Part 2

18.5K 1.9K 104
                                        

Biasanya, setiap pagi saat ia masih menyandang status sebagai bujangan bebas dan selalu bahagia, Haechan lebih memilih untuk tidur sampai tengah hari —dari pada harus bangun pukul enam subuh hanya untuk sarapan dan bersiap berangkat kuliah.

Namun, sungguh sial menyertai hidupnya. Pagi ini, yaitu pagi pertama Haechan terbangun di ranjang ukuran bigsize, dengan dua orang pria tanpa perasaan yang memasang alarm pukul lima subuh, dan membuka semua tirai jendela hingga cahaya matahari masuk sempurna menyengat penglihatan. Membuat mata Haechan terbuka lebar dan minatnya untuk tidur kembali menjadi sirna sudah.

Iya, Mark Jung dan juga Chenle si anak tiri sialan itu sudah bangun dan bersiap-siap untuk berangkat ke sekolah, juga kantor.

Semalam, saat Mark hampir merenggut kesucian bibir Haechan, Chenle tiba-tiba saja datang dengan tampang kasihannya dan berhasil menyelamatkan Haechan dari nafsu setan yang mulai menggerogoti dirinya saat ia  sedikit khilaf dan hampir terpana oleh ketampanan suami tuanya itu.

Bagaimanapun, harusnya Haechan sedikit berterima kasih karna Chenle adalah pahlawan yang sesungguhnya disini, walaupun sebenarnya Haechan lebih banyak bencinya, tapi tetap saja ia sudah berhasil diselamatkan oleh pemuda kecil nan menyebalkan itu.

"Memangnya kamu tidak ada jadwal kuliah yah pagi ini??" Tanya Mark, sapaan lembut dari pria yang tengah duduk di hadapannya itu berhasil membuyarkan lamunan Haechan, setelah hampir lima menit ia hanya terpaku pada sosis bakar dan juga telur mata sapi yang tertata rapi di atas piring meja makan.

Pria itu sudah rapi dengan stelan jas berwarna abu dan juga rambutnya ia sisir rapi ke belakang, menambah kesan tegas di pahatan wajah sempurna bak dewa yunani itu.

Haechan menggeleng pelan, "entalah, aku juga tak tau." Balasnya tanpa minat karna memang ia sendiri tidak tau kapan jadwal kuliahnya kalau bukan Huang Renjun, sahabat karibnya yang memberitahukan.

Haechan tak begitu terbiasa dengan suasana seperti ini.

Bangun pagi sekali dan harus mandi, juga sarapan yang sehat bersama keluarga bahagia nan harmonis ini.

Astaga!

"Dasar tak punya aturan." Chenle mulai menyeletuk, yang mana langsung mendapatkan gelengan pelan dari Mark, mengisyaratkan agar anak semata wayangnya itu jangan cari masalah dulu pagi ini.

Haechan hanya menghela nafas menanggapi pemuda tak sopan itu, moodnya sedikit rusak karna sudah harus bangun sepagi ini dan ditambah lagi dengan pertanyaan tak bermutu dari Mark perihal jadwal kuliahnya.

"Kalau memang tidak ada jadwal kuliah, lebih baik hari ini kamu gunakan waktumu untuk berkeliling dirumah ini, agar kamu lebih nyaman tinggal disini untuk waktu berikutnya, saya tak bisa menemani karna harus berangkat ke Jepang pagi ini." Saran Mark.

Toh Haechan kan sudah sah menjadi istrinya, jadi otomatis rumah ini akan menjadi milik pemuda itu juga.

"Baguslah," ujar Haechan pelan sembari tersenyum, kalau bisa setiap hari saja Mark ke luar negrinya, biar ia bisa menikmati hidupnya sebebas mungkin tanpa harus melihat wajah datar dan kaku tanpa ekspresi itu.

Lagi pula untuk apa juga ia berdiam diri dirumah besar ini, bisa-bisa Haechan mati menahan bosan. Dan apa-apaan itu?? Berkeliling katanya?? Memangnya harus yah?? Haechan kan hanya butuh kamar untuk tidur, kamar mandi untuk mandi, dan juga dapur untuk mengisi perut.

"No Daddy, pemuda ini masih butuh pengawasan dirumah ini, apa Daddy ga takut nanti dia bakal jual semua barang-barang yang ada di dalam rumah kita??" Sambar Chenle dengan wajah menyebalkannya.

Haechan refleks menoleh kaget kearah bocah tak sopan itu, "Astaga, kau fikir aku ini pencuri??" Bentaknya tak terima. Kebayangkan bagaimana wajah anak itu kalau sudah dalam mode julidnya??

STEPMOM [ Markhyuck ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang