Disclaimer
Malam tengah bergulir saat senja menunjukkan waktu bagi Thoma untuk membereskan perabotan minum teh di pelataran kediaman Kamisato di penghujung hari itu. Dia menaruh cawan teh dan teko ke atas nampan kayu untuk dia cuci di dapur. Lampu di dalam kediaman mulai dinyalakan seraya Thoma melangkah masuk diiringi derak lantai kayu yang ia pijaki. Thoma melepas haorinya lalu melipat lengan kimononya untuk mulai mencuci cawan dan teko teh bekas pakai tuannya.
Air mengalir deras membasuh tangannya disertai pikiran-pikiran yang ikut tumpah ruah mengenai pertemuan rutin yang tuannya Ayato lakukan bersama utusan rahasia Shogunate, biasanya orang-orang dari Tenryo tetapi akhir-akhir ini mereka bergantian datang dengan orang yang berbeda. Setiap kalinya mereka datang juga, Ayato menyuruh Thoma untuk diam di dalam kediaman Kamisato.
Sebuah tepukan menyentuh pundak Thoma setelah dia selesai mencuci cawan teh. Tepukan itu datang dari Takami yang tersenyum ramah kepada Thoma sambil berucap "Nona Kamisato mencarimu," katanya.
"Oh, sepertinya sudah waktunya makan malam. Biar kuantarkan hidangan malam ini ke ruang makan," tawar Thoma sambil berjalan berdampingan dengan Takami.
Hidangan malam ini ada belut panggang, tempura sakura, sup miso, kebab tiga rasa, ramen kemenangan melegenda dan sakura mochi kesukaan Ayaka sebagai pencuci mulut. Thoma menyerukan kedatangannya sebelum menggeser pintu ruang makan. Suara Ayato yang teredam dari balik pintu mempersilakannya untuk masuk. Pintu terbuka memperlihatan Ayato dan Ayaka tengah duduk bersama seorang pria bertelinga anjing yang Thoma ingat berasal dari Pulau Watatsumi. Thoma sontak memberi salam sambil meminta izin menyajikan hidangan mereka ke atas meja. Ayato kemudian menghentikan Thoma saat dia hendak pamit pergi setelah menyajikan makanan.
"Bersantaplah dengan kami, Thoma." Ayato mengulurkan tangannya mempersilakan Thoma untuk duduk di samping Ayaka.
"Baik, Waka." Thoma tertegun namun tetap menurut kepada tuannya.
"Perkenalkan, Jenderal Gorou. Ini Thoma, pengurus rumah tangga kediaman Kamisato. Thoma, perkenalkan Jenderal Gorou dari Pulau Watatsumi," ujar Ayaka memperkenalkan mereka berdua.
Thoma dan Gorou saling menunduk bertukar salam.
"Senang bertemu denganmu," sapa Gorou ramah.
Mereka kemudian mulai menyantap makanan mereka sambil berbincang ringan mengenai politik Komisi Yashiro dengan Pulau Watatsumi. Thoma menyahut beberapa kali dengan senyuman dan anggukan paham meskipun sebenarnya dia tidak begitu mengenal daerah di luar Pulau Narukami. Ayaka menemaninya mengobrol ringan sesekali selagi Ayato dan Gorou asyik dengan topik obrolan mereka sendiri. Sampai pada akhirnya makanan mereka habis, pandangan orang-orang pun kini terpusat kepada Thoma.
"Komisi Yashiro hendak melakukan urusan bisnis dengan delegasi dari Mondstadt minggu ini. Apakah kamu bersedia untuk mewakili Komisi Yashiro ke Mondstadt, Thoma?" tanya Ayato tiba-tiba.
"Benarkah? Tentu, aku bersedia tapi kenapa mendadak sekali, Waka?" herannya sedikit terkejut.
"Tidak ada alasan khusus, kami hanya berpikir jika mengutusmu akan lebih memudahkan pertemuan bisnis ini semenjak Mondstadt adalah kampung halamanmu. Jenderal Gorou akan mengawal rombongan sampai ke Dermaga Ritou untuk menaiki Crux. Kita hanya tinggal mengurus surat keberangkatanmu dari Komisi Kanjou sebelum kalian berangkat," jelas Ayato.
"Biarkan aku yang menghubungi Nona Hiiragi besok untuk keberangkatan Thoma," Ayaka menawarkan diri.
"Jangan, Ojou! Biar aku saja!" cegah Thoma merasa segan.
"Kusarankan lebih baik kamu tetap di kediaman untuk mempersiapkan keberangkatan, Thoma. Jenderal Gorou akan segera membawa pasukannya untuk mengawal dirimu jadi persiapkan semuanya secara matang," potong Ayato menengahi.
Suara Thoma tertahan di tenggorokannya ketika hendak mendebat Ayato. Bibirnya cemberut naik dan alisnya menekuk di tengah dahinya tegang. Makan malam itu berakhir dengan penutupan sepihak oleh sang ketua klan. Ayaka menepuk-nepuk punggung Thoma saat mereka keluar dari ruang makan dan memberi tahu Thoma untuk sedikit bersantai saja kali ini. "Serahkan semuanya pada kami," ujar sang tuan putri dengan senyuman canggung.
◇◇◇
Meskipun sudah diberitahu seperti itu akan tetapi bukan Thoma namanya jika tidak "mengurusi" urusannya sendiri. Julukannya sebagai "fixer" di Inazuma akan ternodai jika dia membiarkan orang lain yang mengurusi urusannya. Dini hari keesokan paginya, Thoma pun mengendap keluar dari kediaman Kamisato untuk pergi ke Pulau Ritou. Ia berjalan ke dalam Hutan Chinju berbalut syal merah sambil memeluk dokumen keperluan surat keberangkatannya nanti. Dini hari memang waktu yang paling sepi di Inazuma. Belum banyak orang beraktifitas di waktu ini, Ayato tidak akan sadar kalau dirinya sempat pergi dan kembali dalam sekejap mata.
Baru saja langkah Thoma melewati gerbang hutan, sekelompok doushin melompat keluar dan mengelilingi dirinya dalam sebuah lingkaran tombak. Sontak Thoma juga mengeluarkan tombaknya juga sebagai pertahanan diri. Dokumen kertas jatuh berserakan di atas tanah. Thoma celingukan memelototi mata doushin itu satu persatu dan mengidentifikasi mereka dari Komisi Tenryo. Beberapa wajah dia kenali sebagai utusan dari Shogunate yang pernah melakukan pertemuan dengan Ayato beberapa hari yang lalu.
Ujung tombak yang runcing melesat menusuk ke arah Thoma secara bertubi-tubi. Satu persatu bisa dihalau olehnya akan tetapi dia masih kalah jumlah dengan serangan tombak yang menghujam dirinya sampai-sampai mereka bisa melilit tubuhnya dalam kuncian tongkat tombak. Lengan Thoma dipelintir oleh salah satu tombak yang menyelinap ke bawah ketiaknya. Pegangan Thoma pada tombaknya terlepas sampai tombaknya jatuh nyaring ke atas tanah. Tulang keras Thoma kemudian ditendang kuat-kuat hingga dia jatuh bersimpuh sambil dikerumuni oleh hujan tombak di sekeliling tubuhnya.
"Bawa dia ke Tenshukaku!" suara Kujou Sara menggelegar di dalam telinga Thoma sebelum dia ditarik paksa untuk diseret ke Tenshukaku.
◇◇◇
Thoma dibawa ke dalam Tenshukaku dengan dikekang oleh dua orang doushin yang mencengkeramnya di lengan. Dia digiring ke hadapan ruang singgasana mendiang Archon Electro. Dulu Inazuma dipimpin oleh dua archon kembar yang satu persatu meninggal disebabkan oleh perang dan erosi. Shogunate masih memimpin meskipun tanpa Raiden Shogun yang diambil alih oleh Tiga Komisi. Ruang singgasana archon electro tetap kosong seakan Inazuma menunggu archon selanjutnya yang tak kunjung datang. Di atas singgasana tersisa pedang Musou Isshin yang bertengger mati tanpa ada penggunanya, hanya seonggok zirah samurai kosong tertunduk khidmat menghormat kepada sang pedang keramat.
Percikan petir melesat di dalam pandangan Thoma. Matanya bergelimang cahaya misterius yang berwujud rambatan listrik dan cahaya ungu. Zirah samurai kosong tiba-tiba mengeluarkan aura berwarna ungu yang menyeruak keluar dari dalam tubuhnya. Pedang Musou Isshin bersinar dan berdecit mengeluarkan kilatan petir seakan hendak hidup kembali. Hantu samurai berwarna ungu itu pun mengambil Musou Isshin. Dia kemudian menuruni tangga singgasana untuk memasang kuda-kuda menyerang. Kimono Thoma ditanggalkan, menunjukkan dadanya yang telanjang sebagai sasaran serangan sang pedang melegenda. Kaki samurai dihentakkan, kilat menyambar dan tusukan pedang melaju kencang ke arah dada Thoma.
Jeritan kesakitan melambung kencang sampai menggema keluar Tenshukaku. Dua doushin yang mengapit tubuh Thoma terpaksa melepaskan cengkeraman mereka karena percikan listrik ikut menjalari tangan mereka. Dada Thoma bercahaya menyerap Musou Isshin ke dalam tubuhnya seraya sang Samurai terus menusukkan pedang itu masuk. Mata Thoma menggerling ke atas hampir kehilangan kesadarannya ketika semakin dalam pedang itu memasuki tubuhnya. Begitu seluruh bagian pedang Musou Isshin lenyap ke dalam tubuh Thoma, sang pemuda berambut pirang berlutut jatuh lalu terbaring pingsan di tempat. Percikan kilat kecil merambat sesekali di sekitar tubuhnya. Matanya sayu hendak terpejam seutuhnya dengan mulut membuka meneteskan air liur yang tidak bisa dikendalikannya. Sosok beberapa orang muncul dari balik kegelapan di dalam pandangan Thoma. Mereka menghampiri tubuhnya lalu mengangkatnya untuk keluar dari ruang singgasana.
Bersambung...

KAMU SEDANG MEMBACA
Shelter You
FanficThoma disekap dan dipaksa untuk menjadi wadah bagi pedang Musou Isshin peninggalan Archon Electro. Bangkitnya pedang terkuat di Inazuma menimbulkan perebutan dari berbagai pihak yang ingin mendapatkan senjata mematikan tersebut. Klan Kamisato berjua...