1

127 22 63
                                    

Kesepian yang ditemani sunyi, setiap langkah diiringi rasa sepi, tanpa adanya yang mengisi ataupun menemani semua memilih pergi. Akankah kamu? Yang aku temui tanpa kesengajaan bisa bersama dengan ku? Menemani sunyiku? Kesendirianku? Juga kesepiannya aku?

Cahaya matahari yang menusuk kulit, ditemani semilir angin sepoi-sepoi di pantai menemani seorang remaja perempuan yang sedari tadi tidak melepaskan antensi dari remaja laki laki yang berteduh dibawah naungan pohon kelapa. Seorang laki- laki yang membiarkan kulitnya dibelai lembutnya angin.

Enva Levina. Remaja perempuan yang penuh dengan luka, remaja yang selalu dipenuhi rasa percaya diri, juga dipenuhi rasa penasaran yang sering kali muncul, memiliki fisik yang bisa dibilang berisi  tidak kurus tidak gendut sekali, rambut pendek sebahu, kulit seperti Langsat. Memiliki tatapan yang tegas, bulu mata lentik, bibir yang tidak terlalu pink, pipi yang chaby, dihiasi lesung pipi di pipi kanannya.

Enva mendekati remaja laki-laki yang sedari tadi menarik perhatiannya. "Hay, boleh aku duduk di sini?" Tanyanya pada laki-laki tersebut, tanpa di jawab ia langsung duduk disebelah remaja laki-laki itu. "Ngomong-ngomong apa yang diperhatikan? Apa ada yang menarik perhatianmu sampai Sedari tadi tidak lepas Perhatianmu, dari pemandangan didepan sana?" Tanya Enva penasaran ikut memperhatikan hal didepannya.

Laki-laki tersebut hanya diam tanpa niat menjawab.

Melihat tidak ada reaksi dari laki-laki tersebut Enva berdecak sebal, "ck, kalau begitu bagaimana kalau kita berkenalan?" Tawar Enva, mengulurkan tangannya

Diliriknya uluran tangan tersebut tanpa minat, " Reyhan," ucapnya cuek.

Enva menarik uluran tangannya, dan menatap kesal sosok disebelahnya ini 'untung aku sabar' batinnya. "Aku En, ralat lebih tepatnya Enva Levina." Enva memperkenalkan dirinya. Yang hanya dibalas anggukan oleh sosok disebelahnya.

Setelah itu, keheningan terjadi diantara keduanya, Enva merasa tidak nyaman dengan suasana yang terjadi berusaha mencarikan suasana.

"Ngomong-ngomong Rey kamu sendiri aja di sini? Lagi ada masalah? Atau butuh teman cerita? Kalau butuh aku bakal dengerin." Tawar Enva

"Tidak penting." Balas Reyhan tidak berminat.

Enva menghela nafas sesaat, "bisa mati dengan suasana canggung aku kalau gini." Gumam Enva, yang tanpa sadar didengar dengan jelas oleh Reyhan.

"Jika ingin mati sebaiknya menjauh lah, aku tidak ingin dibuat repot oleh mayat mu." Ucap Reyhan sarkas.

Mendengar ucapan dari Reyhan membuat mata Enva melotot sempurna, 'dari mana dia tau' pikirnya. "Enak aja, yakali masih muda gini mati, blom nikah gue." Sinis Enva sebal

Reyhan hanya tersenyum remeh mendengar nada bicara Enva. "Kau cerewet." Ujar Reyhan setelahnya.

"Kalo iya kenapa? Masalah? Iya?" Tuntut Enva. Enva memang cerewet bahkan tidak bisa diam selalu saja ada ulahnya. Perempuan bar bar.

"Ya, masalah untuk telinga ku." Sarkas Reyhan.

"Dih, selain sok cuek, juga ngeselin Ternyata ni om om." Omel Enva kesal

"Masalah bagimu?" Tanya Reyhan sinis.

Enva terdiam, bingung untuk menjawab apa.

Reyhan berdecih, "cih, dasar cerewet." Katanya.

Enva kesal merubah duduknya menjadi dihadapan Reyhan, dan menatap Reyhan langsung. "Kalo aku cerewet kenapa hah?! Dari pada kamu, udah sok, cuek sok keren, sok datar, sok ganteng, sok dari pada paling sok." Cerca Enva kesal melotot ke Reyhan.

Reyhan tersenyum sinis, "tanpa sadar kau sendiri lah yang mengakui aku seperti itu, aku bahkan tidak pernah mengatakan diriku seperti itu." Ujar Reyhan, membuat Enva diam seketika.

Aku Kamu dan KitaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang