aku mau kasih kalian yang manis-manis, hehe.
ִֶָ % start ›
Suara alunan permainan terdengar sangat menenangkan di telinga. Hempusan angin ringan menerpa wajah. Malam ditemani bulan dan bintang.
Mereka berdua kembali dalam larut, menikmati setiap melody yang terdengar. Kim Junkyu sangat pandai bermain alat musik itu, menyuruh Park Jihoon untuk mendengarkan.
Setelah beberapa menit berlangsung, Junkyu menurunkan tempo lagunya, bermaksud bahwa lagu yang sedang ia bawakan hampir selesai. Detik berikutnya, lagu itupun selesai. Diakhiri dengan mata mereka yang saling memandang digelapnya malam.
“Ya, ya, aku tahu. Ini hanya untuk kamu tapi,” balasnya dengan cengengesan.
Junkyu berjalan mendekati Jihoon, meletakkan alat musik yang ia gunakan di tanah. Junkyu duduk tepat di samping tubuh Jihoon.
“Bulannya indah, kayak kamu.”
“Apasih! Ngga jelas banget, deh.” Walau begitu, Jihoon melihat ke arah atas. Ah, mereka tidak hanya berdua, masih ada bulan dengan cahaya putih menyinari mereka berdua dengan bintang-bintang di sana, membuat malam ini semakin indah.
Junkyu membawa tangan Jihoon untuk digenggam. “Tangan kamu dingin banget, maaf aku lupa suruh kamu bawa sarung tangan…”
“Ya gapapa, tangan kamu juga dingin, kita bisa saling menghangatkan.” Tangan satunya lagi Jihoon bawa untuk menggenggam tangan Junkyu. Dielusnya pelan, tangan Junkyu sangat berbakat, pasti Junkyu sangat melindungi tangannya ini.
“Aku kalau disuruh pilih, aku lebih pilih lindungi kamu.” Begitu ucapnya ketika melihat tatapan Jihoon pada tangannya.
“Oh, ya? Kamu tuh, simpan kata-kata gombalnya untuk diri kamu sendiri aja.”
Junkyu tersenyum jahil, “akukan membuatnya untuk kamu, biar wajah kamu merah kayak gini.” Tangannya ia letakkan di kedua pipi Jihoon. Wajah kekasihnya sangat merah, walau tertutup gelapnya malam, tapi sinar rembulan menyinarinya.
Hanya sedikit terlihat, tapi kalau saat ini siang hari. Junkyu berani bertaruh bahwa wajah ini sangat merah.
“Udah, ah! Aku males, banyak banget alasannya.”
Junkyu memeluk Jihoon dari samping, meletakkan tangannya di pinggang sempit Jihoon, “aku sayang banget sama kamu, Ji.”
“Aku tahu,”
“Kok ngga bales ucapan aku?”
“Aku juga sayang kamu, Junkyu.”
Setelahnya, yang dilakukan Junkyu benar-benar membuat wajah Jihoon semakin memerah dan jantung Jihoon yang seakan melompat dari tempatnya.
Junkyu mencium pipinya, merasakan pipi Jihoon yang dingin karena angin malam yang seakan menusuk kulit mereka berdua.
“I really love you, Park Jihoon.”
Malam itu membuat kenangan yang sangat indah untuk Jihoon, bagaimana Junkyu mempersiapkan semua itu dengan rasa sayang yang bisa Jihoon rasakan. Tapi tidak bisa tahu seberapa besar rasa yang Junkyu berikan untuknya, karena jika menghitung, mungkin itu akan sangat besar.
Jihoon mencintai Junkyu, begitupun sebaliknya. Malam itu selebihnya hanya dilakukan untuk berdiam diri, sesekali dengan pertanyaan ringan dan ucapan Junkyu yang selalu mengatakan, “aku mencintaimu dengan sangat, Jihoon. Tetaplah bersamaku sampai akhir.”
ִֶָ % end ›
yang manis-manisnya kakak
(´∩。• ᵕ •。∩')