Bab 11 Aku Tak Akan Kalah

767 35 1
                                    

Setelah pengancaman balik dari Mas Bayu, rupanya sekarang Kak Arman mulai mencari jalan untuk solusi gugatan cerai ku nanti. Kak Arman mulai menghubungi teman-temannya yang kenal dengan pengacara. Mungkin Kak Arman akan menyewa pengacara, karena dengan sah ahlinya pasti masalah ini akan mudah terselesaikan. Entah dari mana Kak Arman mempunyai uang untuk membayar pengacara? Mungkinkah Kak Ayu ikhlas uang suaminya digunakan untuk membantuku? Pikiran itu pasti akan teriakan, manakala melihat kekompakkan Kak Arman dan Kak Ayu  dalam membantu masalahku. Kerap kadang terdengar olehku suara pelan Kak Arman  disaat perbincangannya dengan Kak Ayu lewat telepon. Rupanya mereka menjual sebagian tanah yang dibeli dari hasil jerih payah mereka berdua, tiga tahun yang lalu. Hasil uang penjualannya digunakan untuk membiayai gugatan perceraian ku nanti, dan termasuk menyewa pengacara.Oh sungguh mulia hati mereka. Hatiku perih bercampur bahagia dalam kondisi saat ini. Ya, di satu sisi aku bahagia akan segera terlepas dari ikatan pernikahan ini dengan Mas Bayu, tapi di sisi lain hatiku perih manakala aku terus menyusahkan kehidupan Kakakku, yang pada kenyataannya di sudut sana ada seseorang yang merindukan kehangatan dari jiwa Kak Arman yaitu Kak Ayu. Ah, pasti Kak Ayu merindukannya. Tapi dengan ikhlas mereka akan mengatakan "tak apa, semuanya akan baik-baik saja." Sungguh aku merasa malu pada mereka berdua selalu menyusahkannya. Akan aku balas segala kebaikannya, jika kelak nanti keadaanku sudah berubah membaik.

Hari ini Kak Arman membawa pengacara kenalannya. Namanya Pak Azis, pengacara yang akan mengurus perceraianku nanti. Kak Arman membeberkan semua asal muasal perihal permasalahan rumah tanggaku ini. Dimulai dari ketidak adilan Mas Bayu dalam masalah uang, dilanjut dengan pengendalian orang tua Mas Bayu dalam pernikahanku. Secara terperinci Kak Arman menjelaskannya tak ada yang terlewat satu pun dari sepenggal kisah pernikahanku ini. 

Sungguh tidak bisa aku bayangkan sebelumnya, jika bahtera pernikahanku akan berujung di sidang pengadilan. Sedih memang amat teramat sedih, jika aku berlarut dalam ketidak pastian. Apalagi ada dua jiwa yang tertanam dari kehidupanku, yang harus menerima kenyataan bahwa orang tuanya kini tak utuh lagi. Memang pada dasarnya tak semua kemelut dan masalah dalam rumah tangga harus berakhir dengan perceraian, pasti ada solusi yang terbaik selain perceraian. Tapi sungguh aku sebagai istri yang terdzolimi bertahun-tahun lamanya sudah tak sanggup lagi meneruskan pernikahan ini. Goresan luka yang tak bisa disembuhkan lagi. Dan inilah takdir kami yang tak bisa menolak dari kehendak-NYA.

Aku mendengarkan secara seksama dua orang yang saling berbicara. Kadang aku tak mengerti dengan kalimat yang digunakan Pak Azis perihal bahasa perceraian itu.  Entahlah, aku hanya cukup menggaruk-garukkan kepalaku yang tak gatal saja. Sesekali aku mencolek Kak Arman dan mengedipkan mataku, pertanda aku meminta Kak Arman untuk menjelaskan. Rupanya dia mengerti akan maksudku. Kemudian Kak Arman  menjelaskannya dengan bahasanya sendiri dan barulah aku akan mengerti. Ya, meskipun aku menempuh jenjang pendidikan yang lumayan cukup tinggi, tapi aku benar-benar tidak menguasai dalam masalah hukum

"Tiara, akan saya usahakan kamu akan menang dalam sidang pengadilan nanti, persiapkan saja dirimu!" kata Pak Azis yang memberikan harapan besar padaku. Ya, memang aku ingin menang, memenangkan dua malaikat kecilku agar hak asuh mereka jatuh ke tanganku. 

"Baik Pak, secepatnya nanti saya akan konfirmasikan lagi jika Mas Bayu sudah pulang ke Indonesia," tuturku.

"Biarlah, saya yang akan mengurus semuanya, Pak. Mengenai Tiara tidak akan saya libatkan dulu dalam persiapan gugatan cerainya. Sepenuhnya ini akan menjadi tanggung jawab saya, termasuk mengkonfirmasikan kembali kedatangan Bayu." Kak Arman menggenggam tanganku, memberikan kekuatan agar tidak lemah dan berpikiran positif jika semuanya akan baik-baik saja.

"Baiklah, kalau begitu saya akan tunggu kabar selanjutnya. Beruntunglah kamu Tiara mempunyai Kakak sebaik Arman," puji Pak Azis, seraya tersenyum ke arahku dan Kak Arman.

Punya Suami Serasa Tak Punya SuamiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang