Ala keluar dari bilik toilet menuju wastafel untuk mencuci tangan juga merapikan sedikit penampilannya. Ia merengut sebal melihat rambutnya yang lepek karena terkena sinar matahari.
Ketika ia sedang mengoleskan lipstik ke atas bibirnya, seorang wanita masuk terburu-buru dengan membawa beberapa bungkus makanan dan minuman. Fokus Ala sedikit terganggu saat melihat wanita itu memasukan suatu ke dalam minuman dan makanan yang dibawanya.
Marasa diperhatikan wanita itu menampilkan senyum sinis yang Ala balas dengan dengusan. Ala mencoba acuh saja, mungkin itu vitamin.
Selesai dengan urusanya Ala memilih cepat keluar, Denish sudah menunggunya di luar sana.
"Lama banget sih, kak" Denish berdecak kesal.
"Bawel!"
"Ayo cepet!" Denish menarik tangan kanan sang kakak yang kembali pasrah saja mengikuti langkahnya.
"Kemana? Pertandingannya udah selesaikan?" tanya Ala. Ia kira pertandingan sudah selesai jadi mereka bisa pulang. Ia sungguh ingin cepat-cepat pulang, lelah rasanya seharian menemani sang adik menonton pertandingan sepak bola langsung di stadion.
"Itu si no 8 jagoan gue mau gue ajakin foto, nanti lo fotoin" ucap Denish yang tentu tak akan melewatkan kesempatan sesi foto bersama idolanya.
Dengan malas Ala hanya mengikuti kemauan adiknya. Taruhan sialan.
Sambil mengipasi tubuhnya yang kegerahan, Ala menunggu Denish dari kejauhan. Terlihat Denish mengantri menunggu gilirannya berfoto dengan si nomor punggung 8.
Mata Ala sedikit memicing, ia melihat wanita yang bertemu dengannya tadi di toilet sedang memberikan makanan dan minuman pada si no 8. Ia ingat minuman dan makanan itu yang tadi sudah dicampur dengan entah bubuk apa. Refleks Ala berjalan mendekat melewati barikade penjaga yang terlihat lengah lalu merebut makanan yang sudah berada di tangan si no 8.
Suasana seketika kacau ketika beberapa bodyguard yang berjaga mencekal tangan Ala, menjauhkannya dari si no punggung 8.
"Jangan dimakan! Gue liat dia masukin sesuatu ke dalam makanan sama minuman itu" ujar Ala, ia punya firasat sesuatu yang dimasukan bukan hal yang baik.
"Kak lo apa-apaan, sih" Denish yang melihat kelakuan kakaknya langsung menunduk, tentu saja ia didera rasa malu. Ada banyak orang disini, beberapa orang tersebut adalah wartawan yang mulai mengarahkan kameranya pada Ala.
"Gue liat sendiri dia masukin sesuatu, gue cuma gak mau ada hal yang enggak diinginkan terjadi" Ala berteriak kesal saat tidak ada yang percaya padanya, bahkan adiknya sendiri malah memasang tampang malu. Semakin kesal juga saat 2 bodyguard semakin mengencangkan cengkraman pada kedua tangannya.
"Lo jangan fitnah, itu hadiah dari gue untuk Johan buat kemenangan dia hari ini" Si perempuan itu tak mau kalah mencari pembelaan. Tapi, dari wajahnya Ala bisa melihat wanita itu terlihat gugup dan ketakutan.
"Johan aku penggemar setia kamu mana mungkin aku tega lakuin sesuatu yang jahat sama kamu" wanita itu terlihat memelas membuat Ala yang melihatnya berdesis sinis. Pintar sekali aktingnya, ia semakin curiga wanita itu memang mencampurkan sesuatu yang tidak bail ke dalam makanan tersebut.
"Sini makanannya" Johan mengulurkan tangannya meminta makanan yang masih ada di tangan gadis yang menurutnya aneh.
Ala bergerak menjauh yang semakin ditahan oleh 2 bodyguard.
Tangan seorang bodyguard Ala gigit lalu ia tendang kakinya dengan keras hingga pegangannya terlepas. Ala segera membuka bungkusan itu, mengambil segelas minuman dan tanpa pikir panjang langsung meminumnya. Ia minum langsung tanpa menggunakan sedotan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Slow Down
RomanceKejadian tak terduga membawa sepasang manusia untuk saling jatuh cinta, dengan perlahan. Sejak peristiwa yang hampir merenggut nyawanya, Ala jadi semakin dekat dan ketergantungan pada seorang pemain sepak bola bernomor punggung 8. Begitupun Johan s...