Natta & teh tarik
Nattawin Tajendra. Dibalik nama indah itu, terselip kisah lucu yang membuatnya jadi kesal sendiri, setiap kali kisah itu diangkat kembali ke permukaan. Seolah ia sedang diolok-olok. Setengah merasa terhina, sekaligus merasa harus siap jadi sasaran lelucon lintas generasi hingga ia menjadi kakek-kakek nanti.
Bagaimana bisa sang Ayah salah menulis namanya dalam formulir permohonan cetak akta kelahiran. Karena seharusnya, Nattawin Rajendra. Harusnya ia memiliki arti nama seorang raja yang kuat, lagi tinggi tak tertandingi. Harusnya ia mewarisi marga kebanggaan keluarga. Alih-alih menjadi tanpa arti seperti saat ini.
Kurang tidur, sebab sudah menjaga Bunda selama dua malam dalam proses kelahirannya, jadi alasan utama kelalaian Ayah. Hari itu, Suster Rumah Sakit meminta Ayah untuk mengisi formulir menggunakan komputer yang sudah disediakan. Huruf R yang berdampingan akur dengan huruf T di dalam keyboard. Membuat jemari Ayah terpeleset seru menekan huruf T tanpa dosa, dan tanpa melakukan cek ulang setelahnya.
Masalah salah penulisan nama, sudah cukup dibahas. Nattawin tumbuh dengan memaafkan apapun itu. Ia cukup bersyukur karena kedua orang tuanya merawat dengan penuh cinta dan kasih sayang. Tidak penting sebuah nama, asal Natta–panggilan akrabnya, tidak kekurangan sedikitpun perhatian.
Seperti anak pada umumnya. Natta dibebaskan untuk mencoba banyak minat. Sejak duduk di bangku sekolah, Natta sering menjajal ekstrakurikuler apapun, meskipun berakhir gagal. Natta tidak menyerah dan tetap berusaha sangat keras agar bisa memahami bidang yang dipilih. Setiap hari berusaha menyesuaikan diri. Sepertinya selain tekad, Natta jadi menyadari suatu fakta, bahwa setiap bidang juga membutuhkan bakat alami yang tidak bisa didapatkan secara sembarangan.
=00=
"Pendaftaran calon ketua BEM bakal dibuka hari ini?!", Jaka Abimanyu–yang sering disapa Biu itu menyerobot ke tengah perkumpulan genk Teh Tarik. Dari penampilannya yang berkeringat dan nafas putus-putus, sepertinya pemuda itu berlari dari gerbang masuk sampai ke kelas.
"Lo habis kena lagi sama Supri?", Natta mengabaikan informasi yang dibawa sahabatnya. Memilih untuk mendengarkan cerita pagi ini tentang drama Biu dan Supri–si Satpam kampus, yang selalu memiliki episode baru setiap harinya.
"IYA, ANJING! Sebel banget gue sama dia. Kena lagi gue, ditahan sama Jacob. Gara-gara gue parkir mobil gak lurus sama garis. Aneh banget si demit berkumis.", Biu memang selalu menggebu-gebu dan antusias setiap bercerita. Selalu dengan ciri khas yang bawel dan berisik, khas bandar bola.
"Adam Suseno dong berkumis?", celetuk Jeff yang ikut bergabung ke dalam obrolan dan meninggalkan catatannya.
"Masih mending Mas Adam, berbudi pekerti luhur. Supri mah budi pekertinya hanyut di selokan samping pos satpam.", sahut Biu masih berdiri di depan kursi Natta.
"Mas Adam? Akrab banget gue liat-liat manggil Mas.", ujar Junot Taksa–tidak mau kalah.
"Natta standby twitter! siang ini mau di drop pengumumannya sama Kak Fah.", Thana Anugerah–anggota tertua di antara semua anak-anak Teh Tarik. Sekaligus sumber informasi di dalam genk. Informasi yang dibawa Thana biasanya selalu segar dan akurat. Lebih bisa dipercaya daripada gosip asal yang sering disampaikan oleh Biu.
"Udah gue kasih tau tadi, bang.", Biu menggandeng tangan Thana yang baru datang itu untuk duduk di kursi mereka.
"Lo telat lagi?", Thana yang baru sadar jika tas milik Biu masih tersampir di pundak, akhirnya mengajukan tanya.
"Dia kan kalo pagi harus pacaran dulu sama Supri.", Jeff memang begitu. Sangat hobi menggoda Biu.
"Ayang?! Aku kan pacarmu? Lupa?"
"Gue ogah punya pacar bandar. Makan uang haram tiap hari.", Jeff melempar jaketnya ke arah Biu. Mengundang tawa dari sahabat-sahabatnya yang lain.
"Itu caraku menafkahimu, ayang."
"Kalian lama-lama beneran jadian ya. Buruan kelarin tugasnya sebelum Dosen dateng.", cengkrama pagi itu berakhir setelah Natta memperingatkan semua sahabatnya untuk kembali fokus menyelesaikan sisa tugas.
"Gue jadi kepikiran deh. Gue kan sering banget gagal di banyak bidang. Terus ini ekstrim banget gue langsung terjun ke pemilihan calon ketua BEM?", Natta mengetuk-ngetukkan pulpen di atas permukaan meja. Untuk sejenak, pikiran mengenai banyak kegagalannya menyeruak membuyarkan konsentrasi.
"Lo lupa punya kita?", Nodt menggenggam tangan sahabatnya untuk memberikan sedikit rasa percaya diri.
"Gue mahasiswa biasa aja?"
"Ini perlu kita list dosa-dosa Biu kah, Nat? Supaya lo tau kalo masih ada Biu yang lebih gak berprestasi daripada elu?", Nodt mengangguk setuju dengan perkataan Jeff.
"Kok gue?", Biu yang sadar tengah jadi bahan perbincangan menatap kesal ke arah Jeff. Sahabatnya itu selalu berbicara fakta. Bahwa Biu memang tidak memiliki prestasi apapun selama kuliah di Unebha.
Begitulah sekelumit cerita tentang Natta dan teh tarik sebelum memantapkan hati untuk mendaftarkan diri di pemilihan Ketua BEM periode 2022-2023.
tbc
KAMU SEDANG MEMBACA
RENJANA - MileApo fanfic
FanfictionSummary : Sudah memasuki musim pemilihan ketua BEM baru. Karena ketua BEM lama harus pensiun dan menyelesaikan Tugas Akhir sebelum wisuda. Ada yang unik dalam pemilihan musim ini karena, 2 (dua) nama yang tidak pernah diprediksi sebelumnya, malah me...