Dark or Happiness

4 0 0
                                    

  Seminggu yang telah dilalui dengan kebahagiaan dan perbedaan perlakuan juga di hadapi, karna memang dia berada di kelas E tidak mengurangi semangat mereka. Di hari Kamis berikutnya, tidak sengaja Naro dan ketua OSIS bertemu kembali. Naro pun langsung menepuk bahu ketua OSIS tersebut, dia pun langsung mengajak ketua OSIS mengobrol "Permisi, e' ehh, ma maaf, ke ketua OSIS, waktu itu saya tidak sengaja menabrak anda saat sedang berjalan. Bo bolehkah kalau kita mengobrol sejenak?" Naro. "Tidak apa-apa terimakasih juga karna sudah membantuku waktu itu, aku juga meminta maaf karna mungkin aku sedikit lalai membawa barang bawaanku. Jangan malu-malu kalau memanggilku, panggil saja aku Mai, aku anak dari kelas 11 SA" Mai. "Terimakasih Ma Mai, apakah kita boleh berteman?" Naro. "Tentu saja kita kan sudah berteman, Naro anak kelas 11 AE kan" Mai. Wajah mereka pun mulai sedikit memerah, sejenak mereka juga berhenti berbicara karna tidak tau harus berkata apa, lalu beberapa menit kemudian mereka pun melanjutkan pembicaraannya kembali. Beberapa waktu kemudian saat bel masuk mau berbunyi mereka pun saling bertukar nomor telepon. Kemudian mereka langsung kembali ke kelas mereka masing-masing.

  Ketika Naro sampai di kelasnya, seketika dia melihat bagaimana keadaan kelasnya sesungguhnya. Dengan tatapan para teman wanitanya yang mulai sinis saat Naro menginjakkan ruangan kelas dan terlihat salam masuk yang seperti menolak kehadiran dirinya untuk hadir di kelas tersebut. Tetapi Naro selalu berprasangka baik dan merasa tegar serta selalu merasa sabar dengan keadaannya. Ditambah dia pun juga sudah terlatih dari masa lalunya. Teman laki-lakinya pun selalu menemani dan mengajak Naro bercanda, seketika Naro langsung dirangkul dari belakang oleh Manji dan teman lainnya "Cieee Naro bisa gitu yaa, cepet banget nihh deket ama si ketua OSIS. Kasih tau lahh caranya gimana" Manji. Mereka pun kembali bercanda lagi seperti biasanya. "Kringg" bel masuk sekolah pun berbunyi, kondisi kelas langsung rapi dan sunyi kembali.

  Ketika pelajaran pertama dimulai, "Siapa yang bisa menjawab pertanyaan ini" guru yang sedang di depan papan. Naro pun langsung berdiri "Saya Bu, jawabannya ialah 19" Naro. Begitu pula jawaban dari pertanyaan fisika ia terus jawab dengan benar. Seketika isi sekelas langsung takjub kepada Naro. Mereka pun jadi ingin mendekati Naro. Tetapi, sekian waktu berubah, teman-teman Naro ternyata berkhianat dengan Naro. Para teman wanita Naro juga mulai mendekati Naro, dia juga jadi mulai terkenal di para kalangan murid kelas 11 SE, AD dan SD. Tetapi berbeda dengan para teman-teman lelaki Naro, beberapa memang merasa takjub dengan Naro, tetapi dalam hati mereka sebenarnya iri terhadap Naro, apalagi dia juga disukai banyak wanita di sekolahnya.

  Naro pun menjalani kehidupannya kembali dengan masa lalunya. Yaitu kesepian dan pembullyan. Selalu diejek di kelas, di manfaatkan, di perlakukan berbeda, tidak dipedulikan atau bisa dibilang, dianggap hanya seperti nyamuk yang sedang lewat. Di injak-injak harga diri serta impian nya juga dijatuhkan. Tetapi, Naro selalu merasa kuat dan selalu terlihat seperti tidak terjadi apa-apa didalam hatinya yang sebenarnya sudah mulai tumpang.

  Suatu hari Naro mulai mengutarakan isi hatinya, dia menahan tangisnya di depan kelas. Kemudian tiba-tiba Mai tak sengaja lewat, ia melihat bahwa ada yang sedikit berbeda dengan Naro, dia pun langsung bertanya "Naro kamu kenapa? Kamu lagi sedih kah?" Tanya Mai pada Naro. Naro pun menjawab "Tidak Mai aku tidak apa-apa" Naro. Tetapi, karna Mai adalah orang yang peka dia pun sadar bahwa Naro sedang menyembunyikan sesuatu darinya, Mai pun langsung berkata "Sabar ya Naro, apa yang terjadi saat ini bukanlah kesalahanmu. Dirimu malah begitu kuat dibandingkan diriku yang mungkin langsung menangis ketika hanya dijatuhkan sedikit. Aku akan selalu berusaha membantumu Naro, jika kamu butuh teman panggil saja aku langsung" Mai. "Terimakasih Mai, tapi apa kau tidak malu disaat mengobrol denganku? Apalagi di tempat yang banyak murid lewat" Naro. "Tidak Naro, sebuah persahabatan tidak melihat dari kasta dimana mereka berada, tetapi rasa sayang lah yang melengkapi persahabatan tersebut. Apakah kamu mau menjadi sahabatku Naro?" Mai. Naro seketika mulai tidak bersedih lagi karna ucapan Mai. "Terimakasih Mai, iya aku mau menjadi sahabatmu" Naro. Hati Naro pun kembali bahagia dan ia merasa semangat kembali. Dia pun mulai memiliki rasa semangat untuk mencari sesuatu yang ingin ia tempuh nantinya dan menggapai keinginan dalam hatinya.

A True Love in Three ChoicesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang