[Hey? are you ok?]

5 1 0
                                    

.
.
.
.
.
.
.

    "Hah... hah...."

     Kedua Kaki seorang gadis bersurai biru tua itu terus berusaha untuk memperbesar langkahnya. Semakin kecil langkahnya, semakin kecil pula kesempatannya untuk selamat. Gadis remaja itu sudah tidak peduli ke mana kedua kakinya tersebut membawanya, yang jelas ia harus pergi sejauh jauhnya. Luka tembak di perutnya terus mengeluarkan darah, membuatnya kekurangan darah hingga tenaganya benar benar terkuras dengan cepat.

    'Kemana.... Aku harus kemana? Bagaimana ini?'

    Pikirannya saat ini benar benar kacau. Ibu, Ayah, dan Kakaknya baru saja tewas tertembak tepat di depan matanya, bukannya berusaha menghindar, sang kakak malah menyuruhnya lari dari rumah itu. Tidak, bukan saat nya memikirkan keluarganya yang sudah meninggalkannya sendirian. Pendarahannya semakin parah dan aparat yang mengejarnya semakin dekat, ia harus segera mendapatkan tempat bersembunyi untuk mengobati lukanya. Sayang sekali, kedua kakinya kini sudah tidak sanggup untuk kembali melangkah. Gadis itu pun memutuskan untuk bersembunyi dibalik pohon besar di hutan tersebut, berharap para aparat yang mengejarnya tidak menyadari kehadiran nya disana.

   Benar saja, orang orang yang mengejarnya telah pergi melewati pohon itu, dengan begini gadis bersurai biru tua itu bisa beristirahat. Tangannya sudah berwarna merah pekat akibat menekan luka diperutnya.  Mungkin, sebentar lagi dia juga akan mati, seperti keluarganya yang telah lebih dulu terbunuh. Pendarahannya tidak bisa berhenti, pandangannya juga menjadi kabur. Menggerakkan tangan saja sudah terasa sangat berat.

   "Hei, kau terluka?"

   Suara lelaki terdengar samar ditelinganya. Dengan perlahan, Gadis itu membuka matanya kembali dan menemukan sosok laki laki yang terlihat seumuran dengannya. Wajah laki laki itu panik melihat dirinya yang mengenaskan. Sosok itu kemudian duduk di sampingnya, memeriksa luka yang ada diperutnya dan segera pergi dari sana. Gadis itu sudah menduganya, anak laki laki itu tentu takut dengan lukanya yang penuh darah dan kabur. Tak butuh waktu lama, matanya kembali terpejam. Hingga bau api yang  ia cium kembali memaksa nya untuk membuka mata. Anak laki laki itu datang kembali, ia membakar api unggun dan terlihat membakar sebuah besi diatas api tersebut.

    "Apa,,, yang kau lakukan?"

  "Hm? Aku akan mengobati lukamu, tenang saja." Jawabnya singkat.

    Setelah memastikan besi yang ia bakar sudah cukup panas, lelaki itu lalu mendekat kearah sang gadis dengan sebuah tas ransel dipunggungnya. Ia mengeluarkan sebotol air dan 2 handuk kecil.

     "Aku akan membakar lukamu agar pendarahannya berhenti, mungkin ini akan sedikit sakit jadi, gigit handuk ini agar rasa sakitnya bisa teralihkan" pintanya sambil membantu gadis itu menggigit handuk yang ia berikan. Walau lelaki ini adalah orang asing dan mungkin saja dia akan membunuhnya, gadis bersurai biru tua itu tetap percaya padanya, kondisinya saat ini memang membuatnya tidak bisa menolak bantuan yang tiba tiba datang tersebut. Rasa sakit ini benar benar melumpuhkannya.

     Pelan pelan, anak laki laki itu membuka baju sang gadis hingga 5 cm dari pusar karna letak lukanya tepat berada disamping pusar.

'Anak ini beruntung, pelurunya tidak mengenai titik vitalnya.' Gumam nya dalam hati. Dengan perlahan, sang lelaki mulai membakar area luka tersebut. Walau samar, ia bisa mendengar sang pemilik luka memekik kesakitan dari panas besi tersebut. Setelah pendarahan nya berhenti, lelaki itu buru buru membersihkan darah di sekitar area luka agar tidak terjadi infeksi dengan handuk yang sebelumnya sudah dibasahi.
   
     Barulah setelah itu, ia mengoleskan sebuah obat cair dan membalutinya dengan perban. Sehabis melakukan pertolongan pertama, ia kemudian lanjut membuat bubur  instan dengan air panas yang ada di termosnya.

    "Aku akan menyuapimu, jadi ayo buka mulut"

    "Siapa kau? Kenapa kau menolong orang asing seperti ku?" Tanyanya penuh kecurigaan.

    "Oh? Kau sudah punya energi untuk bertanya ya? Aku Raka, Aku bukan orang yang berasal dari kota ini, Aku kemari untuk berkemah"

   "Dihutan lebat seperti ini? "

   "Ya, Aku suka kesunyian"

   "Kau bisa saja jadi makanan beruang atau serigala jika nekat berkemah sendirian disini"

   Raka terkekeh pelan, tangan nya mulai bergerak menyuapi gadis itu, kemudian kembali melanjutkan ucapannya.

   "Aku sudah membawa peralatan untuk mengusir mereka juga Aku sudah mengantisipasi kejadian yang tidak diinginkan, jadi tidak akan ada hal buruk yang bisa membahayakanku. Bagaimana dengan mu? Siapa kau dan dari mana asal luka mu ini?"

   "Namaku Melody, agak aneh karna Ayahku yang menamaiku"

    "Itu nama yang bagus kok, luka mu sendiri?"

   Bukannya menjawab, Melody hanya terdiam. Pandangannya mengarah kesamping, berusaha menghindari kontak mata dengan lelaki yang sudah menolongnya itu.

    "Ah, tidak apa apa kalau kamu tidak mau memberi tahu ku. Aku hanya-"

   "Kenapa kamu menolongku? Kamu juga belum menjawab nya" Potong Melody.

    "Yah.. Karna kau terlihat butuh bantuan, makanya Aku tolong. Lagipula Aku ini calon dokter, sudah seharusnya Aku menolong orang lain bukan? Kamu juga harus bersyukur! Tidak ada peluru yang tertinggal diperutmu tapi,,tidak ada luka tembus belakang.." Suara Raka semakin pelan, tiba tiba saja Lelaki itu memikirkan kemana peluru yang ditembakkan keperut Melody?

   "Hey, kau,, mengeluarkannya sendiri?? "

   Gadis itu hanya bergumam sebagai jawaban. Terdengar gila namun, saat ia berlari tadi, sebuah peluru tiba tiba ada ditangannya yang berasal dari perutnya. Kemungkinan peluru itu tidak menembus terlalu dalam sehingga saat Melody berlari kebawah gunung, pelurunya dengan sendiri keluar.

    "Hahh.. Sudahlah, yang penting sekarang kamu sudah melewati masa kritis, kamu hampir saja mati"

    Setelah mengucapkan hal itu, Raka segera menyiapkan tenda agar gadis itu tidak berlama lama berada diluar. Ia juga membantunya untuk masuk ketenda dengan hati hati, bisa saja lukanya kembali terbuka. Setelah mengurusi pasien dadakan yang ia temukan dihutan itu, Raka menyandarkan punggungnya kepohon yang menjulang dinggi dibelakangnya. Malam ini ia akan berjaga, besok lelaki itu akan mencoba untuk membawa Melody turun dari gunung agar gadis itu bisa mendapatkan perawatan lebih lanjut dirumah sakit.
.
.
.
.
.
.
.
.
[To Be Continue]

   

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 03, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

': Melody Aurelichia◦ ᯽᪥Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang