4. GIVAN SI GOODBOY

425 48 5
                                    

HAPPY READING

Pagi menyambut, matahari mulai naik dengan sinarnya yang malu-malu. Hari cerah tapi tak secerah suasana hati Givan.

Cowok itu menekuk wajahnya, bibirnya cemberut menatap sang Mama yang sibuk mondar mandir.

"Coba Ivan inget lagi, Ivan naruh nya di mana" ujar Vreya, wanita itu sibuk sekali. Pagi-pagi harus mencari kaos kaki hitam milik si bungsu. Belum lagi anak dan suaminya yang menunggu di meja makan dengan perut keroncongan.

"Ivan lupa Ma" lirih cowok itu

"Nanti Mama cari ya, Ivan pake kaos kaki putih dulu. Atau nggak pinjam punya Abang" terang Vreya lembut

"Hari ini jadwalnya pake kaos kaki hitam Ma,  nanti kalo Ivan di hukum kan nggak elit." ucapnya

"Ya udah pinjam punya Abang"

Givan menggeleng "Bang Evan nggak punya kaos kaki hitam. Bang Avin? Baju kaos nya aja baru di cuci kemarin. Mamaaaa Bang Avin jorok" tukasnya cemberut

Vreya menghembuskan nafas lelah "Ivan pakai yang putih dulu ya, nanti Mama beliin" ucapnya

Melihat sang Mama yang nampak kelelahan, akhirnya Givan mengangguk menyetujui.

"Maafin Ivan ya Ma, Ivan udah ngerepotin Mama"

Mengelus lembut rambut hitam Givan, Vreya tersenyum lembut "nggak ada yang bikin bahagia kecuali di repotin sama kalian bertiga. Walau lelah, tapi Mama bahagia. Jadi, Ivan nggak perlu minta maaf" tutur Vreya, bibirnya menyunggingkan senyum manis.

"Ivan sayang Mama" tukas Givan, cowok itu memeluk erat tubuh Vreya.

"Mama juga sayang Ivan" balas Vreya

"IKUTAAANNN" suara teriakan membuat Givan memutar bola matanya malas. Cowok itu mendengus ketika Gavin memeluk mereka erat.

"Kita juga dongggg" celetuk Vano yang baru saja tiba bersama Gevan, kelima orang itu berpelukan layaknya teletabis.

"Hahaha, udah-udah malah jadi peluk-pelukan gini. Mama bikin sarapan dulu, yang ada kalian telat ntar" ucap Vreya sembari melepaskan pelukan nya.

"Kalo telat nggak papa kok Ma" pungkas Gavin dengan senyum lebar. Cowok tampan itu cengengesan ketika mendapat pelototan dari Vreya.

"Bang Avin aja yang telat, Ivan mah ogahh" dengus Givan, kakinya melangkah mengekori Vreya.

"Van, coba deh lo sesekali telat, terus di hukum. Rasanya tuh behhhhh anjem banget"

Plak!

"Ssstt" Gavin meringgis ketika kepalanya di geplak seseorang, cowok itu berbalik lalu mendapati Gevan dengan wajah datar andalannya.

"Sialan lo Bang, main geplak aja. Kalo gue geger otak nggak Lucu" rajuknya

Gevan hanya menggedikkan bahunya acuh, cowok tampan itu memilih mengikuti Vreya dan Givan yang mulai menjauh.

"Ckckckck, keluarga gue nggak ada yang normal, kecuali gue," ujar Gavin sembari menggelengkan kepalanya.

"Ekhemmm"

"Eh" cowok itu meoleh kesamping "eh Paapa, sejak kapan Pa?" tanya nya basa-basi

Vano menatap sinis Gavin, diantara kedua anaknya mungkin cuma Gavin yang otaknya agak bergeser "kamu bilang nggak normal?"

"Nggak gitu Pa, hehe" cowok itu menggaruk kepalanya yang tak gatal

"Termasuk Papa kan, kalo Papa nggak normal kalian nggak bakal ada" cetus Vano lalu kemudian melangkah pergi.

TRIPLETS GTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang