04. Positif🧸

325 40 13
                                    

Hari-hari berlalu dan sudah lebih dari sebulan Arsen menghindari Banu, sedangkan Leon dan Natha pun belum menyadari perang dingin di antara keduanya. Arsen sendiri tak bodoh untuk menyadari jika Banu kerap kali mencoba untuk mengajaknya mengobrol, tetapi sampai saat ini ia bisa lolos dengan berbagai alasan.

Jika memang ada situasi yang mengharuskan Arsen berhadapan langsung dengan Banu, sebisa mungkin Arsen akan melibatkan Natha ataupun Leon diantara mereka.

"Boleh pinjem Arsen nya sebentar?" suara seseorang yang mampu timbulkan senyum malu-malu Arsen, ah ada satu hal yang berubah, yaitu kehadiran sosok yang selama ini Arsen kagumi.

"Boleh boleh... jangan sampe lecet ya, Juy." ucap Natha yang kini sedang duduk berhadapan dengan Arsen menunggu bel masuk.

Belakangan ini Juan pun gencar mendekati Arsen, sesekali pemuda itu akan mengajak Arsen makan siang bersama ataupun pulang bersama. Jika Juan mendekatinya sebelum kejadian waktu itu, mungkin Arsen akan menyambutnya dengan senang hati, tetapi jika sekarang Arsen akan berpikir seratus kali untuk menerima Juan.

Bukan rasanya telah hilang, tetapi Arsen tak sanggup membayangkan reaksi Juan saat mengetahui jika Arsen telah dipakai oleh si brengsek Banu. Tapi walau begitu teman-temannya, Leon dan Natha, sangat antusias dengan kedekatannya dengan Juan sehingga Arsen mau tidak mau mengiyakan semua ajakan Juan.

"Pulang sekolah ada acara?" tanya Juan setelah mereka berada di lorong kelas Arsen.

"Gak ada, kenapa?"

"Aku mau ngajak kamu ke tempat ramen yang aku ceritain minggu kemaren, mau gak?" ajak Juan antusias, walau sudah sering diajak pulang bersama, tapi ini pertama kalinya Juan mengajaknya pergi ngedate.

Ini bisa dibilang ngedate kan?

"Hmm.. boleh."

"Oke, nanti pulang sekolah aku tunggu ya." usakan di surainya membuat pipi milik Arsen bersemu, dan Juan pun langsung pamit menuju kelasnya karena bel jam pelajaran pertama telah berbunyi.

—;;

Kini sudah memasuki jam pelajaran ke-4, Arsen dan teman-teman sekelasnya sudah siap dengan baju olahraga mereka. Hari ini rencananya kelas Arsen akan mengambil nilai materi atletik, dimulai dari lari jarak pendek 200m dan di lanjut dengan lompat jauh. Arsen yang memang menyukai pelajaran olahraga pun sangat bersemangat walaupun ia sempat merasakan pusing di jam pelajaran sebelumnya, tapi Arsen mengira itu hanya pusing biasa karena ia tadi mengerjakan soal matematika.

"Panas banget anjir!" keluh Natha setibanya mereka di lapangan olahraga sekolah. Tapi Arsen pun setuju dengan ucapan Natha, karena hari ini terasa sangat panas padahal jam baru menunjukan pukul 10 pagi.

"Woy kumpul-kumpul." teriakan ketua kelas mereka membuat semuanya berkumpul dan berbaris dengan rapih.

Setelah guru mereka menjelaskan satu persatu, akhirnya pengambilan nilai pun di mulai, nama mereka pun dipanggil sesuai urutan absensi dan dibagi menjadi kelompok-kelompok kecil. Arsen sendiri maju menjadi kloter kedua karena nomer absensinya cukup awal, dan saat melihat ke depan ia mendapati Banu yang sedang melakukan pemanasan ringan.

"Arseno kamu cepat bersiap disamping Ardiyan." ucap sang guru membuat Arsen mau tidak mau melakukan apa yang telah gurunya perintahkan. Tak lama pluit dibunyikan, kloter kedua mulai berlari. Banu berada diurutan pertama, sedangkan Arsen cukup puas menjadi yang ketiga.

Setelah lari jarak pendek rasanya kepala Arsen kembali berdenyut pusing dan perutnya juga terasa sakit, tetapi ia sama sekali tak memperdulikannya. Arsen berfikir itu mungkin hanya karena efek cuaca yang terik dan kurangnya pemanasan.

Butterfly •• BanginhoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang