2

70 22 65
                                    

Enva tersenyum tipis mengingat kejadian semalam, pikirannya menerawang bagaimana kejadian yang terjadi di sore itu. Sore yang menurutnya adalah sore yang menyenangkan dibanding dengan sore yang dilewati olehnya sebelumnya. Mengingat bagaimana seorang laki-laki yang tidak sengaja membekas di memori ingatan gadis tersebut. Laki-laki yang tidak diketahui siapa dia, dimana dia tinggal dan bagaimana sifat aslinya. Entahlah Enva tidak peduli itu, dia hanya peduli dengan senyum tipis yang terbit di wajah laki-laki itu, yang membuat hatinya menghangat.

Enva menggelengkan kepalanya pelan, menghilangkan pikiran yang memenuhinya otaknya. 'Apaan yang aku pikirin coba?  Astaga Eva sadar dia cuman laki-laki gabut doang kali. Gausah ngerep lebih, yang ada bikin hati repot entar.' batinnya

Enva beranjak dari kasurnya dan memilih duduk di meja belajarnya. Membaca buku untuk materi esok, dan mengecek notif WhatsApp  yang memberitahukan bahwa besok sudah menjadi hari awal dimana dirinya menginjak bangku SMA.

Kuyang squad

Permata:

Kalian udah nyiapin apa aja?
Besok pertama kalinya kita pake seragam SMA.

Gardis:
Yang pasti nyiapin diri

Kiel:
Apa aja asal sekolah

Tom:
Guej masih smp bilek : besok Senin

Anda:
Nyiapin mental

Permata:
Maksudnya itu, apa aja yang udah kalian siapkan buat dibawa esok! Bukan malah ngelantur! @Tom kamu SMP diem dek!

Gardis:
Iya itu, bawa diri apa lagi? Ga mungkin aku baw sertifikat tanah bapakku.

Tom:
@permata Sok iya banget kakel, aku doain nt trus mampus kau.

Kiel:
Intinya bawa diri sendiri @Permata yakali bawa ortu orang aku yatim.

Anda:
@kiel kamu ga sendiri kok

Permata:
Salah ku juga kenapa malah nanya sama kalian

Permata lef grup

Enva tertawa melihat pertengkaran yang terjadi di grup WhatsApp nya, temannya random tapi dia bersyukur memiliki teman yang bisa menerima kurangnya dirinya. Enva menutup handphone nya, dan memilih tidur karna besok adalh hari dimana hari melelahkan dan penuh drama dimulai.

*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*

Reyhan menghentikan motornya diparkiran sekolah SMA Pancasila Harapan 1, membiarkan penumpang dibelakang turun terlebih dahulu.

"Abang, Chika ijin kekelas duluan ya. Nanti Chika kabarin." Pamit sang Adik

Ichika Anastasya, bersekolah di sekolah SMA Pancasila Harapan 1 duduk di bangku kelas sebelas, terpaut satu tahun dari sang Abang. Memiliki sifat mudah bergaul tapi juga cuek pada orang yang baru dikenal. Memiliki rambut panjang sebahu, berpipi chubby, bibir tipis pink alami. Senyum manis terkadang terukir di wajahnya, membuatnya terlihat sempurna. Ditambah tinggi badan sekitar 165 cm, badan yang ideal membuatnya sering jadi incaran pemuda disekolah.

Aku Kamu dan KitaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang