ִֶָ % start ›
Suara tawa terdengar sangat menyenangkan untuk didengar. Membuat siapa saja dapat berpikir bahwa itu menyenangkan, bahwa mereka berdua sangat bahagia kini.
Kedua anak kecil itu tertawa lebar, sangat lebar sampai membuat mata mereka tertutup. Membuat perut mereka sakit dengan euforia yang dirasa.
“Junkyu, can you stop?”
Junkyu tidak menghiraukan, ia masih terus berlari, mereka sedang berkejaran, dengan Junkyu yang memulai dan Jihoon yang tidak ingin kalah.
Mereka selalu melakukan dengan tawa yang menemani, menyusuri lembah hijau yang sangat indah.
Tanah kering itu terus diinjak dengan mereka, lalu sedetik kemudian Junkyu memelankan larinya. Membuat Jihoon dengan semangat menangkap tubuh itu.
“Kau! Aku sudah menyuruh berhenti! Aku tidak kuat lagi bernapas.” Adu Jihoon dengan dada yang naik turun, napasnya terdengar kasar.
Junkyu seketika menahan gerakannya yang hendak berjalan, ia sedang melatih jantung Jihoon. Ini hanya melewati beberapa meter dari tempat berhentinya kemarin.
“Duduklah, ini minum, luruskan kakimu.” Junkyu menyodorkan minuman yang ia bawa dikantong celananya, membantu Jihoon untuk duduk dihamparan tanah hijau.
“Kau kenapa berlari seperti itu, sih?”
“Seperti apa? Memangnya aku lari bagaimana?”
Jihoon merengut kesal, “kamu berlari melebihi tempat kemarin kita berhenti, tahu! Itu membuatku kesal.”
“Tapi intinya kamu bisa melewati itu semua, aku hanya menambahkan beberapa meter saja dari kemarin. Melatih jantungmu agar sehat, agar kamu dapat berlari lebih jauh dari ini.”
“Memangnya apa yang membuatmu melakukan hal itu, sih? Apa susahnya kamu sendiri saja yang berlari sendiri?!”
Hal itu refleks keluar dari bibir laki-laki manis yang masih kesal dengan kelakuan Junkyu.
Junkyu memilih diam, “hitung-hitung bagi-bagi kesehatan, agar kamu sehat. Alasan dan tujuanku hanya itu, tidak lebih. Untung di kamu juga, kok. Bukan hanya aku saja yang untung.”
Mereka melihat kearah depan, di depan sana ada burung yang sedang mengepakkan sayapnya, terlihat indah untuk dipandang.
“Senang sekali rasanya kalau habis lagi begini kita dapat melihat burung hendak terbang.” Junkyu memang sangat menyukai hal tentang alam.
“Tahu, ah, aku malas sama kamu.” Jihoon berdiri, membersihkan celananya yang bersentuhan langsung dengan tanah. Meninggalkan Junkyu yang tertawa kembali melihat wajah kesal Jihoon yang sangat lucu menurutnya.
Lembah hijau indah itu menjadi saksi bagaimana Junkyu menjadikan Jihoon sehat, menjadikan Jihoon sangat berterima kasih pada Junkyu karena selalu mengajaknya berlari setiap hari ketika mereka bermain.
Berterima kasih karena memberikannya kenangan yang tidak akan pernah Jihoon lupakan.
ִֶָ % end ›
aku bagi-bagi yang lucu lagi, sksksk.