Kriing
Kriing
Krii- dengan cepat gadis bertubuh tinggi itu mematikan jam waker yang terus berbunyi.
Reva Fidela atau gadis 21 tahun yang kerap disebut Adel itu menoleh pada gadis-nya yang masih setia menutup mata di balik selimut tebalnya, "Sayang, bangun yuk, udah siang." Ucapnya sambil mengelus lembut rambut gadis-nya.
"Sayang, bangun." Tak ada jawaban, hanya gerakan pelan tanda ia terusik dari tidurnya. Merasa gemas, Adel dengan sengaja meniup pelan wajah cantik gadis-nya.
"Adeeell, aku masih ngantuk." Keluhnya seraya kembali menarik selimutnya menutupi wajahnya. Adel terkekeh pelan, lalu menarik pelan selimut yang menutupi wajah gadis-nya, "Bangun Ashel, Sayang."
Tak mau ribut, gadis yang disebut Ashel itu membuka matanya, menatap kesal Adel yang mengganggu tidurnya. "Ck, aku tuh masih ngantuk tau." Tak merasa takut sedikitpun, Adel malah terkekeh melihat Ashel yang merajuk.
"Mandi gih, kita kan hari ini mau ketemu Ibu." Ashel terkejut, ia hampir saja lupa bahwa hari ini bukan saatnya bermalas-malasan menikmati hari libur. "Ish kamu mah bukannya bangunin dari tadi, kita harusnya udah otw sekarang tau!" Lalu segera ia bangkit dari ranjangnya menuju kamar mandi.
"Kan, gue lagi yang salah..." Gumamnya pelan.
_
Setelah menunggu Ashel bersiap, kini keduanya sudah duduk di mobil, siap berangkat ke tempat tujuan. "Pake seatbeltnya, sayang." Ujar Adel. Ashel mengangguk paham.
Menempuh perjalanan kurang lebih satu setengah jam, akhirnya Adel dan Ashel sampai pada tujuan. Adel memarkirkan mobilnya di pekarangan rumah itu. Di sana, tepat di depan pintu, seorang wanita paruh baya berdiri sambil tersenyum manis ke arah mereka berdua, sepertinya ia menunggu sedari tadi kedatangan mereka berdua.
"Ibuuu!" Ashel dengan semangatnya berlari ke arah wanita itu, dan langsung memeluknya. "Aduhh.. Anak cantik ibu apa kabar?" Tanyanya, Ashel tersenyum manis menatap wanita itu, "Baik, bu. Ashel sehat. Kalo kabar Ibu gimana?" Wanita itu mengelus kepala Ashel dengan sayang, "Ibu juga baik, nak."
Tak lama, datang dari belakang Adel yang membawa beberapa jinjingan, "Eh nak Adel, apa kabar?" Tanya wanita itu. Asel tersenyum lalu menaruh jinjingannya hendak menyalimi wanita itu, "Adel sehat bu, alhamdulillah."
"Aku sama Adel bawa beberapa cemilan buat Ibu,"
"Ah kalian ini tiap ke sini pasti repot-repot terus bawa segala macem, Ibu liat kalian aja udah senang kok, gak perlu bawa apa-apa nak."
"Kami gak repot kok Bu, ya kan, Shel?" Dengan cepat diangguki Ashel.
Setelah dirasa cukup lama mereka berkunjung, kini keduanya pamit untuk pulang. Adel segera mengantarkan kekasihnya kembali ke apartemennya.
"Aku langsung pulang ya." Ujar Adel, Ashel mengangguk paham, "Iya, hati-hati."
Dalam perjalanannya menuju rumah Adel menghela nafasnga berat, setiap kali mereka mengunjungi rumah wanita yang Ashel sebut sebagai Ibu itu pasti selalu saja Adel merasa sakit hati.
"Shel, dia itu Ibu dari mantan kamu, Shel... Kenapa kamu gak bisa ngertiin perasaan aku? Dan kenapa aku juga gak bisa ngelarang kamu ketemu dia?" Adel terus meracau, merasa dua tahun menjalin hubungan dengan Ashel tak mengubah apapun, hati Gadis-nya masih milik orang lain.
_
Tiga hari sejak Adel dan Ashel mengunjungi rumah wanita paruh baya itu, dan sudah tiga hari pula Adel tak bertemu Ashel. Keduanya sibuk dengan tugas-tugas yang belum diselesaikan.
"Sendirian mulu lo, mana ayang lo?" Adel menoleh, mendapati seorang kating yang meledeknya, Cornelia Syafa Vanisa atau sering disebut sebagai Oniel.
"Ck, gue kira siapa." Oniel terkekeh, "Lo lagi berantem sama Ashel?" Adel menggeleng, "Enggak, siapa juga yang berantem."
Oniel mengangkat sebelah alisnya, "Terus kenapa lo ga anter-jemput dia lagi? Biasanya gue ajak jalan aja susah karena lagi sibuk ngajak ayang jalan."
"Gak kenapa-kenapa elah, kita lagi sama-sama sibuk aja belakangan ini."
"Del, del... gue paham kali seberapa bucinnya lo ke dia, sibuk masalah tugas gini mah bukan alesan buat lo ga ketemu dia, pasti ada alesan lain, ya kan?"
Lagi, kating sekaligus sahabatnya ini memang sulit untuk dibohongi, "Ada lah, masalah kecil. Bukan masalah sebenernya, gue nya aja yang lebay."
"Apa masalahnya?"
"Sepele, gue cemburu karena pas minggu kita ke rumahnya Ibunya-"
"-Azizi?" Adel mengangguk lemah.
"Del, hubungan kalian itu kurang komunikasi, lo harusnya bilang ke Ashel kalo lo tuh gak suka sama semua ini."
"Kak lo tau sendiri kan, gue gak bisa ngelarang. Ashel tuh sayang banget sama Ibunya Azizi." Oniel menghela nafasnya.
Serba salah memang, sejak kepergian kedua orang tua Ashel, Ashel tak lagi merasakan kasih sayang dari seorang Ibu maupun Ayah, sampai akhirnya ia menjalin hubungan dengan Azizi, dan akhirnya ia bisa kembali merasakan kasih sayang yang tulus dari seorang Ibu.
"Gue gak tega buat misahin mereka, Kak..."
"Tapi lo tega nyakitin diri lo sendiri."
🍁🍂
__
Sayang kalo gak diupload, tau deh ada yang baca atau engga.
Kalo ada, Thank you ya💐
KAMU SEDANG MEMBACA
Déjà Vu [End]
Fanfiction"Bagimu aku ini hanya bayang-bayang dari cinta lama mu yang telah pergi." Disclaimer. •Non-baku. •Harsh words. •GxG content. •100% fiksi. •Sama sekali tidak berhubungan dengan kehidupan nyata. MOHON UNTUK TIDAK MENYANGKUT-PAUTKAN CERITA INI DI KEHID...