osis dan ketua osisnya, yah kecuali saat rapat.

"Mereka belum nemu solusinya sih. Tapi mereka tetep usaha kok buat cari band pengganti buat tampil di pensi nanti. Mer-"

"Lo kasih mereka deadline?"

Nata mengangguk, "Iya, besok, sebelum rapat panitia, seenggaknya mereka udah harus ada saran buat band pengganti."

Helaan napas lega terdengar dari mulut Erza, "Okay good."

Melihat ketua osisnya itu kembali diam dan fokus pada proposal di depannya, Nata meraih botol minum bergambar wajah Jaemin-nya dan menyodorkannya pada Erza. "Minum dulu deh, Ja."

Meski terlihat kembali tenang, Nata sangat tau Erza tidak benar-benar setenang kelihatannya. Laki-laki perfeksionis itu akan kepikiran berhari-hari jika ada masalah sedikit saja sampai masalah tersebut terselesaikan. Menjadi partner di kepengurusan osis periode tahun ini sekaligus salah satu sahabat perempuan Erza sejak SMP, membuat Nata hampir hafal bagaimana perangai laki-laki itu.

"Thanks, Nat," ucap Erza setelah mengembalikan botol minum milik Nata.

"Jangan terlalu dipikirin lah. Gue yakin anak humas sama acara bakal nemuin solusi. Tenang aja, gue juga bakal bantu kok, ini 'kan kegiatan kita sama-sama."

Berkat perkataan Nata, Erza jadi memandangi gadis cantik yang sudah cukup lama dikenalnya itu. Gadis yang hari ini menguncir satu rambutnya itu selalu lebih mengerti dirinya dari pada siapapun, bahkan melebihi dirinya sendiri.

"Kenapa kita ga jadian aja sih, Nat?"

Nata mengerlingkan matanya kesal ke arah Erza yang langsung disambut kekehan ringan laki-laki itu.

"Mau gue tabok, ya?"

Benar-benar deh. Jika ada yang mendengarnya, sudah bisa dipastikan, rumornya dengan ketua osis galaknya ini akan kembali bertambah. Dan Nata tidak ingin itu terjadi. Rumor yang ada sekarang pun sudah lebih dari cukup untuk membuatnya pusing karena ia jadi sering menjadi pusat perhatian siswa Airlangga, yang justru adalah hal yang paling dbencinya.

***

December RainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang