Chapter 1. Little Bird

22 5 4
                                    

.

FB

.


Selesai meninjau puluhan dokumen proyek terbarunya, Naraku melepas dasi ungu gelap yang melingkar di lehernya dan menghempaskan benda itu begitu saja ke atas meja. Dengan tatapan, ia melucuti pakaian sang sekretaris yang baru saja memasuki ruang kantornya. Di sisi lain, Kagome yang berdiri di ujung meja mengabaikan tatapan tak senonoh yang tertuju pada tubuhnya. Ketika ia membungkuk 'tuk mengumpulkan satu map yang berisi dokumen penting yang telah ditandatangani, ia merasakan tangan yang merambat di pinggulnya, lalu lengan lain melingkari pinggangnya. Ketidakacuhannya tak berlanjut, gadis itu memutar badan.

Dengan tenang Kagome beradu pandang dengan pria yang menjabat sebagai Direktur Utama tempatnya bekerja. Untuk sedetik yang terlewat, ia bersumpah melihat pupil Naraku berkilat dengan warna merah bagai permata dari lubang neraka. Kagome memaksa diri memasang senyum sambil berusaha melepaskan diri secara halus.

Tentu, percuma, ia terperangkap. Pria itu malah menarik tubuhnya lebih kuat lagi, alhasil, kini ia duduk menyamping di pangkuan atasannya itu. Wajah tampan yang dibingkai dengan rambut panjang hitam bergelombang itu hanya berjarak sejengkal dari miliknya, jari-jemari pria itu mengelus halus lengannya.

"Kagome," panggilnya sambil meremas lembut pinggang gadis itu. Dengan suara berat, Naraku memulai, "Kau tahu apa yang kubutuhkan sekarang?"

Tangan kiri pria itu merayap ke punggungnya, meraba perlahan. Sentuhan pria itu halus, tapi yang dirasakan Kagome hanyalah sayatan setajam silet atas kebencian pada diri sendiri di tiap inci sudut hatinya. Rasa takut mencekiknya. Putus asa membekukannya. Sekuat tenaga ia melawan itu semua dan memaksa diri untuk balik bertanya meski dengan suara lirih, "Apa?"

"Kau mengetahuinya." Pria itu memeluknya. "Kau dapat merasakannya." Setelah jeda sejenak, ia berkata lagi, "Lalu, apa yang akan kau lakukan?" tanya Naraku, nada lembutnya terdengar memuakkan.

Kagome bukanlah perempuan yang bisa diam menerima pelecehan begitu saja. Ia takkan mau menerima perlakuan yang merendahkan dari seorang laki-laki, ia akan memberontak dan melawan sekuat tenaga walau itu berarti kematian. Tapi tidak dengan dirinya yang sekarang. Tidak untuk Naraku.

Tanpa senyum ia menjawab, "Apa pun yang kau inginkan."

Satu-satunya hal yang membuatnya diam adalah karena ia mengizinkan hal tersebut. Pria itu tidak lagi hanya menjadi Direktur sebuah perusahaan yang memperkerjakannya sebagai sekretaris pengganti. Pria itu sudah menjadi 'Tuannya', karena Narakulah penyandang dana yang terus mempertahankan nyawa satu-satunya kakak yang ia miliki di dunia ini, Kikyou.

Bila bukan karena Kikyou, ia takkan berada di sini, terjebak di dalam kepalsuan karir yang digeluti oleh saudara kandungnya itu. Sekretaris maupun asisten pribadi bukanlah pekerjaan asli si sulung Higurashi, pekerjaan yang dilakoni Kikyo dahulu dan Kagome sekarang lebih tepatnya disebut sebagai kekasih bayaran.

"Bagus!" suara maskulin memecah lamunan gadis itu.

Kagome tahu posisinya, sudah puluhan hari berlalu sejak ia pertama kali ia berada dalam 'kepunyaan' Naraku. Sekarang, ia tahu dengan pasti peran yang harus dimainkan olehnya. Catatan mental yang takkan pernah ia lupa semenjak menjadi milik pria itu adalah, semakin pandai ia bersandiwara maka semakin cepat siksaan itu 'kan usai.

Saat ini, Kagome sudah berusia dua puluh tahun, hubungan intim hanya menjadi sesuatu yang baru baginya dua tahun yang lalu, tidak sekarang. Setidaknya, itu yang ia katakan untuk menghibur diri. Kenyataannya, hal itu hanya pernah dua kali ia lakukan dengan pacar pertamanya di masa kuliah. Di luar hal itu, penyatuan tubuh atas nama cinta yang dangkal dan hubungan seks demi kewajiban dengan Naraku adalah dua hal yang sangat jauh berbeda

Kedua mata Kagome membulat untuk sesaat tatkala melihat Naraku mempersiapkan diri. Penolakan tajam yang sudah berada di ujung lidahnya ia telan kembali. Ia mengangguk sambil menata ekspresi agar terlihat senormal mungkin. Dua bulan menjalani pekerjaan nista tak membuat konflik batinnya surut begitu saja, pertentangan antara sisi dirinya yang baik dan buruk akan selalu ada. Tetapi, untuk yang kesekian kali, nasib sang kakak menjadi hal yang utama. Di luar itu, hukuman yang Naraku berikan atas ketidakpatuhannya bukanlah sesuatu yang ia rindukan.

Dengan ragu-ragu, Kagome meletakkan lutut di atas lantai berkarpet tebal itu. Kemudian, Naraku mengeluarkan titah yang membuat kedua matanya terbelalak. Kagome mengangkat wajah, mereka beradu tatap. Tangan kanan pria itu terjulur, meraih dasinya yang tergeletak di meja. Lalu, Naraku mencondongkan tubuh, kedua lengannya memerangkap tubuh mungil gadis itu seakan hendak memeluk, tapi bukan itu yang dilakukannya. Butuh sedetik bagi Kagome tuk menyadari apa yang pria itu lakukan. Dengan dasinya, Naraku mengikat kedua pergelangan tangannya di punggung. Seketika itu juga, dengan satu tarikan napas, gadis itu melesakkan oksigen sebanyak mungkin ke dalam paru-parunya. Tiga detik kemudian, dadanya naik-turun dengan kentara, bukan oleh hasrat, melainkan oleh keputusasaan.

Menatap wajah Kagome, membuat senyum merendahkan di satu sudut bibir Naraku terukir. Dibalik ketangguhan yang sengaja dipertontonkan gadis itu, ia tahu ada kerapuhan di sana. Di situlah inti permainan yang dimainkannya saat ini, tidak seperti Kikyou yang rela melakukan apapun demi hidup mewah bersamanya. Gadis yang sedang berlutut di hadapannya itu tidak silau harta, Kagome ambil bagian di dalam hidupnya hanya karena terpaksa. Kebesaran hati dan sikap rela berkorban yang gadis itu miliki menariknya, tapi bukan dalam kekaguman, melainkan dalam nafsu tuk menghancurkan.

Seperti halnya anak kecil yang mendapatkan mainan plastik baru yang berkilat, seperti itulah ia memandang Kagome; objek baru 'tuk dikendalikan, mainan favorit 'tuk dihancurkan. Selama Kagome bertahan, selama itu pula ia akan dengan senang hati berusaha meluluh-lantakkan kenaifan setara malaikat yang gadis itu miliki.

Secara perlahan tapi pasti gadis itu akan diubahnya. Dan, permainan di antara mereka hanya akan berakhir tatkala Kagome menyadari bahwa tidak ada yang dapat ia lakukan untuk menyelamatkan kakaknya. Semua usahanya sia-sia. Saat gadis itu tersadar, saat itulah ia hancur. Dan disaat itulah ia seorang yang dapat tertawa lantang.

Setelah ia rasa ikatannya cukup kuat, Naraku melanjutkan dengan intonasi santai tanpa terkesan mengancam, "Aku tidak akan mengulangi perintahku untuk yang kedua kalinya."

.

~To Be Continued~

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 03, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Flightless BirdTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang