C H A P T E R || 0 1

1 3 0
                                    

"DEVAAA!!!"

Seorang laki-laki yang masih di dalam mimpinya terpaksa keluar karena teriakan dari tetangga sebelahnya yang tidak tahu sopan dan santun. Dia membuka matanya perlahan karena masih mengantuk.

"DEVA BANGUN! MANDI! UDAH JAM SETENGAH TUJUH! LO MAU SAMPAI KAPAN TIDUR?! DASAR DEVA KEBO!!!"

Laki-laki yang bernama Deva yang memiliki nama lengkap Devyn Radeva itu menutup kepalanya dengan bantal. "Berisik, Lian kampret!" umpatnya tertahan.

***

"Pagi Tante, Om," sapa gadis dengan rambut yang diurai. Di lengkapi dengan jepit rambut kecil di dekat kedua telinganya. Dia mencium tangan wanita dan laki-laki paruh baya yang sedari kecil menjadi tetangganya.

Mereka berdua tersenyum memandang gadis itu. Setelah kehadiran Deva, wanita paruh baya itu dinyatakan tidak bisa hamil lagi. Sejak kehadiran anak tetangganya ini, dia merasa mempunyai anak perempuan.

"Pagi-pagi udah ngerusuh aja kamu," tegur laki-laki paruh baya itu sambil terkekeh.

"Lian kan emang gitu, Pa," sahut wanita paruh baya itu tertawa pelan.

Gadis yang di panggil Lian yang memiliki nama lengkap Crystal Berlian itu hanya nyengir. "Deva tuh Om, Tan. Susah banget buat di bangunin," cemberutnya.

Wanita paruh baya itu mengulum senyumnya. Dia mengelus kepala Lian lembut. "Udah sarapan belum?" tanyanya berjalan membawa Lian ke meja makan.

Lian nyengir. "Kebetulan belum, Tan."

"Ya udah sarapan disini aja ya?" tawar wanita paruh baya itu.

Lian mengangguk semangat.

"Gratis terosss!" sindir Deva. Dia menuruni tangga lengkap dengan seragam yang sama dengan Lian. Tasnya hanya dia gantung di sebelah bahunya.

Lian cemberut.

Wanita paruh baya yang melihat itu, menegur Deva. "Jangan gitu Deva. Mama kok yang nawarin."

Deva mengangkat bahu acuh. Dia menarik kursi di samping Lian lalu mendudukinya. Dia mulai memakan sarapannya yaitu sandwich.

Lian dan kedua orang tua Deva juga mulai memakan sarapannya. Setelah selesai, Lian dan Deva pamit pergi ke sekolah. Dengan menggunakan motor scoopy warna hitam milik Deva, mereka berangkat.

Lian memajukan kepalanya hingga menyentuh helm yang dipakai Deva. "Dev, tahun depan kan bakal ganti ketos tuh! Kalo gue nyalon jadi ketos, lo jadi waketosnya ya!" teriaknya karena kebisingan jalan raya.

"Ogah!" balas Deva.

Lian memukul helm yang di pakai Deva. "Lo gitu amat, sih!"

Deva mendengus. "Kenapa lo pengen banget jadi ketos?"

Lian meletakkan kepalanya di bahu Deva. "Waktu di SMP gue gagal jadi ketos. Kali ini gue gak mau ada kata gagal lagi di kamus hidup gue," ucapnya bertekad.

"Kalo lo gagal berarti mereka pada ragu buat milih lo," balas Deva dengan kalimatnya yang nyelekit.

Lian cemberut. "Makanya bantuin gue, Devyn Radeva. Lo kan abang gue," rengeknya.

"Sejak kapan gue jadi abang lo?" tanya Deva.

"Lo kok lama-lama nyebelin, sih. Au ah, malas gue ngomong sama lo," rajuk Lian.

Akhirnya gerbang SMA Andromeda terlihat beberapa meter lagi. Sekolah yang akan menjadi tempatnya menuntut ilmu selama tiga tahun kedepan. Hari ini adalah perdana mereka belajar setelah tiga hari melakukan Masa Orientasi Siswa. Untunglah dia dan Deva satu kelas dengan jurusan IPS.

Calon KetOsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang