Chapter Ten; Never change

2.8K 291 29
                                    

Hari demi hari, minggu demi minggu, dan sekarang tepat sebulan setelah kandasnya hubungan Adel dan Ashel.

Mereka masih sesekali melempar senyum dan bertegur sapa ketika bertemu, Ashel masih beberapa kali menghubungi lewat pesan. Sekedar basa-basi menanyakan kabar.

Adel sudah membuka blokirannya pada Ashel, karena paksaan Kathrin sih...

Awalnya ia merasa tak akan bisa menjalani harinya tanpa ocehan-ocehan Ashel, ia pikir semuanya akan sulit. Tapi itu hanya prasangka belaka, Nyatanya ia baik-baik saja sekarang. Walau sesekali ia masih dibayangi oleh wajah cantik mantannya itu, tapi ini tak seburuk yang ia bayangkan.

"Emang dasarnya lo dulu bulol parah dulu," Ujar Oniel pada Adel yang baru saja menceritakan hari-hari barunya.

"Ya udah sih, Kak. Dua tahun sama dia juga gak semuanya nyakitin, gue tetep punya masa-masa bahagia."

"Buset, belain aja terus bro,"

"Eh, Dul, temen seangkatan gue ada yang mau kenalan sama lo. Mau gak lo?" Tawarnya.

Adel menggeleng, "gak ah, gak baik tau Kak kenalan sama temen seangkatan lo."

"Dih, kenapa?"

"Kebanyakan lah, kalo satu orang mah mending." Oniel menggeplak kepala Adek lumayan keras, "ya maksud gue satu orang anjir, bukan semua seangkatan."

"Tapi serius, lo mau gak?"

"Gak deh, gue mau fokus belajar."

"Yakin, lo? Cantik parah loh, Del."

"Nah kalo cantik gue bisa makin fokus tuh belajarnya, Kak."

"Anjing, bocah labil."

_

Sedangkan di sisi lain, Ashel hanya bisa melihat foto-foto lama bersama mantannya, Adel. Orang-orang tak tahu bagaimana ia menjalani harinya tanpa Adel, yang mereka tahu hanya menghakiminya saja.

Mereka tak merasakan hidup sebagai dirinya, bagaimana rasanya ditinggalkan oleh orang yang disayanginya, bukan sekali, tapi dua kali. Lalu melihat bagaimana orang-orang itu bisa kembali menjalani hari mereka dengan tenang dan senang, sedangkan ia di sini tersiksa sendiri. Dihantui rasa kesepian, bersalah, dan sakit.

Apa mereka pikir ini keinginannya untuk menyakiti banyak orang? Apa mereka pikir menyenangkan menjadi Antagonis di kisah kehidupan banyak orang? Ia juga dulu seorang Protagonis yang disayang banyak orang. Ingin rasanya ia kembali pada masa itu.

Ah, tak perlu, ia hanya ingin disayangi satu orang saja. Oleh Adel...

Tolong berikan ia satu kesempatan lagi untuk memperbaiki semuanya, tolong...

"Maafin aku, please... Aku minta maaf,"

Rasanya seperti kembali kepada tiga tahun lalu, saat hubungannya dengan Azizi kandas, tapi kali ini berbeda, waktu itu ia hanya merasa tersakiti tanpa merasa bersalah.

"Aku kangen, Del..."

_

Kathrin menepuk bahu Adel pelan, "sombong lo anjir, mentang-mentang udah putus gak mau kumpul sama gue lagi."

"Dih, mohon maaf aja nih gue mah sibuk." Jawabnya.

"Lo kalo mau main mah, main aja kali ke rumahnya Ashel, kasian dia galau mulu."

"Gak dulu deh, gue gimana mau move on kalo ketemu dia terus?"

"Ya udah gak usah move on, balikan aja. Gampang, kan?"

Adel menatap remeh pada Kathrin, "mulut lo enak banget ya ngomong begitu,"

"Kasian tau, Del, lo gak mau maafin dia?"

Déjà Vu [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang