End

0 0 0
                                    

"Hehhh apakah aku sebenarnya memiliki rasa cinta terhadap Yana dan Hika yaa" Naro, sambil termenung terbaring di ranjang nya setelah sampai rumah. Dia pun merasa aneh dengan perasaannya yang begitu kacau. Sampai-sampai dia tertidur di awal malam saat itu. Ketika pagi tiba, Naro kembali berangkat ke sekolah. Di jam istirahat, Mai bertemu Naro mereka pun mengobrol bersama lalu Naro menceritakan apa yang sedang terjadi. "Naro kita sahabat, aku akan selalu membantumu dan menahan pundak mu walau itu dari belakang" Mai. Tetapi, sebenarnya saat Mai mengungkapkan dukungan terhadap Naro, Mai juga merasa ada yang ganjal dalam hatinya. "Terimakasih Mai, aku juga akan berusaha membantumu dan seperti engkau melakukan apa untukku" Naro.

Setiap hari pun begitu, Mai yang selalu menemani dan bersama Naro. Walaupun susah Mai untuk bertemu dengan Naro karena jabatannya sebagai ketua OSIS, serta Naro yang termasuk anak tingkat kelas E. Perasaan Naro yang sungguh berantakan. Semakin aneh, tetapi suatu hari ia merasa semakin cinta terhadap Yana dan Hika. Naro sampai merelakan dirinya yang sudah diambang perasaanya tersebut. Tetapi, pada suatu hari Naro tiba-tiba merasa seperti ada yang berbicara dalam hatinya. Tidak diketahui apa sebenarnya ucapan itu, sampai-sampai Naro tiba-tiba menangis tanpa ia sadari. Seketika Naro sadar "Apa itu? Siapa dia? Apa yang barusan ia katakan?" Naro, yang mulai dihantui oleh penasarannya terhadap kalimat yang tiba-tiba datang kepadanya saat Naro termenung.

Seketika Naro akhirnya merasa untuk lepas tangan dari kepeduliannya terhadap Yana dan Hika. Naro berusaha keras untuk menahan cintanya terhadap Yana dan Hika walau setiap hari sudah dianggap seperti nyamuk yang lewat saja. Tapi didalam hati Naro seperti ada sesuatu yang ingin dijemputnya. Naro pun mulai kebingungan apa yang harus Naro lakukan. Tetapi, Naro tetap tegar dan teguh dengan pendiriannya untuk mencari hal yang sebenarnya telah menghantui hati Naro. Dia juga berusaha meminta bantuan terhadap Mai, tetapi Mai sedang disibukkan oleh urusan OSIS. Shiba dan Manji juga sedang sibuk karena di organisasi mereka sedang ada acara selama seminggu. Naro pun selalu berusaha mencari apa sebenarnya ucapan itu.

Setiap hari dengan perasaannya yang belum ia temukan. Naro mencari bahkan sampai ia kelelahan. Ia bahkan sampai diejek para temannya karna dianggap aneh. Mencari tahu tentang rasa cintanya juga terhadap Yana dan Hika. Bahkan Naro sampai memiliki banyak anggapan karna kebingungan. Apakah hanya sekedar tertarik, apakah hanya karna sering bertemu, apakah hanya kesal saja. Naro pun tidak menemukan jawabannya. Begitu pula dengan Mai, yang saat ada tugas OSIS dia merasa seperti tersimpan sesuatu yang sebenarnya masih tersembunyi.

Seminggu telah berlalu, bertemulah kembali mereka di hari Senin. Tetapi, entah mengapa Naro dan Mai seketika seperti saling menghindari layaknya mereka menemukan hal yang sebenarnya sangat buruk dan baru ia tahu. Mereka berdua saling berselisih dan tidak mau untuk saling menyapa. Mereka bahkan sampai meng blok nomor masing-masing. Bahkan perilaku mereka sampai diketahui oleh banyak murid. Beberapa murid juga sampai membuat dua kubu, kubu yang tercipta karna kedua belah pihak yang dibela jadi semakin terlihat sinis.

Sampai tiga bulan berlalu kubu itu masih saja ada, tetapi kedua kubu sudah mulai bosan untuk bertengkar dan ingin berdamai. Kedua kubu tersebut mulai kembali berbaikan dan kubu tersebut hilang. Sebenarnya, Naro merasa ungkapan dalam hatinya malah semakin lari saat kubu tersebut terbentuk. Naro yang saat itu tetap kesepian karena Shiba dan Manji saat itu ternyata ada tugas lagi dari organisasi mereka. Dia seketika langsung mulai mendapatkan jawaban ketika dia tak sengaja berselisih ketika sedang berjalan, dia mulai menyadari suasana yang berbeda tiba-tiba lewat ketika ia bersama Mai. Tetapi Naro tetap tidak mau mengakui bahwa ia ternyata merasakan kehangatan walau saat itu hanya sekedar berselisih saat lewat. Naro juga sampai tidak mau peduli dengan pikirannya tersebut.

Naro mulai lelah dengan hal itu, tetapi Naro tidak menyerah mencari ucapan yang ia dengar saat itu. Sampai ternyata hari kelulusan telah tiba. Mereka tetap saja bertindak seperti musuh. Padahal sebenarnya hal buruk yang diawal mereka lihat dan anggap buruk ternyata karena adanya gosip dari para murid di kelas Naro dan Mai yang iri terhadap mereka. Mereka pun tidak mengetahuinya sampai hari kelulusan tiba.

Di malam kelulusannya saat pesta, sekolah mereka mengadakan pesta di daerah tebing. Seperti awal mula, Naro merasa dalam dirinya seperti ada rasa terhadap Yana dan Hika. Mereka pun merayakan pesta tersebut dengan sangat bahagia. Mereka melakukan banyak hal disaat itu dan banyak membeli sesuatu di acara tersebut. Naro saat itu tidak sadar, padahal Naro hanya merasa senang dan bahagia saat itu dan tidak ada cinta terhadap Yana dan Hika.

Ketika Naro saat itu pergi ke dekat ujung tebing ia ingin melihat dan menikmati indahnya bulan apalagi saat itu sedang bulan purnama. Ia pun meletakkan alas di tanah untuk duduk di tempat itu. Tak sengaja tiba-tiba Naro melihat Mai sedang sendirian juga di sekitar 5 meter dari ujung tebing. Kehangatan pun kembali datang pada hati Naro tetapi dia tetap tidak menyadari. Sampai tiba-tiba ada suara lagi yang datang "Mari sini aku sudah berada di dekatmu, jemput lah aku". Tiba-tiba akhirnya Naro menangis saat itu, kakinya juga sampai reflek berdiri, perlahan ia menemui Mai. Semakin langkah itu mendekat dan semakin pula rasa itu semakin terasa. Sampai ketika kaki Naro langsung berhenti selangkah di belakang Mai.

Dengan penuh tangis yang ia tahan, Naro pun melihat wajah Mai yang ternyata juga sedang menangis. Dipegangnya pundak Mai sambil menangis dan berkata "Mai aku tidak ingin kita terus berpisah. Aku merasa semakin kesepian dan kegelapan sering datang kepadaku. Mai bagaimana kalau kita hentikan ini" Naro, dengan perasaan yang mulai ia ungkapkan. Mai dengan tangisnya dan amarahnya pun langsung menjawab dan langsung melihat wajah Naro juga langsung berkata "MENGAPA ENGKAU TIDAK MEMBERITAHUKAN KEPADAKU DARI AWAL NARO, AKU JUGA KESEPIAN KETIKA KITA SAAT ITU KITA SALING MENJAUH". Akhirnya mulut Naro terkontrol dengan hatinya, dia pun langsung berkata kepada Mai "Mai aku sadar ternyata cinta yang aku rasakan saat aku menceritakan kepadamu bukanlah cinta yang sempurna, aku menyadari seperti ada sebuah benang yang terpisah dan ingin bertemu kembali. Ternyata aku sadari bahwa itu engkau Mai". "Naro kau tahu, sebenarnya aku juga merasakan hal yang sama seperti yang engkau ceritakan barusan" Mai.

Kemudian mereka mulai mengusap air mata mereka. Mereka pun kembali berdamai. Kemudian Naro menyatakan kepada Mai "Mai setelah SMA ini mau kah engkau berada pada universitas yang sama denganku. Aku ingin bila suatu saat kita akan hidup bersama". Mai juga langsung menjawab "Bahkan aku ingin membantu keluargamu untuk biaya universitas mu nanti. Aku terima, datanglah langsung ketika kita baru lulus kuliah nantinya".

Mereka berdua pun menangis terharu karena bahagia dan setelah lulus, mereka sekolah di universitas yang sama. Hingga setelah lulus kuliah mereka menjalin hubungan yang lebih dalam. Serta selalu menjaga hubungan mereka.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 29, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

A True Love in Three ChoicesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang