"Hampir kecewa, kurasa."
***
Pagi ini Ancia bangun lebih awal, ia bergegas bersiap kemudian turun untuk sarapan dan segera berangkat ke sekolah. Diliriknya jam tangan yang melingkar di pergelangan tangan kanannya, jam digital itu menunjukkan pukul 06.02. Masih sangat pagi baginya untuk tiba di sekolah. Ancia segera berjalan menelusuri lorong-lorong kelas yang masih lengang menuju depan ruang OSIS. Di sana telah berdiri sebuah tenda beserta segala keperluan untuk pelaksanaan pemilihan ketua OSIS SMA Favorit Dihantara.
Setelah melalui berbagai rangkaian acara mulai dari pembentukan kandidat, penyampaian visi misi, debat terbuka antar kandidat, pembentukan panitia sukses, dan minggu kampanye, akhirnya hari inipun tiba. Jantung Ancia berdegup kencang dan dia tidak bisa tidur semalaman memikirkan hari ini, tapi dia berusaha untuk tetap terlihat tenang. Ancia sesekali tersenyum dan menyapa panitia pelaksana Pilketos yang sedang sibuk menata segala perlengkapan tambahan yang diperlukan.
"Selamat pagi, Kak. Ada yang bisa saya bantu?" Sapa Ancia pada Kak Dimas yang tengah mengawasi kinerja para anggotanya.
Kak Dimas tersenyum membalas sapaan Ancia, "Pagi, dek. Bisa tolong ambilkan surat suara di lemari ruang OSIS, dek? Di rak paling atas."
"Bisa, Kak. Saya ambil dulu." Ancia bergegas menuju ruang OSIS.
Ruang OSIS tampak kosong karena hampir seluruh anggota kini tengah berada di TPS Pilketos. Ancia berjalan menuju lemari besar dengan tiga pintu bercat coklat tua di ruangan itu, kemudian membuka pintunya perlahan. Derit suara pintu lemari terdengar. Mata Ancia menyibak isi lemari bagian atas, tak perlu waktu lama, Ancia telah menemukan apa yang dia cari.
"Duh, nggak nyampe pula," keluh Ancia. Kotak kardus berukuran sedang dengan tulisan "Surat Suara" itu diletakkan di lemari bagian paling atas dan menjorok ke dalam. Tinggi rak paling atas itu sekitar 175cm, sedangkan tinggi Ancia hanya 162cm. Ancia berjinjit berusaha menggapai kotak itu. Tiba-tiba dari belakang ada uluran tangan yang dengan cepat menggapai dan menurunkan kotak berisi surat suara itu, dan kemudian memberikannya pada Ancia.
Ancia tampak sedikit kikuk karena terkejut, "Eh, terimakasih banyak." Anak laki-laki dengan tubuh tinggi dan pakaian rapi yang mengambilkan kotak suara untuk Ancia itu hanya mengangguk kemudian berjalan meninggalkan Ancia yang masih berdiri membeku.
"Siapa, ya? Belum pernah liat," batin Ancia. Ancia mengangkat bahu tidak peduli, dan bergegas keluar untuk memberikan kotak berisi surat suara itu kepada Kak Dimas.
Tak lama kemudian, rangkaian acara Pilketos pun dimulai. Acara diawali dengan do'a, sedikit sambutan dari kepala sekolah dan ketua OSIS lama, kemudian dilanjutkan dengan pemungutan suara.
Acara berjalan lancar hingga tibalah waktunya untung penghitungan suara, sekaligus penentuan siapakah yang akan menjabat sebagai ketua OSIS SMA Favorit Dihantara tahun ini. Sebelum penghitungan suara, para panitia dan kandidat calon ketua dan wakil OSIS diberi waktu 30 menit untuk istirahat.
Semua panitia dan kandidat membubarkan diri untuk istirahat, ada yang ke kantin, WC, atau kembali ke kelas.Ancia memilih berjalan menuju perpustakaan, tempat favoritnya untuk menenangkan diri. Suasana sejuk perpustakaan selalu berhasil mendinginkan kepala Ancia dan menenangkan hatinya.
Saat tiba di depan ruang perpustakaan, Ancia memanyunkan bibirnya dan menghembus napas kecewa, karena ruangan itu ditutup. Kemungkinan besar karena hari ini ada acara besar SMA, yaitu Pilketos.
Semua guru dan siswa berpartisipasi dalam kegiatan ini. Ancia akhirnya memilih duduk di kursi panjang depan perpustakaan, meletakkan buku catatan kecil dan pena yang selalu ia bawa di samping kanannya. Ancia kemudian menutup wajahnya dengan kedua tangan kemudian menghembuskan napas panjang dengan kasar.
Ancia membuka tangannya saat merasa ada seseorang yang datang. Aku anak laki-laki dengan tubuh tinggi, rambut tersisir, dan pakaian rapi telah berdiri dan mengulurkan sebotol minuman dingin untuk Ancia. "Ambil." kata anak laki-laki itu sambil beranjak duduk di sebelah kiri Ancia. Anak laki-laki itu adalah orang yang membatunya mengambil kotak berisi surat suara tadi pagi.
Ancia menerima minuman itu, "terimakasih." Anak laki-laki itu tidak merespon dan mulai sibuk dengan minumannya sendiri. Ancia kembali menunduk sambil menggenggam minuman yang tadi diberikan. Tiba-tiba anak laki-laki yang duduk di sebelahnya tadi merebut minuman Ancia dan kemudian membuka tutup botol minuman itu dan kembali memberikannya pada Ancia.
"Gue beliin ini buat diminum, bukan dipegang doang."
Ancia menatap heran orang disebelahnya itu. "Gue juga nggak minta dibeliin," sungut Ancia.
"Minum." Laki-laki itu menyodorkan minuman yang telah dibukanya didepan bibir Ancia, yang membuat si empunya mundur beberapa centi.
Akhirnya, walau sambil sedikit menggurutu, Ancia menerima dan meminum apa yang telah diberikan padanya. "Gimana? Lebih tenang 'kan sekarang? Nggak usah terlalu dipikirin, terpilih atau nggaknya nanti, yang penting kamu udah percaya diri dan berani buat mencalonkan diri. Yaudah, gue duluan." Laki-laki itu beranjak berdiri dan berjalan menjauh.
"Tunggu!" Ancia ikut berdiri. "Setidaknya, kita kenalan dulu."
Laki-laki itu terkekeh kecil kemudian berbalik badan menatap Ancia. "Gue, Elbyan Arkatama. Lo nggak usah memperkenalkan diri, gue udah tau, bye." Setelah itu dia berbalik dan kembali berjalan menjauh.
Ancia menatap punggung orang yang baru dikenalnya itu menjauh dan menghilang dibalik bangunan kelas, berbelok entah kemana tujuannya. "Elbyan, ya? Kok gue nggak pernah dengar nama itu sebelumnya, ya? Btw, baru tau gue ternyata ada orang se-gaje itu di SMA ini."
Ancia mengambil buku catatan kecil beserta penanya dan berjalan menuju TPS Pilketos. Ancia kemudian duduk di bangku kandidat calon ketua dan wakil ketua OSIS, sembari menunggu panitia lain untuk penghitungan suara.Sepuluh menit kemudian, TPS Pilketos kembali dipenuhi oleh panitia, tim sukses, saksi dan dewan guru, bahkan tidak sedikit siswa siswi SMA Dihantara yang berkumpul di dekat TPS untuk menyaksikan proses penghitungan suara. "Penghitungan suara dimulai." Pak Aria memimpin penghitungan suara.
Jantung Ancia berdegup sangat kencang, sampai-sampai Ancia khawatir orang di sebelahnya akan mendengar detak jantungnya.
Terdapat 2 kandidat ketua OSIS dan wakil ketua OSIS tahun ini, Ancia adalah kandidat kedua. Kedua kandidat sama berpengaruhnya di SMA, tapi sebenarnya Ancia kalah populer dari kandidat pertama. Dilihat dari banyaknya orang yang menyapa kandidat pertama selama proses pemungutan suara tadi, membuat Ancia semakin ciut. Tangannya terasa dingin karena gugup, dia tak banyak bicara dan memilih menatap serius papan perolehan suara.
Baru sepuluh menit berlalu, selisih jumlah suara kandidat pertama dan kedua terhitung jauh, berbeda 120 suara. Jumlah suara Ancia tertinggal jauh, Ancia menghela napas panjang. "Haahh, kalah." keluh Ancia dalam hati, ia meremas tangannya sendiri, hendak merutuki diri.
Tapi sewaktu ia mendongakkan kepalanya, ia melihat Rain yang berdiri di depan pintu masuk TPS mengepalkan tangan, memberinya semangat sambil tersenyum. Semangat Ancia seolah kembali terisi, hatinya menghangat dan rasa kecewanya perlahan menguap.
"Terimakasih, Ra." Bisik Ancia sambil tersenyum dan balas mengacungkan jempol ke arah Rain.
*****
Bersambung.....
KAMU SEDANG MEMBACA
Bangun
Teen FictionTerjebak dalam lubang hitam yang dia ciptakan sendiri. Terus tergulung ke dalam kegelapan yang tak berujung. Mulai tak sanggup dengan semua tekanan di dalamnya, namun tidak dapat keluar. Seuntai tali yang dilemparkan berhasil menarik keluar menuju t...