4. Pembagian kelompok

2 0 0
                                    

"Nanti aja jam 2, pas jamkos,"  kata seseorang dalam beberapa menit yang lalu.

Sekarang, di jam dua siang, kelas 11 IPS 4 tengah diisi jam nya oleh seorang guru laki-laki yang disukai anak-anak karena cara mengajar nya. Di depan, guru tersebut duduk sembari mencocokkan jawaban dari tugas yang sudah ia beri beberapa waktu lalu. 

Guru sosiologi tersebut mencocokkan dengan sesekali mengetes anak didiknya apakah jawaban yang mereka jawab benar atau tidak.

"Satu, kesuburan tanah. Dua, iklim. Tiga, ketinggian. Empat, struktur tanah. Pernyataan tersebut merupakan dasar terbentuknya kelompok sosial, yaitu? E, kondisi geografis." Seseorang membaca soal tersebut yang mengundang raut pertanyaan dari pak Basam.

"Loh loh loh, bentar rek!" sela nya dengan logat Jawa timur dan tawa yang berusaha meredakan anak-anak agar tidak protes.

"Iyo ta kondisi geografis? Kenapa ga letak geografis? Hayoo... coba dibaca lagi, perhatikan soalnya. Disini sudah ada iklim, kesuburan tanah, opo ya kondisi geografis?" tanya nya lagi membuat anak-anak bimbang.

"Gatau, aku googling," gumam ustin di bangkunya.

"Letak," sahut Rahagi disela-sela berdebatnya anak kelas.

"Sek-sek. Rahagi kenapa kok bisa letak?" tanya pak Basam mendengar jawaban yang berbeda.

"Iklim itu termasuk di letak geografis, karena iklim kan terbagi dua, subtropis dan tropis. Terus masyarakat dua iklim itu hidup secara berkelompok, jadinya letak geografis. Gitu pak," jawab laki-laki manis itu dengan senyuman ragu diakhir. Ya sebenarnya ia tak terlalu yakin dengan jawabannya, hanya saja biar ada argumen yang menanggapi pernyataan pak Basam saja.

"Kalo kesuburan tanah, apa masih termasuk letak geografis?" tanya pak Basam membuat kepercayaan diri Rahagi terhadap letak geografis perlahan memudar.

"Iya juga ya," gumam rahagi mulai tak percaya diri.

"Hayo, jawaban nya yang benar apa?" tanya pak Basam sekali lagi, kali ini semua anak mulai ribut dengan letak geografis dan kondisi geografis.

"Kondisi geografis pak."

"Letak pak, kan soalnya kelompok itu terletak di suatu iklim berbeda."

"Kondisi geografis. Eh letak geografis. Kesenjangan sosial," ucap Satria asal bicara tanpa melihat pilihan di dalam soal.

"Kondisi pak, kan keseburan tanah termasuk dalam kondisi."

"Wes wes wes! jawabannya yang benar kondisi geografis, rek," frustasi pak Basam melihat anak didiknya sangat ramai, seperti ada kubu laki-laki dan perempuan.

"Wooo."

"Huu, bener kondisi kan!"

"Wuuu."

"Ya gatau gue! biar beda aja tadi,"' bela Rahagi yang mendapat sorakan dari kaum hawa.

"Apasih anjing rame banget," kesal Sisilia disamping Ustin, dengan suara tak terlalu keras. Ia duduk di belakang bersama Ustin dan Elen, karena malas di depan.

"Cocot nya sebela mu tuh," tunjuk Ustin pada circle Daendina di sebelah mereka dengan matanya.

"Suaranya besar pas gini doang, coba kalo presentasi." Sisilia mulai menjulid.

"Jadi kecil," sahut elen.

"Wes wes wes! sing penting Rahagi mau wis jawab," lerai pak Basam. (sing=yang)

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 02, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Tuan RahagiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang