01 - Manar

4.1K 56 17
                                    

"Liat Sya, kampung ini adem kan. Kalau boleh milih mah, nenek bakal lebih milih tinggal di sini ketimbang di kota sana"

Nesya gadis berusia 23 tahun itu tampak hanya menatap kosong ke arah luar jendela mobil, kenyataan bahwa ia adalah seorang istri dari pemuda kampung tentu masih sangat berat untuk ia terima. Semuanya bermula saat acara resepsi nikah sepupunya, di sana dia di perkenalkan dengan seorang pria matang berusia 29 tahun. Karena terpikat oleh rupa dan perawakan pria itu jadi tampa banyak berfikir Nesya langsung setuju untuk di jodohkan, dia bahkan tak mau repot-repot mencari tau dulu dari mana pria itu berasal, sebab saat itu Nesya yakin betul kalau tantenya pasti akan menjodohkannya dengan pria yang berasal dari kalangan menengah keatas serta memiliki keluarga yang terpandang. Tapi dugaannya tersebut justru nol besar, tante yang dia anggap sebagai salah satu keluarganya yang paling baik nyatanya justru malah menjodohkannya dengan pria biasa saja yang berasal dari kampung pula. Nesya bahkan tak curiga sama sekali, saat bertemu pertama kali dengan suaminya yang kelihatan kalem dan bertutur kata halus serta memiliki gaya bicara yang sedikit medok sebab medok jawa tidak menjadi tanda bahwa seseorang itu miskin kan. Dan sialnya karena keyakinannya tersebut, Nesya malah harus menjadi seorang warga kampung. Dia sungguh agak menyesal harusnya ia menggunakan 50% otaknya waktu itu dan bukannya hanya mementingkan soal tampang Naresa Prianto saja. Hingga lebih parahnya dia mengetahui fakta tersebut setelah resmi menjadi istri Nares, makanya dua hari setelah menikah sangking masih kesalnya dengan semua keluarganya yang tampak tak seperti orang yang habis kena tipu itu, Nesya lebih memilih untuk tidur sendiri dan terus menjahui Nares hingga hal tersebut masih berlangsung sampai sekarang. Itu di buktikan dengan, dia memilih berada di dalam satu mobil yang sama dengan neneknya ketimbang bersama Nares.

"Kamu tuh beruntung banget dapet Nares, kalau nenek masih muda. Nenek pasti bakal langsung mau tampa banyak protes"

Nesya masih betah bungkam, dia tak ingin menuduh. Hanya saja dia bolak bolak-balik mendengar betapa orang tua, om, tante, dan neneknya kelewat memuji dan mengagungkan sosok Nares, jadi Nesya pikir. Sepertinya semua keluarganya sengaja ingin membuatnya menikah dengan Nares, bahkan kalau Nesya ingat-ingat lagi, keluarganya memang sengaja menutupi kalau Nares orang kampung. Sehingga hal tersebut membuatnya tak dapat melihat kebenaran yang sebenarnya.

"Kamu jangan benci sama suamimu, Nares kan dari awal udah jujur. Kalau dia orang nggak punya kan"

Nesya masih enggan menoleh ke neneknya, tapi ucapan neneknya barusan memang benar adanya dan lagi-lagi Nesya menganggap dirinya goblok total. Ia pikir, saat Nares berujar demikian itu hanya sekedar ucapan untuk merendah diri saja. Lagi pula mana mungkin Nesya mau percaya kalau aksesoris yang selalu melekat di tubuh Nares saja semuanya berharga fantastis dan jelas orisinil, dan sekarang dia baru sadar kalau barang-barang itu pasti berasal dari omnya. Sebab setelah menikah dengan Nares, suaminya itu hanya memakai jam tangan satu jutaan. Padahal sebelum menikah Nares acak kali memakai pakaian-pakaian serta sepatu dari merk ternama, lalu kalung, jam tangan mahal, cincin, benar-benar ramai tubuh suaminya. Walaupun kesannya Alay tapi karena Nares orangnya ganteng dan juga tinggi tegap jadi ya suaminya tetap cocok-cocok saja saat memakai yang seperti itu.

"Nares juga ngajak kamu tinggal di kampung kan?"

Benar, Nesya pikir tinggal di kampung Itu artinya tinggal di vila mewah. Dan dia bebas kapanpun kembali ke kota, karena perkerjaan suaminya paling banyak berada di kota.

"Nares nggak pernah nipu kamu"

Memang bukan Nares yang menipunya, melainkan semua keluarganya yang bersekongkol menipunya. Mengapa mereka sangat menginginkan Nares sebagai menantu. Apa karena kakek dan neneknya memiliki hubungan baik dengan keluarga Nares sehingga mereka menumbalkannya seperti ini, walaupun Nares rupawan tapi hal tersebut tidak ada gunanya kalau Nesya harus hidup melarat.

"Ah, akhirnya sampai juga. Ayo keluar sya, kamu udah di tungguin sama mertuamu tuh" setelah mobil berhenti di salah satu halaman kediaman yang masih sangat Melani ingat ia akhirnya mengajak Nesya cucu tersayangnya untuk turun dari mobil, hingga sebenarnya memang benar, ia adalah sosok yang menjadi otak dari perjodohan Nares dan Nesya. Itu Melani lakukan karena melihat pola hidup Nesya yang sangat berantakan, ia benar-benar tak senang dan juga khawatir saat Nesya mencari kesenangan dengan cara yang tak pantas untuk di lakukan oleh seorang perempuan yang berasal dari keluarganya. Maka dari itu, untuk memutus kebiasaan Nesya yang buruk ia menjodohkan cucunya itu dengan seorang pria biasa saja dari kampung dengan harapan orang yang telah ia pilih tersebut bisa membimbing cucunya menjadi pribadi yang lebih rendah hati dan sederhana.

Di saat neneknya sudah keluar Nesya masih diam mendekam di dalam mobil, karena sedari awal sudah di tekankan dia enggan datang sebagai menantu ke kampung ini

"Dek... ayo keluar"

Suara lembut dan mendalam itu, merasuk lembut ke dalam telinga Nesya. Tampa menoleh pun Nesya tau kalau itu adalah Nares "pintunya." katanya masih judes

Nares kemudian membuka pintu mobil sambil terus memperhatikan istrinya yang masih betah memasang raut masam "udahan dong cemberutnya" bujuknya seraya menunggu Nesya keluar dari dalam mobil, dia jelas tau alasan atas kemarahan istrinya dan ia pun tentu merasa bersalah akan hal itu,  harusnya waktu itu ia mundur saja dan bukannya menuruti arahan dari keluarga istrinya.

Nesya tak perduli dan terus menatap lurus ke depan lalu mulai mengambil langkah mengikuti anggota keluarganya yang sedang melangkah bersama-sama menuju ke teras rumah milik orang tuanya Naresa

"Ini nak Nesya..."

Nesya tampak terdiam ketika berhadapan dengan seorang wanita paru baya, jelas wanita di hadapannya ini bukan mertuanya jadi dia tak tau harus apa, kenapa wanita dan bapak-bapak di hadapannya malah tak membukakan jalan untuknya masuk ke dalam rumah

"Hahaha...iya mbak, ini Nesya istrinya Nares"

Nesya lantas terkejut saat mamah dan adik laki-lakinya kompak menekan lehernya hingga membuatnya sedikit membungkuk lalu ibu serta adiknya kembali memaksa menarik kedua tangannya sedikit kasar sehingga membuat dirinya menjabat tangan wanita di hadapannya kemudian lanjut menyalimi tangan wanita itu namun tak sampai di situ adik laki-laki dan  mamahnya masih membantunya menyalimi tangan bapak-bapak yang berdiri di sebelah wanita tadi

"Oalah, pinter Nares cari istri. Ayo silahkan masuk bu...pak"

Setelah Nesya selesai menyalimi, barulah setelah itu mamah dan adik laki-lakinya melepaskan lengannya. Sehingga Nesya baru bisa menegakkan kembali dirinya dan menoleh menatap lesu ke arah adik laki-lakinya yang sedang menahan senyum 'mati aja lu brengsek' gumamnya tampa suara

Tapi Nian justru terkekeh geli dan menoleh kebelakang "ayo abang ipar" ajaknya seraya mencoba merangkul leher Nares yang sedikit lebih tinggi darinya "bang di sini ada Gym ya, tadi gue liat bapak-bapak pada kagak pake baju badannya kebentuk itu gi mana cara ngelatih ya. Gue juga pengen ngebentuk otot kayak gitu" ujarnya begitu santai

"gym apa?, itu mah kebanyakan nyangkul sawah, ian" sahut Nares seadanya

Mas NaresTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang