"Pertama, apakah kau diculik atau dijual oleh keluargamu?" Pria tua itu merasa bahwa dia terlalu terburu-buru untuk menyampaikan pertanyaan ini.
Semangatnya tersulur tadi sehingga dia tanpa sadar langsung to the point tanpa menimbang apakah pertanyaannya cocok untuk dikatakan pada anak-anak.
"Aku dijual," ucap Alvino berterus terang. Akibat dari jawabannya itu, kedua pria di depannya ini terdiam sebentar sebelum pria tua yang di samping kiri terbahak-bahak, dan pria muda di samping kanan tersenyum tipis.
Alvino heran melihat pria tua tersebut, mungkinkah saraf orang ini rusak? Tidak ada hal yang lucu dan dia terus tertawa.
Mengabaikan pria tua itu, akhirnya Alvino bertanya. "Bisakah kau memberitahuku, siapa itu Mawar Kecil?"
"Oh? Kau penasaran dengan Mawar Kecil rupanya." Pria itu bahkan sekarang merasa bahwa anak ini sangat menarik, mirip saat pertama kali ia menjumpai Mawar Kecil.
"Aku akan memberitahumu kalau begitu. Tetapi biarkan aku duduk dulu." Mendengar perkataan Pria tua tersebut, pria muda yang di samping langsung mengambil kursi untuknya duduk. Pria tua itu puas dengan perilaku pria muda tersebut. Lalu dia kembali menghadap Alvino dengan tingkah siap bercerita.
"Dengan kau yang seperti ini, aku bisa menganggap kau mengetahui identitas kami yang sebenarnya, bukan?" tanya Pria tua itu dengan senyum.
"Hmm." Alvino menjawab dengan ambigu. Namun, dalam hati dia mungkin benar-benar telah menebaknya.
"Kami adalah sekelompok tim FBI, aku adalah ... em, kau bisa menyebutku sebagai master mereka, Elbert dan pria di sampingku ini adalah Louis, ya name code-nya adalah Blood, dia wakil tim dari Tim Mawar Kecil yang sedang kau tanyakan." Elbert menjelaskan dengan senyum yang masih terpatri di wajahnya.
"Baiaklah, sekarang giliranku bertanya." Alvino melototkan matanya.
Alvino akan memprotes jika Elbert tidak mengisyaratkannya untuk diam. "Aku tau kau jawaban sebelumnya kurang membuatmu puas, tapi itu juga salah satu informasi tentang Mawar Kecil, kan. Jadi, jawab pertanyaanku yang ini, dan aku akan memberi tahumu lebih banyak tentang Mawar Kecil."
Alvino menatap Elbert dengan tak puas. Sementara Elbert hanya tersenyum jahil. "Kau berasal dari daerah mana bocah kecil?"
"Desa An, di samping Kota J." Alvino menjawab langsung, lalu dia melihat kembali Elbert tanpa mengucapkan sepatah kata pun lagi.
"Nama asli Mawar Kecil adalah Diana, seorang wanita muda, single, dan merupakan Kapten Tim Eagle. Nah, lalu kau tinggal bersama siapa bocah kecil?" Setelah memberi informasi yang begitu singkat, Elbert langsung menanyakan data lain.
Alvino akan berteriak jika bukan karena dia masih menjaga sikapnya!
'Apa-apaan jawaban singkat itu? Tapi ... nama wanita itu adalah Diana ... Diana ... bukankah nama itu sangat cantik?' pikirnya.
"Keluargaku." Setelah menjawab satu kata itu, Alvino tidak mengatakan apa-apa lagi. Bahkan, Elbert telah menunggu selama satu menit, tetapi hanya itu yang keluar dari mulut Alvino. Elbert akan bertanya ketika dia menyadari sesuatu.
Hahaha, sepertinya dia anak yang suka menyimpan dendam, batinnya.
Interaksi mereka yang cukup menyebalkan bagi Alvino serta menyenangkan bagi Elbert terus berlanjut, dan Louis yang melihat dari samping hanya bisa tersenyum tipis. Dirinya tidak berencana untuk ikut campur. Dan akhirnya, setelah sejam lamanya, Elbert keluar dengan wajah puasnya bersama Louis, dan Alvino diam dengan wajah yang cukup ... merah di bangsal.
Tidak tahu pasti, apakah perasaan yang dimiliki Alvino sekarang.
***
Elbert dan Louis memasuki sebuah gedung mewah yang memiliki 50 lantai. Ketika mereka berdua berjalan masuk, setiap orang yang berada di sekitar mereka akan melimpat tangan kanannya ke dada kiri untuk menghormati mereka.
Mereka berdua menaiki lift dan menge-scan kartu tanda pengenal lalu menekan tombol lift yang bertulis 50. Ketika mereka sampai di lantai 50, mereka langsung memasuki pintu yang memiliki panel bertuliskan 'Eagle's Room'.
"Kalian dari mana?" Begitu Elbert dan Louis memasuki kantor, mereka langsung ditanya oleh si 'Mawar Kecil', objek yang selalu membuat Alvino bertanya-tanya. Dia tak lain adalah Diana, gadis yang sudah menyesuaikan diri dengan dunia kecil ini selama tiga tahun unguk misinya.
"Oh, baru saja mengunjungi bocah yang menarik perhatianmu," ucap Elbert dengan senyum penuh di wajahnya.
Diana yang memusatkan perhatiannya pada komputer mulai memandang Elbert dengan alis yang berkerut. "Yang mana?"
"Tentu saja, Alvino, bocah kecil itu." Elbert tertawa setelah dia mengucapkan hal itu. Dia dengan buru-buru duduk di sofa yang memiliki jarak terdekat dengan Diana.
"Kau tau, aku membuatnya merasa jengkel tadi! Hah, betapa lucunya!" Diana terdiam.
Dia mulai menatap layar komputernya lagi sambil mengetik dengan kecepatan yang hampir membuat tangannya menjadi bayangan.
"Pak Tua, kau terobsesi lagi," ucap Diana. Louis mengangguk setuju.
"Kau benar. Master membuat wajah anak itu hingga sangat memerah. Aku tidak tau sejengkel apa perasaan anak itu sekarang," kata Louis.
"Tch, salahkan anakku! Umurnya sudah akan menginjak kepala tiga! Dia bahkan tidak mempunyai tanda-tanda akan segera menikah!" ucap Elbert emosi.
"Bukannya dia sudah punya tunangan?" tanya Louis.
"Heh. Aku tau, itu hanya perlindungannya agar aku tak bisa menjodohkannya dengan siapa-siapa! Anak nakal itu benar-benar bisa membuatku marah sampai mati!"
"Itu mudah, kau tinggal menikahkan dia dengan tunangan itu 'kan?" ucap Diana.
"Aku tidak suka melihat wanita yang rumornya tunangan anakku itu. Dia seperti wanita yang penuh trik." Louis dan Diana saling berpandangan dan terkekeh kecil.
"Oh ya, Diana. Bagaimana dengan misi yang di panti asuhan?" tanya Elbert. Kali ini dia mengubah sikapnya dari lelaki tua menyebalkan menjadi lelaki tua bijaksana, bahkan auranya pun terasa berbeda sekarang.
Diana akhirnya menyelesaikan urusan di komputernya, kini dia fokus terhadap arah pembicaraan Elbert.
"Aku memutuskan untuk menyamar," ucap Diana dengan nada tak acuh.
"Menyamar? Menjadi apa?" tanya Elbert.
"Mereka kebetulan membutuhkan seorang pengasuh, jadi, aku akan mendaftar di bagian itu." Setelah penjelasan Diana itu mendadak keheningan terjadi di sana.
"Eh, memangnya ... kau bisa?" tanya Louis dengan nada bodohnya. Jangankan Louis, Elbert saja tak percaya bahwa Diana bisa mengambil pekerjaan seperti pengasuh ini.
Itu karena Diana yang mereka tau hanya bisa memukul, menodong senjata, serta membunuh penjahat. Pekerjaan seperti merawat anak ... Louis dan Elbert mencoba membayangkannya sebelum mereka menggeleng-gelengkan kepala mereka. Itu sangat tidak mungkin, bukan?!
Diana yang tidak tahu-menahu tentang apa yang terjadi serta apa yang dipikirkan oleh mereka pun hanya menjawab dengan polos. "Aku bisa belajar."
"Belajar? Memangnya ada anak yang tidak takut padamu?" tanya Elbert tak percaya. Dia pernah menyaksikan dengan mata kepalanya sendiri saat Diana membuat anak orang lain menangis hanya karena tatapan dinginnya. Dia tidak cocok untuk anak-anak, dia sangat yakin dengan hal itu!
Diana mengerutkan dahinya. "Apa aku separah itu?"
"Aku bahkan masih ingat, ketika kau menawarkan permen kepada anak yang kita selamatkan. Anak itu bahkan menangis lebih keras daripada saat dia di sandera!" ucap Louis dengan sedikit ejekan. Diana terdiam, dia benar-benar separah itu?
"Eh, tunggu. Sepertinya aku tahu siapa yang bisa! Bukankah bocah kecil yang cukup menyenangkan itu memberi perhatian lebih pada Diana? Siapa namanya aku lupa!" Elbert memincingkan matanya berusaha untuk mengingat.
"Alvino, Master," jawab Louis.
"Nah, iya!"
KAMU SEDANG MEMBACA
OUR HERO [TERBIT]
RomanceDiana, seorang CEO wanita perusahaannya sendiri yang lumayan jenius. Sayangnya, atas kedengkian keluarganya sendiri dia harus mati. Akan tetapi, mungkin Tuhan masih sayang padanya. Buktinya, dia sendiri masih hidup, meski berada di dalam novel denga...