Seokjin's POV
Kim Seokjin
Nama itu diberikan oleh kakekku dengan arti 'harta karun yang berharga'
Seperti namaku, aku merupakan harta karun yang berharga bagi keluargaku tentunya.
Aku sekarang bekerja di salah satu perusahaan besar yang bergerak di bidang properti sebagai manajer.
Karena diriku cukup cerdas, aku bisa dengan mudah meraih posisiku di perusahaan saat ini sebagai manajer. Hanya butuh waktu dua tahun bagiku untuk meraih posisiku saat ini di perusahaan tempatku bekerja.
Puas? Tentu saja tidak!
Jika diberi kesempatan, aku ingin bisa lebih mengembangkan karirku di bidang ini. Dan impianku adalah bisa mendirikan perusahaan properti sendiri suatu saat nanti.
Di usiaku yang menginjak dua puluh enam tahun, kini aku sudah memiliki kekasih yang bernama Kim Sojung. Aku sangat mencintainya dan begitu pun sebaliknya. Hingga kini terhitung sudah lima tahun kami berkencan.
Dan dalam kurun waktu lima tahun itu tak hanya sekali atau dua kali kami bertengkar.
Ya.. kami seperti pasangan-pasangan lain pada umumnya. Yang bertengkar karena hal sepele dan segera berbaikan lagi. Namun kali ini agak berbeda. Pertengkaran kami kali ini cukup serius. Ini disebabkan oleh Kim Sojung yang ternyata sudah dijodohkan oleh kedua orang tuanya.
"Maafkan aku, Jin.." Ucap Sojung dengan pipi yang sudah basah dengan air mata. "Tapi aku harus menuruti kemauan ayahku."
"Apa kebersamaan kita selama lima tahun ini tidak ada artinya untukmu, Sojung?"
Sojung menggelengkan kepalanya dengan cepat. "Bukan begitu, tapi keadaan lah yang memaksaku untuk menyetujui perjodohan itu. Percayalah, aku masih sangat mencintaimu, Jin."
"Jika kau masih mencintaiku, seharusnya kau berjuang agar hubungan kita direstui oleh kedua orang tuamu, Sojung."
Memang, hubungan kami selama ini tak mendapat restu dari kedua orang tua Sojung. Itu karena Sojung adalah anak dari salah satu pengusaha sukses di Korea. Sedangkan aku bukanlah anak dari seorang pemilik perusahaan atau orang terpandang. Kedua orang tuaku hanyalah orang biasa. Ayahku seorang PNS dan ibuku hanyalah seorang ibu rumah tangga.
"Aku sudah melakukannya, Jin.." Sahutnya. "Tapi mereka tetap saja tak pernah mendengarkanku."
"Sojung.. Apa hubungan kita hanya sampai disini saja?" Akupun meminta kepastian darinya.
"Aku tidak tau. Maaf, aku harus pergi, Jin.."
Dan setelah mengatakan itu, Sojung pergi begitu saja dari hadapanku. Meninggalkanku dengan hubungan kami yang masih menggantung.
Jujur, aku masih mencintainya. Karena dialah yang menemaniku sejak kami masih sama-sama sekolah di universitas yang sama. Dia tau bagaimana perjuanganku hingga aku bisa sampai di posisi sekarang ini.
***
Kim Jisoo telah menyelesaikan sebuah lagu di atas panggung itu.
Namun aku bisa menangkap lirik demi lirik dari lagu yang ia nyanyikan. Aku yakin lagu itu ia tujukan untukku.
Aku bukannya tak tau bagaimana perasaan Jisoo sebenarnya terhadapku. Tapi aku mencoba untuk menghalau semua itu karena aku sudah memiliki kekasih, Kim Sojung. Wanita yang hingga kini masih memenuhi separuh ruang di hatiku. Dan separuh lagi untuk...
Ah, rasanya sangat tidak pantas jika aku mengatakannya. Aku akan terdengar seperti pria berengsek yang tidak hanya memiliki satu wanita dalam hidupku.
Kini aku menatap Jisoo yang masih ada di atas panggung. Ia pun juga menatap pada diriku.
Haruskah aku memberi kesempatan untuknya? Tapi aku masih mencintai Kim Sojung.
Pergolakan batin yang terjadi dalam diriku membuatku tanpa sadar menatap ke arahnya. Dan aku bisa melihat dia seperti salah tingkah dengan tatapanku.
Aku melihat Jisoo turun dari panggung. Setelahnya ia kembali melayani para pelanggan di kafe ini.
Saat Jisoo berada di meja yang dekat denganku, aku memberanikan diri untuk menarik tangannya. "Kau pulang jam berapa?"
Jisoo terlihat terkejut dengan pertanyaan dariku. Mungkin pertanyaan yang tak akan pernah ia sangka akan keluar dari mulutku.
"Hah? Oh, aku.. A-aku nanti pulang pukul sembilan." Jawabnya terbata-bata. Dan aku mengulum bibirku menahan agar tidak tertawa melihat tingkahnya yang menggemaskan itu.
"Baiklah, aku tunggu kau disana." Aku menunjuk sebuah kursi panjang di ujung jalan dengan jari telunjukku. "Aku antar kau pulang."
"Hah?"
"Kuantar kau pulang."
"T-tidak perlu. T-terima kasih atas tawaranmu. Tapi aku bisa pulang sendiri."
Aku mengernyitkan dahiku mendengar penolakan darinya. Namun aku tidak bisa memaksanya. Aku menghargai keputusannya.
Akupun melepaskan tanganku sehingga ia berlalu begitu saja dari hadapanku.
-Waiting for you-
Jangan lupa vote dan komen
Thanks for reading
💜💜💜💜💜💜💜
KAMU SEDANG MEMBACA
Waiting for You (Complete)
FanfictionKim Jisoo yang seorang mahasiswi harus bekerja paruh waktu di sebuah kafe. Pekerjaan tambahannya di akhir pekan adalah menyanyi di kafe itu juga. Saat di perjalanan menuju kampusnya, Jisoo bertemu dengan Seokjin yang menjadi penolongnya saat itu. Pe...