Minggu terakhir di musim gugur kali ini, Derajat suhu semakin berkurang bersamaan dengan ranggasnya dedaunan.
Jika di amati lebih dekat lagi, suara isakan itu terdengar cukup lirih berasal dari dalam ruangan VIP sebuah rumah sakit swasta milik keluarga Jung yang berada di pusat kota Seoul.
Langkah tegap Mark semakin mendekat, pun—saat sebelah tangannya mulai menggapai knop pintu kayu berwarna putih tersebut, jantungnya langsung berdegub tidak tenang di dalam sana, seperti gemuruh yang datang di tengah hujan badai.
Tepat pukul dua dini hari, saat dimana Mark mulai merebahkan tubuh lelahnya di atas ranjang ukuran bigsize sebuah hotel mewah yang berada di pusat kota Tokyo, cukup menguras tenaga, karna rapat dengan client di negri sakura itu menyita banyak waktunya —sebab ada beberapa point penting masih dirasa kurang pas yang terlampir dalam surat perjanjian kontrak kerjasama.
Namun, usaha untuk memejamkan mata itu langsung digantikan dengan perasaan kalut saat Chenle tiba-tiba saja menghubunginya, menangis sembari terisak mengatakan kalau Haechan mengalami insiden yang tidak terduga. Yaitu jatuh dari tangga rumah mereka.
Jantung Mark langsung mencolos seketika, bagaimana mungkin ia bisa tenang kalau situasinya sudah sekacau ini.
Dan juga, untuk pertama kalinya selama tiga puluh empat tahun Mark mengkhawatirkan seseorang yang bukan anak kandung dan juga orang tuanya.
Detik itu juga Pria Jung itu langsung menghubungi Kun —sekretarisnya, menyuruh pemuda asal Tiongkok itu untuk memesan tiket penerbangan paling awal menuju korea selatan.
Beruntung sekali, sekitar pukul sembilan pagi. Mark berhasil mendarat dengan selamat dan langsung bergegas menuju rumah sakit.
Sesaat setelah membuka pintu ruangan, Mark langsung menemukan keluarga Jung dan juga Seo sudah menunggu disana, sementara Haechan —pemuda yang membuatnya khawatir sepanjang penerbangan itu tengah terbaring diatas ranjang sambil merengek seperti bayi, hidungnya sudah semerah tomat dan wajahnya kacau sekali. Jangan lupakan sembab di bawah matanya, Mark tak tau pasti sudah berapa lama pemuda yang berstatus sebagai istrinya itu menangis.
"Apa yang terjadi??" Tanya Mark buru-buru, berjalan mendekat kearah ranjang, kemudian menatap sebelah kaki Haechan yang sudah di perban ujungnya.
Chenle yang ada di samping ibu tirinya itu langsung menghela nafas berat, "Haechan. Umm maksudku Ibu tiri jatuh dari tangga Dad." Lirihnya menerangkan, sekilas Mark perhatikan. Wajah anak semata wayangnya itu juga sembab sehabis menangis, sama seperti Haechan.
"Kamu harusnya lebih tegas pada pegawai yang bekerja dirumahmu agar kejadian seperti ini tidak terulang lagi Mark, bagaimana mungkin lift bisa tidak berfungsi." Gerutu Taeyong, sibuk mengusap pelan lengan menantu kesayangannya tersebut.
Entah apa yang membuat Taeyong bisa menjatuhkan hati dan sangat berambisi menjadikan Haechan si pemuda berandal ini sebagai menantunya.
Entalah, hanya Tuhan yang tau..
"Baik Bu, Mark akan lebih memperhatikan itu untuk kedepannya." Balas Mark dengan ekspresi sulit dibaca, tak lepaskan sedikitpun pandangannya pada Haechan yang seakan enggan untuk menatap semenjak kedatangannya beberapa menit yang lalu.
"Sudah sudah, jangan marah pada Mark. Kasihan, dia masih lelah pasca penerbangan, yang penting kan sekarang Haechan tidak mengalami cedera serius, hanya shock dan butuh istirahat saja." Bela Ten pelan, menatap Taeyong tak enak hati.
"Huhu, Haechan gamau mati muda. Bagaimana ini??" Rengek Haechan lagi begitu mendramatisir keadaan.
Semenjak sadar dari pingsannya sekitar pukul tujuh pagi, Haechan sibuk mengonsep rencana untuk membela diri, bagaimanapun ia tau kalau ini memang kesalahannya, pulang dalam keadaan mabuk berat.
KAMU SEDANG MEMBACA
STEPMOM [ Markhyuck ]
Humor🔞 Nikah muda itu bonus. Tapi dinikahin Duda tampan kaya raya anak satu itu HARUS! BXB Mark X Haechan Genre : Romance, Comedy, Happy family😌