Ia menujuk Widya tepat dk depan wajahnya, mimik wajah nya Sangat serius.
Pak prabu mendengar kan dengan seksama lalu berpamitan pulang.
Sebelum mereka pulang Mbah buyut memberi kunir tepat di dahi Widya, katanya untuk menjaga Widya saja.
Kunjungan itu sama sekali tidak di ketahui tujuannya. Selama perjalanan,pak prabu bercerita, tentang kopi. Kopi yang di hidang kan Mbah buyut tadi adalah kopi Ireng yang di racik khusus untuk memanggil lelembut, demit dan sejenisnya.
Bukan kopi untuk manusia, mereka yang belum pernah mencoba nya, pasti akan memuntahkan. Namun bagi lelembut dan sebangsanya, kopi itu Manis sekali.
Semua anak memandang Widya. Namun pak prabu mengatakan hal lain." Sepurane sing AKEH nduk sampeyan onok sing ngetut'i( mohon maaf ya nak, kamu ada yang mengikuti)
Selain mengatakan itu pak prabu juga mengatakan bahwa tidak perlu takut, karena Widya tidak akan serta Merta di apa- apakan, hanya di ikuti saja. Yang lebih penting, Widya tidak boleh di biarkan sendirian, Harus selalu ada yang menemaninya.untuk itu pak prabu punya gagasan. Mulai malam ini, mereka akan tinggal dalam satu rumah hanya di pisahkan oleh dekat dari bambu anyam, pak prabu hanya meminta satu hal jangan melanggar etika dan norma saja.
Pertemuan itu juga di minta untuk tidak di ceritakan ke siapapun lagi, bahkan nur Anton dan Bima.
Tempat tinggal mereka yang baru tepat ada di ujung, cukup besar dan bekas rumah keluarga yang merantau, sekaligus hal ini menjawab pertanyaan kenapa jarang di temui anak seumuran mereka di desa ini, rupanya kebanyakan anak anak yang sudah Akil baligh pasti pergi merantau.
Di belakang rumah, ada watu item( batu kali) cukup besar, dengan beberapa pohon pisang dan di kelilingi Daun tuntas.
Anton awalnya tidak setuju mereka pindah, karena otmoser yang rumah nya memang tidak enak dan itu bisa di lihat dari luar, namun ini, perintah dari pak prabu. Setelah kejadian itu, ayu sedikit menghindari Widya.
Widya paham akan hal itu, namun Wahyu sebaliknya, ia mendekati Widya dan memberi semangat agar tidak mencerna mentah- mentah pesan orang tua itu.
Disini Wahyu bercerita tentang kejadian yang tidak ia ceritakan di malam ke jadian itu" wid temanmu yang cowok itu baik- baik saja kah ?"
"Maksud' e mas?"
Temanmu itu setiap larutalam keluar wid, entah kemana trus biasanya baru balik pagi, apa sedang mengerjakan proker nya tapi kok harus malam?
" Ra paham aku mas( gak ngerti aku mas)."
" Trus kata Wahyu aku sering dengar anak itu ngomong sendirian di dalam Kamar ".
" Ra mungkin lah mas( gak mungkinlah mas)."
Sumpah!! Gak cuma itu kadang dia tertawa sendirian gila kali anak itu.
Bima itu religius gak mungkin aneh aneh.
Ya sudah tanya Anton kalau gak percaya, malam sebelum kejadian itu, Bima sebenarnya ada di kejadian, dia cuman lihat kamu dari jendela, paham kamu sekarang gila itu anak.
Widya diam lama memproses kalimat itu ia lihat Wahyu pergi dengan raut wajah kesal.
Malam semua anak sudah berkumpul, nur ada di kamar ia sedang sholat.
Widya di ruang tengah sendirian, sedangkan ayu Wahyu dan Anton ngobrol di teras rumah, Bima ada pertemuan dengan pak prabu.
Sebelum suara kidung terdengar lagi, suaranya dari arah Pawon ( dapur) untuk mencapai Pawon Lia melewati kamar di sana nur sedang bersujud semakin lama suaranya semakin terdengar dengan jelas.
Pawon rumah ini hanya di tutupi dengan tirai saat Widya menyibrak tirai, ia melihat nur sedang meneguk air dari kendi lengkap dengan mukenanya.
Widya mematung diam lama sekali, sampe nur yang meneguk dari kendi melihat nya.
Mata mereka saling memandang satu sama lain.
Kenapa wid? Tanya nur.
Widya masih diam nur pun mendekati Widya, Sontak Widya lansung lari, dan melihat isi kamar di sana tidak ada nur,
Ada apa tah sebenarnya? Tanya nur yang sekarang di samping Widya, ia memegang baju Widya.
Dingin, tangan Widya masih gemetaran, sampai semua anak melihat mereka kemudian mendekati.
Kenapa kok rame sekali,
tegur ayu.Gak tau anak ini dari tadi di tanya GK jawab- jawab.
Wahyu mendekati. Nur ambilkan air gitu loh kok malah diam saja" tegur anton"
Tangan kiri Widya masih memegang teko, sedangkan tangan kanannya, terangkat lalu masuk ke dalam mulut, di sana Widya berusaha mengambil sesuatu, ada 2 sampai 3 helai rambut hitam, panjang dan itu keluar dari mulut Widya.
Semua yang menyaksikan beringsut mundur kaget. Begitu penutup tekonya di buka di dalamnya, ada segumpal rambut benar-benar segumpal rambut dengan air di dalam nya.
Nur yang langsung melihat bereaksi ( tadi aku juga minum dari situ, gak tau ada begituanya).
Widya muntah sejadi jadinya. Saat keadaan tegang seperti itu Anton tiba tiba mengatakan. ( Kamu di incer ya wid kata Mbah ku kalau tiba-tiba muncul rambut, itu biasanya kalau gak di santet ya di incer makhluk halus).
Nur kemudian mengatakan
Wid, apa penari itu masih ngikutin kamu, soalnya aku dari kemarin aku belum lihat dia g di belakangmu.
Berhari hari setelah pengakuan nur itu membuat Widya semakin was was ia jatuh sakit selama 3 hari, dan selama itu juga Widya hanya terbaring di atas tikar kamar.
Nur tidak melanjutkan lagi ceritanya, karena ia juga sudah salah mengatakannya, seharusnya ia menahan cerita itu.
Selama Widya terbaring sakit ia seringakli di tinggal sendirian di rumah itu, dan selama tinggal di rumah itu, ada satu kejadian yang tidak akan pernah Widya lupakan.
Semua di mulai ketika ia hanya berbaring di atas tikar. Ayu dan nur berpamitan akan memulai proker mereka. Anak-anak cowok juga mulai proker mereka masing masing.