☆ MY BADBOSS ☆

50 8 0
                                    

BAGIAN PERTAMA

☆ M Y   B A D B O S S ☆

-(P.R.O.L.O.G)-


"LIVY, KAMU UDAH SIAP? BENTAR LAGI JAM TUJUH, NANTI KAMU TELAT!" teriakan mamanya dari lantai bawah membuat Livy mengalihkan pandangannya yang semula menatap pantulan dirinya di cermin berganti menatap jam yang menempel di dinding kamarnya.

Benar kata mamanya, sepuluh menit lagi waktu menunjukkan pukul tujuh malam. Livy harus cepat-cepat berangkat, tidak mau terlambat di pertemuan pertamanya dengan calon suaminya.

Ya. Livy akan bertemu dengan calon suaminya malam ini. Makanya sejak pagi tadi dia sudah ribet sendiri. Mempercantik diri dari satu salon ke salon lainnya dan sore tadi dia baru pulang dari butik langganan mamanya.

Livy tidak ingin kesan pertamanya jelek di mata calon suaminya nanti. Dia harus berdandan secantik mungkin dan memakai gaun terbaik. Dress berwarna biru laut tanpa lengan membalut tubuhnya. Panjangnya selutut. Memperlihatkan kakinya yang jenjang dan mulus setelah di waxing.

"Livy berangkat dulu, ya, Ma." Livy berpamitan kepada mamanya di ruang keluarga. "Doain semoga lancar."

Hana, mamanya, tersenyum lembut. "Harus lancar pokoknya! Anaknya ganteng banget, Livy, kamu nggak mungkin nolak!"

"Mama nggak adil banget, harusnya aku ditunjukin fotonya dulu biar nyiapin mental dari sekarang. Kan bisa gawat kalau aku pingsan di depan dia," canda Livy demi menghilangkan kegugupannya. Bagaimana dia nggak gugup! Sebentar lagi dia akan bertemu pendamping hidupnya sekaligus seseorang yang akan menemaninya hinga embus napas terakhir. Memang terdengar lebay, tapi itu yang dia harapkan. Menikah sekali dan seumur hidup!

"Udah berangkat, nanti telat kasihan dia nunggu lama." Hana memperingatkan anaknya itu agar segera berangkat.

"Ya udah, Livy berangkat dulu, Mama nggak usah nungguin Livy pulang tidur duluan aja."

Setelah memberi pelukan hangat untuk mamanya, Livy segera berangkat ke restoran ternama di Jakarta, tempat yang direkomendasikan oleh calon suaminya. Kendaraan untuk pergi ke sana pun sudah di sediakan. Sebuah mobil Mercedes Benz berwarna hitam sudah terparkir manis di depan teras rumahnya.

Seorang laki-laki paruh baya keluar dari mobil, membukakan pintu untuk dirinya. Livy tersenyum ramah, mengucapkan terima kasih, kemudian masuk ke kursi belakang.

Malam ini, rasanya Livy seperti seorang putri kerajaan. Meskipun belum melihat calon suaminya, bahkan namanya saja dia belum tahu, namun yang membuatnya salut pria itu memperlakukan Livy dengan baik.

Semoga semuanya lancar. Seperti yang dia harapkan.

ooo

Sebelumnya Livy berpikir restoran tempat mereka bertemu adalah restoran yang sering dia lihat di dalam drama Korea yang sering dia tonton. Ternyata restoran ini jauh lebih keren. Livy sampai mengangakan mulutnya saking takjubnya. Selama ini dia ke mana saja, kenapa dia baru tahu ada restoran semegah ini?!

Restoran itu memiliki tiga lantai. Lantai paling atas adalah rooftop. Dari bawah saja Livy sudah bisa melihat lampu-lampu yang menghiasi setiap dinding.

Livy masuk ke dalam restoran itu dengan debaran jantung yang berdegup lebih cepat. Berkali-kali lipat hingga rasanya ingin keluar dari rongganya. Pandangan Livy menyeluruh, mengamati setiap sudut ruangan. Restoran itu berkonsep Eropa. Di bagian tengah ruangan terdapat air mancur.

Terlalu hanyut dalam kemegahan restoran itu membuat Livy tersadar bahwa tujuannya ke mari bukan untuk mengagumi restoran ini melain untuk bertemu dengan suaminya. Seorang pelayan menghampiri Livy, tersenyum ramah. "Dengan Bu Livy?" tanyanya.

Eh, kok dia tahu nama gue?

Livy mengangguk kaku.

"Pak Ganendra sedang menunggu di sana, mari saya antar."

Ganendra. Nama calon suaminya?

Kenapa nama itu tidak asing di telinganya?

Livy mengikuti pelayan itu. Berjalan di belakangnya dengan berbagai macam pertanyaan yang melintas di kepalanya.

Ganendra.

Ganendra. Nama itu terasa tidak asing.

Ah! Gue inget sekarang!

Pak--

"GAZZA GANENDRA!" Livy terlonjak kaget.

Di depannya saat ini, manusia yang sangat dia hindari justru berada di depannya. Tengah melempar senyum penuh kelembutan yang justru membuat tubuhnya bergidik ngeri.

"Mentang-mentang sekarang saya jadi calon suami kamu, manggilnya udah nggak pakai 'Pak', ya. Satu kemajuan yang baik."

SIALAN!

 Dari banyaknya jenis kelamin laki-laki di dunia ini, bahkan dari sabang sampai merauke, kenapa?! Kenapa harus Gazza Julio Ganendra yang berada di depannya?!

Dear GazzaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang