8. Overthinking in The Night

101 4 0
                                    

"Gak ikut?" Tanya Sungchan kepada kekasihnya, yang saat ini baru saja kembali, dengan membawa sebuah nampan yang ada di tangannya.

Shotaro langsung menaruh makanan dan minuman yang ada di dalam nampan, ke atas meja yang ada di hadapan sang kekasih. Setelahnya, ia langsung duduk di samping sang kekasih. Menyenderkan tubuhnya di dada bidang milik sang kekasih. Sementara kekasihnya menaruh kepalanya di atas kepala miliknya.

"Gak ikut apa?" Tanya Shotaro, yang saat ini sedang memainkan jari-jari sang kekasih.

"Ikut ke acara anniv." Jawab Sungchan, dengan netra yang masih terpejam.

Shotaro menghela nafas kasar, begitu mendengar jawaban kekasihnya. "Bagaimana aku bisa ikut, sementara kamu aja masih di sini? Lagipula bukannya seharusnya aku yang tanya kayak gitu ke kamu?" Ujar Shotaro, yang sukses membuat kekasih terkekeh mendengarnya.

"Kamu sendiri udah tau jawabannya sayang." Ujar Sungchan, dengan posisi yang masih sama.

"Mommy Injun, dia masih belum bisa di temukan keberadaannya?" Tanya Shotaro, yang udah tau cerita hidupnya yang di lakukan kekasihnya.

Darimana Shotaro tau? Ibunya? Ayahnya? Salah! Ia tau itu dari mulut kekasihnya sendiri.

Awalnya kekasihnya memang gak mau cerita kepada dirinya. Dia juga gak maksa kekasihnya buat cerita. Tapi dia selalu berpesan kepada kekasihnya. Kalau misalkan dia akan selalu ada untuk dia, di saat dia ingin bercerita tentang apapun kepada dirinya.

Shotaro juga gak mencari tau tentang masalah yang di miliki sang kekasih kepada orang tuanya. Karena ia sendiri paham kalau setiap orang pasti punya privasinya sendiri. Jadi ya gitu.... ia menghargai sang kekasih yang tidak ingin bercerita.

Sampai akhirnya kekasihnya yang udah gak bisa nahan semua beban yang ia punya. Akhirnya sang kekasih memutuskan untuk bercerita semuanya kepada dirinya, setelah sekian lama ia menahan semuanya sendirian.

Shotaro pun dengan setia mendengarkan segala keluh kesah, dan cerita yang keluar dari mulut kekasihnya. Ia juga membantu sang kekasih dalam mencari keberadaan ibunya kekasihnya. Bahkan sampai sekarang ia masih membantu sang kekasih dalam mencari ibunya.

Mendengar pertanyaan yang keluar dari mulut sang kekasih, sukses membuat Sungchan yang tadinya sedang memejamkan matanya, matanya langsung terbuka begitu saja. Bahkan posisi duduknya juga sudah berubah. Di iringi helaan nafas kasar, dan gelengan kepala yang sangat lemah. "Masih belum, yang." Ujar Sungchan, dengan pandangan yang terus menatap ke depan.

Melihat kekasihnya seperti ini, membuat Shotaro tidak tega melihatnya. Ia langsung menjulurkan tangannya untuk menangkup pipi sang kekasih dengan tangannya. Di elusnya pipi kekasihnya, guna mengantarkan kenyamanan untuk sang kekasih.

Lalu di ciumnya bibir kekasihnya sejenak, supaya kesedihan kekasihnya berkurang. "Yang sabar ya, sayang. Aku yakin pasti keberadaan Mommy Injun akan di temukan, cepat ataupun lambat." Jelas Shotaro, yang langsung di balas anggukkan kepala oleh kekasihnya.

"Senyumnya mana?" Pinta Shotaro kepada kekasihnya, yang saat ini tengah menekuk wajahnya.

Dan ya! Sungchan pun langsung tersenyum tipis, begitu mendengar perminataan yang kekasihnya lontarkan. Sementara Shotaro sendiri gak puas dengan senyuman kekasihnya. "Senyum tuh gak kayak gitu, Lee Sungchan! Tapi kayak gini!" Ujar Shotaro, yang langsung menjulurkan tangannya, untuk membentuk sebuah senyuman di wajahnl kekasihnya, dengan menarik kedua sudut bibir sang kekasih.

"Nah! Gini baru yang namanya senyum!" Seru Shotaro, yang senang akan karyanya sendiri.

"Udah yuk ah! Daripada kita di sini? Lebih baik kita ke kamar aku. Kita netflix-an bersama." Seru Shotaro, yang langsung menarik tangan kekasihnya, menuju ke kamarnya.

---

Jika di sana Sungchan sama Shotaro tengah nonton film bersama. Berbeda dengan Jisung saat ini. Sedaritadi, Jisung terus menunggu sang ibu yang sampai saat ini belum juga pulang ke rumah.

Entah kenapa perasaannya sedari tadi terus gelisah, ketika sang Ibu memutuskan untuk keluar. Ia juga gak tau kenapa perasaan dia kayak gini. Yang jelas, hati dia tuh gak terima kalau sang ibu pergi ke acara pesta ulang tahun perusahaan itu.

Aneh memang. Tapi biasanya firasat dia tuh gak pernah salah. Memang berawal dari firasat, namun lama kelamaan itu semua berubah menjadi kejadian.

"Ji." Tegur Chenle, yang sukses membuat adiknya tersentak kaget.

Jisung langsung menoleh, menatap sang kakak dengan aura penuh permusuhan, karena telah mengagetkan dirinya. Berbeda dengan Chenle yang saat ini tengah terkekeh geli, karena telah berhasil mengagetkan adiknha.

"Lo ngapain di sini sendirian, anjir?!" Seru Chenle, yang langsung melangkahkan kakinya menuju kulkas. Membuka kulkas, dan mengambil susu kemasan coklat, dengan merk berawalan I. Lalu duduk di hadapan sang adik, yang sudah sedari tadi duduk di kursi meja makan.

"Gapapa. Lagi tungguin mommy pulang aja." Seru Jisung, dengan wajah yang ketekuk.

"Sekarang overthinking apaan lagi Ji?" Tanya Chenle yang sudah siap mendengarkan segala keluh kesah sang adik.

Jisung terdiam sejenak, lalu mengedihkan bahunya acuh. "Gak tau juga, Le. Tadi Mommy bilang kalau dia bakalan pergi ke acara party perusahaan kolega. Tapi entah kenapa hati gue gelisah aja pas dia bilang kayak gitu. Gue kayak gak mau aja dia pergi ke sana." Jelas Jisung, yang sukses membuat dahi sang kakak mengkerut aneh.

"Gue mau ngatain lo aneh, tapi ini beneran aneh. Tapi kalo di liat-liat, dengerin ucapan banyak orang, yang katanya kalau misalkan firasat anak sama ibu tuh biasanya nyambung. Jadi gue gak tau mau bilang ini aneh atau enggak." Jelas Chenle, yang di setujui adiknya.

"Kenapa gak telepon Mommy aja?" Usul Chenle, agar adiknya tidak khawatir lagi.

"Takut nge-ganggu mommy. Pasalnya tadi Mommy juga udah nitip pesen ke gue, kalau dia bakalan pulang telat. Dia juga nyuruh gue buat gak tidur larut. Dia juga udah bawa kunci cadangan." Jelas Jisung, yang membuat kakaknya semakin bingung.

"Terus, lo mau nungguin di sini sampe mommy pulang? Tapi kalo mommy pulang, terus ngeliat lo di sini? Yang ada lo bakalan kenal omelan Mommy, karena lo belom tidur." Jelas Chenle, yang udah tau sifat ibunya.

"Mau gimana lagi, Le? Mau tidur juga gue gelisah banget. Jadi, lebih baik gue nungguin bukan? Toh masalah di omelin jadi belakangan. Yang terpenting gue udah liat Mommy pulang dengan selamat dulu." Ujar Jisung, yang di balas anggukkan kepala oleh sang kakak.

"Kalo gitu gue ke kamar duluan ya, Ji." Pamit Chenle, yang langsung pergi dari hadapan adiknya, seraya membuang bungkusan susu yang tadi ia minum.

Tapi baru saja beberapa detik Chenle masuk ke kamar, dia udah kembali lagi ke adiknya, dengan membawa ponselnya. Tingkah dia saat ini, sukses membuat adiknua heran.

"Loh, ngapain Le?" Tanya Jisung, menatap kakaknya dengan tatapan heran.

Bukannya menjawab pertanyaan yang di berikan sang adik. Chenle malah menyeret kursi meja makan, supaya dia bisa deket dengan adiknya. Setelahnya baru ia duduk di samping sang adik. Membuka ponselnya, dan membuka salah satu aplikasi untuk nonton film.

"Gue juga mau nemenin lo. Biar kita berua bisa di omelin bareng-bareng." Seru Chenle, yang sukses membuat senyuman adiknya terbit.

"Tapi Le--" baru saja Jisung ingin melayangkan protesnya, kakaknya sudah lebih dulu mengintrupsinya.

"Daripada lo protes, lebih baik nonton filmnya."

NOT OVER 2 - MARKRENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang