Jessi meneguk air minumnya saat dirasa haus melanda. Sebelum akhirnya dia melanjutkan ceritanya "pandangan kabur samar samar mulai jelas saat aku Sadar dari pingsanku, nyuutt sepertinya kepalaku masih sensitif, aku memegang bagian yang pusing dengan tangan kiriku. Sekuat tenaga aku mulai duduk. Ada penjaga penjaga yang sigap dikamarku aaahh pasti ulah ibu saat aku mulai mengambil kendali diriku sepenuhnya, aku pun mencoba berdiri dari kasur. Pelan pelan kucoba untuk berjalan, akhirnya berhenti juga saat diujung pintu nampak lah ibuku 'kamu sudah sadar?' aku hanya diam, tak ada niat untuk membuka mulut sama sekali saat itu. Dia mendekat lalu menggandeng tanganku 'kamu sudah ditunggu raja. Kita makan malam dulu ya?' aku hanya menurut, tenagaku tidak akan cukup untuk ku melawan, karena aku baru saja sadar"
"Semua mata langsung menatap kearah ku mengintrogasi, seolah olah aku baru saja melakukan perbuatan yang jahat. Sebenarnya ada sedikit rasa takut saat itu, apalagi kepada ayahku yang angkuh itu, aku bahkan menatap matanya hanya beberapa detik. Yasudah lah, aku juga tidak tahu harus apa sekarang"
"Sedetik setelah ku dudukan tubuhku berhadapan dengan meja makan, bayangan seseorang terlintas dibenak ku 'adelio'. Aku tidak melihatnya, dia kemana? Kepalaku dengan teliti melihat satu persatu orang disana. 'cari apa?' tanya ayah dengan suara dingin menyeramkan. 'adelio, mana?' jawabku tidak kalah dingin"
CE'TAKKK
"Sontak semua mata tertuju pada suara yang nyaring dan mencuri perhatian itu, sang ibu yang sengaja menabrakan sendok ke piringnya dengan keras 'dia, sudah pergi dari sini' aku tidak tahu apa salah ku, tapi dengarkanlah suara yang makin lama makin meninggi itu. Haruskah begitu?. 'lupakan saja, laki laki tidak bertanggung jawab itu ashel, dia hampir saja merusak strategi kita' emosiku memuncak seketika. Apa? strategi lagi? Hanya itukah yang berada di otakmu ratu?"
"Sebentar ya" nampaknya Jessi butuh minum. Ia meneguk tehnya hingga habis tanpa sisa. Dan saudari yang lain terlihat sabar menunggu.
"Aku tau apa yang aku lakukan sekarang. Sedikit mengancam mungkin bukanlah hal yang buruk. Tangan kananku bergerak mengambil sebuah pisau dapur yang tergeletak disebelah piring didepanku secara perlahan. Dengan dibumbui senyuman psikopat diwajahku, ku arahkan pisau itu ke arah kepalaku, menggores pipi kanan tipis tipis. 'jangan gila ya kamu! Melakukan hal gila seperti ini hanya karena laki laki, itu tak seharusnya dilakukan oleh seorang putri seperti mu!' marah sang ratu, yang mana itu membuat senyum evilku kian melebar. Sempat mendalami peran, aku pun membuka mataku lalu berkata 'sayangnya sang putri telah jatuh cinta pada laki laki itu, melebihi ibu dan ayahnya sendiri' sang ratu berjalan tergesa, marah besar sepertinya, kemudian mengambil pisau ditanganku."
"Dia menyeret ku. tidak tau saja kepalaku masih pusing, bahkan lututku juga perih meskipun sedikit. Sepertinya memang dia tidak peduli akan hal itu, yang dia pedulikan kan hanya strategi. Ratu berhenti tepat dihadapan raja lalu mengucapkan 'apa yang aku takutkan sudah terjadi! Seharusnya jangan dijodohkan dengan anak itu! Kau lihat kan sekarang? Dia sudah berani membantah pada kita!' Marah ratu, tidak lagi peduli jika disana lumayan ramai orang."
"Aku melihat muka murka raja saat disalah salahkan oleh ratu. Bagus, sepertinya acting ku berhasil. 'Aduh' ratu gila, ini sakit! Dia menyeret ku lagi. 'kamu apakan dia?' tanya raja setengah berteriak, karena ratu buru-buru. Tanpa melihat raja sekalipun ratu setengah berteriak 'aku mau mempertemukan dia dengan orang yang dia cintai'. Yang mana itu membuat ayah harus mengejar ratu dengan langkah panjang."
"Si ratu gila itu membawaku ke ujung istana. disana, dimana tempat itu adalah tempat paling kejam diantara semua ruang diistana. 'ibu mau apa?' Aku takut bukan main. Mataku meneteskan air. Ibu tersenyum seperti psikopat, sama seperti yang aku lakukan beberapa menit yang lalu 'kamu bilang, ingin bertemu adelio kan?' ucapnya."
KAMU SEDANG MEMBACA
Sinistrous Memoirs
Teen FictionRahasia dibalik keluarga nenek. kelamnya masa lalu antara cucu dan anak anaknya. "It's real?"