"Mungkin ini awal dari semua yang akan terjadi nanti"
***"Kenalin, gue Aliora." ucap Aliora sambil tersenyum.
"Rain."
“Udah deh kenalannya, ntar bakso kita keburu dingin." sela Ancia.
“Gue gak punya temen di sini, apa boleh gabung kalian?” tanya Aliora hati-hati.
Ancia diam sejenak.
"Gabung? Tapi seingat gue, Rain agak sulit nerima orang baru, apa nggak apa-apa kalo gua bilang, boleh? Duh, gua nggak bisa nolak pula." gelisah Ancia.“Boleh, kok. Lagian kita juga cuma berdua. Iya, kan? Ra?” Ancia lagi-lagi tersenyum ke arah Rain dan Aliora bergantian.
Rain tersenyum sembari mengangguk, dia tidak banyak berkomentar.
“Kalau lo butuh apa-apa, bilang aja ke gue atau Rain. Kita bisa bantuin lo,” ujar Ancia lagi.
Aliora mengangguk sembari tersenyum. Rain yang sendari tadi sibuk dengan baksonya, kini telah beranjak berdiri.
“Gue mau beli makanan tambahan.” ujar Rain.
Ancia melirik mangkok bakso Rain yang kini hanya tersisa kuahnya saja, Ancia mengangguk mengiyakan.
"Weh cepet amat dia makan, tungguin gue dong, plis deh. Aduh, sulit nih kayaknya." gerutu Ancia dalam hati.
Rain berlalu meninggalkan Ancia yang masih duduk bersama dengan Aliora. Ancia mencoba untuk mencairkan suasana canggung yang terjadi, mereka baru saja kenal, tentu Ancia belum mengenal banyak tentang teman barunya itu. Dia mencomot berbagai topik yang dirasanya tidak terlalu sensitif untuk mengisi waktu makan.
Sepuluh menit berlalu, mangkuk bakso mereka kosong. Saat Ancia beranjak berdiri untuk kembali ke kelas, dia mendengar namanya dipanggil oleh seseorang.
"Ancia." panggil Indah, sekretaris OSIS.
Mendengar namanya dipanggil, Ancia segera monoleh ke arah sumber suara.
"Iya, Kak."
"Kamu dipanggil sama Pak Aria, ditunggu di ruang TU."
"Baik, Kak. Saya segera kesana." Ancia mengangguk dan berlalu pergi bersama dengan Indah, tanpa berpamitan.
Ancia sengaja tidak berpamitan, aura yang muncul antara dia dan Rain berbeda. Ancia memilih untuk diam sebentar, nanti dia akan bertanya kepada Rain, apa yang sebenarnya terjadi. Walau wajah Rain memang selalu datar, setelah beberapa waktu bersamanya Ancia dapat membedakan secuil ekspresi yang terkadang muncul di wajah datar itu. Ekspresi yang tadi muncul, bukanlah ekspresi yang biasa dilihat oleh Ancia.
***
"Permisi, Pak." sapa Ancia sambil memasuki ruangan TU. Di ruangan itu ada Dimas, sang ketua OSIS beserta bendahara OSIS yang duduk di kursi yang disediakan, seolah hendak menyampaikan sesuatu yang sangat penting.
"Silakan duduk, Cia." Pak Aria mempersilakan Ancia untuk duduk di salah satu kursi yang kosong di dekat Dimas.
Tanpa disuruh dua kali, Ancia segera duduk di sana. Dia merapatkan kaki dan tangan, bersiap menerima informasi penting yang akan disampaikan.
"Baiklah, Cia, sebentar lagi akan diadakan pemilihan ketua OSIS yang baru. Sebagai wakil OSIS yang sekarang, kamu memiliki kesempatan untuk mencalonkan diri, apakah kamu berminat?" ujar Pak Aria langsung pada inti percakapan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bangun
Teen FictionTerjebak dalam lubang hitam yang dia ciptakan sendiri. Terus tergulung ke dalam kegelapan yang tak berujung. Mulai tak sanggup dengan semua tekanan di dalamnya, namun tidak dapat keluar. Seuntai tali yang dilemparkan berhasil menarik keluar menuju t...