Stepmother Are not Always Evil

Chapter - 03

“Ayo cuci tanganmu dulu.”

Ketika saya menyeka tangan anak itu dengan handuk basah, handuk putih itu cepat kusut.

Satu handuk tidak akan cukup.

Meletakkan handuk kotor dan mengambil yang baru, anak itu berbisik pelan.

"Aku mencuci dengan baik."

"Apa?"

“Biasanya bersih, tapi kamar saya banyak debunya.”

Escal membuat alasan untuk merasa malu dengan handuk hitam itu.

Dia tersenyum sambil menjilat bibirnya dengan wajah bengkak.

Aku tersenyum dan terkekeh.

"Benar. Seperti yang Anda lihat, kamar Anda sangat berantakan. Lihat ini, tanganku juga hitam”

Tanganku hitam, karena aku memegang tangan Escal.

Memeriksa tangan bernoda hitam, wajah Escal terbuka lebar.

“Jika Anda menghapusnya, itu akan bersih dalam waktu singkat. Ulurkan tanganmu."

Saat dia hendak mencuci tangannya dan mencuci wajahnya, Escal menggulung lengan bajunya.

“Aku bisa mencuci muka sendiri.”

"Betulkah? Lalu kemana kita pergi?”

Escal mengambil air dengan tangannya dan mengusap wajahnya.

Itu seperti kucing yang sedang mencuci wajahnya, tetapi usaha yang dia lakukan sangat lucu sehingga saya melepaskannya.

Escal yang telah membasuh wajahnya sampai air jernih menjadi keruh, mengambil handuk kering dan menyeka air di wajahnya.

Kemudian dia menatapku dengan tatapan memuji.

"Saya selesai."

"Kamu baik-baik saja sendiri."

"Hehe."

Itu seperti bayi bidadari yang digambar dalam lukisan terkenal, tampak bangga dengan wajah bersih.

Juga, betapa indahnya mata yang mempesona itu!

Kenapa kamu berpaling dari anak yang begitu baik dan cantik? mengapa!

"Nyonya, aku membawakanmu makanan."

Saat dia berjuang untuk menahan keinginan untuk mencubit pipinya yang memerah, kepala pelayan masuk dengan sebuah nampan.

Karena ini bukan waktu makan, satu-satunya makanan di atas nampan adalah sup, roti, salad, dan ikan bakar.

Tepat ketika saya berpikir itu terlalu sederhana, kepala pelayan diam-diam mendengarkan setelah menyelesaikan pengaturan meja.

“Kamu sudah lama tidak makan makanan berminyak, jadi aku diinstruksikan untuk menyiapkan makanan yang tidak memberatkan.”

"Ah."

Kalau dipikir-pikir, saya pikir saya pernah mendengar bahwa orang yang sudah lama kelaparan akan sakit jika tiba-tiba makan berlebihan.

Pada pertimbangan kepala pelayan yang teliti, aku sedikit mengerutkan alisku.

"Terima kasih."

"Aku akan menunggu di luar pintu, jadi hubungi aku jika kamu membutuhkanku."

Kepala pelayan, yang telah menyelesaikan pekerjaannya, diam-diam pergi.

"Ayo, ayo makan."

Saya meletakkan sendok di tangan Escal dan memakan supnya terlebih dahulu.

Escal melihatku makan dan mulai makan dengan tergesa-gesa.