bab iii

137 24 2
                                    

Waktu berjalan dengan lambat, mereka berenam masih bimbang, apakah harus keluar atau duduk diam menunggu jemputan Om Reza seperti orang tolol. Oh ayolah, jangan lupakan mereka berenam adalah remaja yang sedang mencari jati dirinya.

"Len, iki gimana?" Tanya Anzel lirih sehabis menangis, dia takut.

Sedangkan yang ditanya pun tak tau harus menjawab seperti apa, dia pun bingung. Otak nya tak bekerja.

"Gais, eneng pesan lagi dari om Reza" Kalimat dari Disa yang langsung membuat remaja berenam itu tersentak, mereka langsung menghampiri Disa.

"Isi pesannya apa Sa?" Tanya Hega.

"Ini baca aja"

Yang lain masih bengong, akhirnya ada kejelasan dari semua ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Yang lain masih bengong, akhirnya ada kejelasan dari semua ini. Mereka berenam masih punya kesempatan untuk bertemu dengan keluarga nya masing masing.

"Ini gue ga mimpi kan?" Tanya Hega kepada Aiden, Aiden yang jengah dengan segala kelakuan Hega pun menabok bibir pemuda tersebut.

"Asu, ojok ditabok juga lho" Sungut Hega.

"Lagian lo aneh, panjul"

" Udah udah, jangan pada ribut" Rayan menengahi mereka berdua.

"Uh, lahannya di depan sekretariat aja apa gimana?" Tanya Alen kepada yang lain.

"Rasa rasanya cuma itu deh, tempat yang cocok buat mendaratin helicopter"

"Dan kita juga udah ngintai dari hari kemaren, tempat itu paling sepi"

"Oke, tempat nya di depan sekretariat OSIS ya gais, satu selesai" Semuanya menyetujui perkataan Alen.

"Yang jarang sakit disini siapa?" Alen memandangi teman temannya.

"Gue Len" Rayan mengangkat tangannya, disusul Hega, Aiden, dan Disa Bagus setidaknya ada 5 orang yang punya imun kuat, oh iya Alen juga punya imun kuat.

"Sip, jadi yang punya imun kuat ada Rayan, Hega, Aiden, Disa, sama gue"

"Ah iya, Anzel ga bisa, soalnya punya anemia" Alen tau Anzel punya riwayat penyakit kekurangan darah, tak jarang dia menemukan Anzel yang sedang tiduran diuks.

"Gapapa, Zel" Kata Disa sambil menepuk pundak Anzel, yang dibalas dengan senyuman.

"Oke semua nya udah beres ya" 

"Barang barang kan udah siap, tinggal kita nunggu aja, kemungkinan kurang 4 jam lagi kita dijemput"

"Istirahat dulu aja gais"

Mereka semua istirahat, mengisi energi, mana tahu ada bencana yang akan datang.

Alen terdiam, dirinya sibuk menyakinkan teman temannya, tetapi dirinya juga lelah. Bagaimana keadaan kucing kucingnya yang ada dirumah, huh Leo, mommy kangen kamu.

"Diem diem aja nih" kata Hega yang tiba tiba sudah ada disebalah Alen.

"Kangen Leo, Ga" Adu Alen kepada Hega, oh iya gais, Hega sama Alen ini sudah menjalin persahabatan sendari kecil. Jadi tak heran seorang Alen bisa semanja ini dengan Hega.

"Si jamilah, kirain kenapa"

"Ih kangen Leo kangen Leo" Rengek Alen sambil menjambak rambut Hega.

"Aduh aduh, anjir, lepas heh" gila, Alen kalau lagi kangen Leo, pasti berubah jadi nenek lampir.

"Uh, mungkin Leo udah aman sama Tante Bela." Ragu Hega.

"Jadi kangen Bunda"

"Pasti Bunda sama yang lain udah aman Len, yakin deh"

"Hah, iya semoga"



Supriyadi, eh surprise. Aku update nie, dikit but gapapalah ye HAHAHAH. Abis UAS, harusnya seneng2 eh malah tertekan, ya itu aku :///

Sokaraja, 4 Desember 2022


The End ; 97 LineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang