kyuhoon: etaspica.
ִֶָ % start ›
Suara kaki bermain di genangan air jelas terdengar oleh telinga. Dua anak remaja kelas 12 sedang asik bermain air itu tertawa lebar seakan tidak ada waktu untuk mereka melakukan hal itu di masa depan nanti.
"Bagaimana? Bukankah ini menyenangkan?" tanya yang lebih muda.
Jihoon, yang lebih tua menghindar dari serangan air karena yang lebih muda. "Junkyu! Berhenti!" suruhnya.
"Ji. Sini, baju kamu sudah basah juga." Junkyu mencoba menarik tangan Jihoon, tapi anak itu sudah lebih dulu menjauh. Lalu, sebuah suara tawa terdengar samar-samar karena direndam oleh derasnya hujan saat ini.
Junkyu dapat melihat samar wajah Jihoon saat sedang tertawa. Maka dengan itu, ia mendekatkan diri. Menarik Jihoon ke pelukkannya di bawah derasnya hujan.
"Kenapa tiba-tiba meluk aku?"
Junkyu menunduk, membuat tetes-tetes air dari kepalanya menetes ke wajah Jihoon. "Ngga tau, aku cuman ngerasa kalau aku harus meluk kamu sekarang."
Jihoon menginjak kaki Junkyu, pacarnya ini memang suka sekali tiba-tiba. "Kan udah sering?"
"Tapi kalau kayak gini kita jarang banget, besok-besok kalau hujan terus kita ada waktu luang. Ayo main hujan bareng-bareng lagi."
"Heum!" angguk Jihoon setuju. Dan mereka kembali disibukkan oleh hujan yang tidak henti-hentinya untuk turun, bahkan pertanda bahwa hujan itu akan berhenti dalam waktu dekat saja tidak ada.
Mereka berdua asik berlari-larian, tertawa sambil memutar-mutarkan tubuh dengan kedua tangan yang saling menggenggam satu sama lain.
"Kalian! Udah masuk-masuk." Lisa, Mama nya Junkyu langsung menyuruh keduanya masuk. Hujan masih deras di luar sana, tapi Junkyu dan Jihoon memilih untuk menyerah. "Cepat mandi lalu minum Jahe yang sudah Mama buatkan!" perintahnya berteriak agar Jihoon yang berada di lantai atas mendengar.
Jihoon memakai kamar mandi yang berada di kamar Junkyu, sedang sang pemilik kamar entah mandi di mana. Mungkin saja kamar mandi di bawah, dekat dapur.
"Kalian, tuh, ya. Kalau mau main hujan-hujanan ingat waktu, ini sudah hampir jam setengah tujuh malam kalian baru pulang? Lalu kamu, Jihoon, Bunda kamu udah nanyain Mama dari tadi."
Yang dimarahi hanya bisa menunduk takut, saat mereka baru balik memang hari sudah malam. Akibat rumah Junkyu yang jaraknya jauh lebih dekat, jadi Jihoon memutuskan untuk ikut dan merapikan diri di sana. Mengurangi resiko diomeli nantinya.
"Maaf, tadi aku sama Junkyu keasikan main hujan..." suaranya semakin mengecil ketika sampai di ujung kalimat.
Lisa hanya bisa memasrahkan diri melihat kelakuan dua remaja di rumahnya saat ini, selalu saja lupa waktu dan menghabiskan waktu di luar sana. "Mama bilang hari ini kamu bermalam di sini. Jadi nanti langsung tidur habis ini, tidak ada yang mengobrol atau bermain ponsel. Takut nanti kalian pada sakit." Omelnya tidak henti, meninggalkan dua sejoli yang asik menikmati Jahe dalam sebuah kesunyian.
"Nih," tiga lembar tisu terlihat di depan gelas Jahe Jihoon. "Hidung kamu, udah meler." Tangan Jihoon segera mengambil tisu dan membersihkan hidungnya.
"Hachin-aduh! Ribet banget pakai acara pilek segala."
Junkyu tertawa kecil melihat kelakuan Jihoon yang satu ini, padahal mereka baru saja pulang beberapa menit yang lalu. Tapi tubuh Jihoon tidak kuat menahan rasa dingin yang menjalar sampai ke tulang. "Ini, sekalian. Kali aja kamu butuh tisu semalaman."