Penolakan keras.

330 36 13
                                    

Tring!

Pada akhirnya Makima terpaksa bertemu dengan teman lamanya, ia berdiri di depan pintu cafe dan melihat sekitar mencari keberadaan temannya.

Sebuah tangan teracung, Makima menoleh ke sana dan bergerak menghampiri, tatapannya sangat datar dibalas dengan tatapan hangat Himeno, tangan yang teracung turun ke bawah dan berasa diatas meja.

Senyuman hangat diberikan Himeno namun Makima hanya berwajah dingin sembari menarik kursi dan duduk dihadapannya.

Salah satu pelayan datang menghampiri, ia memberikan dua buku menu.

Himeno dan Makima selesai memesan, dua buku menu diambil kembali dan pelayan tersebut pergi, Himeno dengan senyuman hangat terpatri di wajah ia menopang dagu di kedua tangannya yang berada diatas meja.

"Bagaimana kabarmu, Makima?"

"Baik." Datar dan singkat, tatapan tajam diarahkan ke Himeno yang tidak melunturkan senyumannya sama sekali.

"Kamu tidak terlihat senang bertemu denganku."

"Bertemu denganmu adalah suatu hal yang buruk."

Kekehan kecil terdengar sebelum Himeno menarik wajah dan bersandar punggung di kursi, ia terus memandang Makima yang sangat dirindukannya.

"Padahal aku merindukanmu Makima."

"Aku tidak sama sekali." Himeno hanya terkekeh kecil mendengar jawaban ketus Makima sedari tadi, ia membenarkan posisi duduk disaat pelayan datang mengantarkan minuman mereka terlebih dahulu.

Himeno langsung meminumnya, sedangkan Makima hanya diam sembari menyentuh sedikit ujung gelasnya.

"Sedang memikirkan sesuatu?" Jari diujung gelas terhenti, Makima melirik tajam Himeno setelahnya menarik nafas panjang dan menarik jari dari gelas.

"Bisa kita ke intinya saja?"

"Ck, kamu tidak seru sama sekali Makima, tidak bisakah kita berlama-lama terlebih dahulu." Himeno menarik mulut dari ujung gelas, ia memandang penuh harap ke Makima supaya mau berlama-lama di cafe ini, karena Himeno mau menceritakan semua mengenai dirinya yang berada lama di tempat kerja mereka dulu.

"Intinya Himeno." Himeno menghela nafas panjang, ia mengusap wajahnya sebelum bertopang pipi kanan dengan tangannya, sedang tangan kiri mengetuk meja dengan jari-jarinya.

"Mereka memintamu untuk kembali." Kedua tangan yang berada diatas meja terkepal, rahangnya terkatup kuat seketika, amarahnya naik dan siap untuk lepas.

Namun Makima harus menahan disaat pelayan datang kembali membawa makanan mereka, Himeno menarik wajah dan segera meraih garpu serta pisau, ia memandang Makima yang hanya diam memandangnya dengan tatapan tajam serta terselimuti amarah.

"Makan dulu ya."

"Aku tidak berselera." Himeno mengidik acuh bahu, ia memutuskan untuk menghabiskan steak yang sudah di pesan, menyantap dengan lahap tentunya.

Butuh beberapa menit untuk Himeno menyelesaikan makannya, ia membersihkan mulut dengan tisu dan melirik piring Makima yang masih terisi oleh steak, Makima benar-benar tidak menyentuhnya sama sekali, bahkan minumannya juga tidak disentuhnya.

"Kamu benar-benar tidak senang bertemu denganku."

"Kamu sudah selesaikan, jadi lanjutkan." Himeno meremat tisu, ia membuangnya ke piring.

"Aku sudah mengatakannya."

"Kalau begitu aku menolak."

Sret!

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 30, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

3 BabysTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang